***
Tok ... Tok ...
Mata Prilly mengarah ke pintu, mengerinyit heran. Siapa yang pagi-pagi buta sudah bertamu? Bahkan Ali saja baru berangkat, apa mungkin lelaki itu balik lagi untuk mengambil barang yang tertinggal? Tanpa fikir panjang, Prilly melangkah maju hendak membuka pintu tersebut.
Ceklek ...
"hello," sapa orang tersebut, Prilly mengerinyit heran. Siapa dia? Apa dulu ia pernah mengenalnya.
Masih menatap mata itu, mata yang sama sekali tidak ia kenal. Sebenarnya perempuan itu siapa? "maaf, mba siapa ya? Apa dulu kita kenal?"
"oh, beneran amnesia rupanya ...," menaikkan alisnya dengan tampang meremehkan, dengan kuat Prilly membalasnya dengan tersenyum.
"kenalin nama saya Sasya, mantan tunangannya Ali. Yang kamu rebut waktu itu," setelah mengatakan itu dengan tidak sopannya, wanita dengan pakaian minim itu masuk begitu saja. Tak memperdulikan Prilly.
Mengadah bangunan megah di dalamnya, luas dan elegan. Dan seharusnya mansion ini miliknya dengan Ali, bukan si perempuan pendek itu.
"ternyata desain yang dulu Ali buat untuk saya sudah menjadi milik kamu," tersenyum sinis, sudah pasti Prilly akan banyak bertanya setelah ini.
Melangkah maju, entah hatinya merasa panas saat wanita itu mengatakan jika desain mansion ini Ali buat khusus untuknya. Sudah jelas dulu Ali buat desain ini untuknya, untuk Prilly bukan Sasya!
"maksudnya anda apa? Ali membuat rumah ini untuk kamu, Begitu? Jangan bermimpi nyonya," katanya dengan mata menajam, tapi dengan sekuat tenaga ia menghela nafasnya. Menahan amarahnya.
"kamu yang harusnya bermimpi, dulu kamu rebut Ali dari aku! Kamu ambil dia, padahal kamu waktu itu hanya sekretarinya tapi kamu malah ambil kesempatan! Padahal waktu itu aku dan Ali akan segera bertunangan, bahkan kita sudah merencanakan bulan madu bersama. Tapi kamu datang mengambil hatinya, kamu fikir menjadi aku itu enak ha?" ujarnya dengan menggebu-gebu, mengubah wajahnya dengan raut sedih.
Menatap Prilly dengan sudut matanya, tersenyum sinis sangat tipis. Rencananya berhasil, pasti setelah ini Ali dan Prilly akan bertengkar hebat.
"BOHONG!"
Tubuh Sasya menegang, suara itu ... Kenapa lelaki itu kembali ke rumah? Bukankah dia sudah berangkat dan sudah ia jegad di jalan waktu itu?
Ali melangkah besar menghampiri Sasya yang sudah ketakutan di sana, sedangkan Prilly hanya menampakkan wajah datarnya. Tidak penting.
"apa yang kau sudah katakan kepada Prilly?" tanya Ali masih dengan sabar tapi raut wajahnya sudah tidak bisa di katakan bersahabat, ia meredam amarahnya. Wajahnya sudah memerah padam.
"JAWAB SASYA!"
Bukan hanya Sasya, Prilly juga sama terlonjak kaget mendengar pekikan Ali. Menatap ke samping, ternyata Ali jika marah seram juga.
Ini beneran Ali? Kok serem ya ... Batinnya bergidik ngeri menatap Ali.
"stop!" pekik Prilly saat melihat tangan Ali akan mendarat sempurna di pipi mulus Sasya, menahan lengan kekar itu. Membuat Ali menatap Prilly tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkranasi 1/2 [end]
Non-Fiction[spin of Mr. Ali] (story Ali-Prilly) Reinkranasi, adakah itu? Sebuah keercayaan bagi sebagian manusia. Tapi tidak untuk seorang CEO muda Alirendra argantara, pemilik perusahaan Rendra corp. Suatu hari saat di kantor, lelaki itu sedang memikirkan se...