Di ingetin lagi, aku publish cerita setiap hari jum'at - minggu yaa...
Jangan lupa buat vote dan komennya yang banyak! Follow juga jangan lupa karna semua yang kalian lakuin buat apresiasi aku itu buat aku seneng banget,banget,banget!
Maaf ya kalo ada typo, percayalah itu hal yang tidak di sengaja kok.
Happy reading guys...!
***
Ceklek...
“permisi, pak Ali ...,” mata elangnya menatapku tajam, setelahnya dia memutus tatapan itu. Mwngarah ke kertas,kertas di hadapannya.
“ini berkas yang harus bapak tanda tangani,” Ali tak menjawab, dia hanya mengetik di laptopnya.
Sekian detik menunggu akhirnya lelaki itu menyelesaikan ketikannya di laptop, mengarah ke arahku. Menatapku datar. “letakkan saja,” setelahnya dia melihat jam tangannya, angka menunjuk ke 12. 30 waktunya istirahat.
“kau ikut denganku, kita makan di restoran,” Prilly hanya menurut kata,kata tegas Ali. Lelaki itu melangkah duluan, meninggalkam Prilly di sana.
Sesampainya di mobil Ali nampak sibuk dengan handphonenya, mengetik sesuatu di sana. Tapi apalah daya, Prilly hanya bisa diam. Ini bukan urusannya, lebih baik dia mengabari mamah dan papahnya dulu jika Prilly hari ini tidak makan di rumah.
“kita makan di restoran biasa,” kata Ali sepertinya tertuju pada supirnya, Prilly kembali diam. Menatap Ali bingung sepertinya lelaki itu sedang ada masalah.
Tapi kembali lagi ini bukan urusan Prilly. Dia tidak berhak ikut campur masalah seseorang.
“kita mau makan di mana pak?”
“restoran langganan saya,” sahut Ali tanpa mengalihkan tatapannya dari tabletnya itu, sepertinya pekerjaan adalah hidupnya. Untung saja Prilly bukan istri dari lelaki itu.
Jika ia akan jadi apa rumah tangganya yang tak ada warna, semua akan menjadi abu,abu. Pastinya. Apalagi di lihat Ali sangatlah cuek, enggan melihat luar yang sangat membahagiakan. Tapi mana mungkin juga Prilly menikah dengan manusia seperti itu, pastinya mamah dan papah akan menunggu persetujuannya dan yang paling penting lagi Prilly tidak akan mau.
Setelah lama memikirkan hal konyol itu, mobil Ali berhenti di depan restoran yang paling mahal di jagakarsa inu, restoran ternama juga terkenal sepertinya. “ayo, kenapa kau diam di sana?”
Dengan rasa canggung Prilly memasuki restoran ini, matanya tak sengaja menangkan mobil sport milik papahnya. Sial. Kenapa papahnya harus makan di sini? Dia akan bicara apa dengan Ali jika lelaki itu tau papahnya sedang makan di sini, pasti papahnya itu sedang meeting.
Oh, god! Prilly kau dalam masalah besar.
“pak, kita sebaiknya makan di tempat lain saja,” Ali memberhentikan langkahnya, menatap Prilly mengintimidasi.
“kau siapa? Kenapa berani melarangku, hm? Kau hanya sekretaris. Cukup ikuti mauku,” setelahnya Ali melanjutkan langkahnya masuk ke dalam restoran itu.
Prilly takut, bagaimana jika papahnya melihat Prilly di sini? Menegurnya dan Ali tau setelahnya dia harus mengatakan sejujurnya? Bisa gawat, pekerjaannya akan terancam bukan?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkranasi 1/2 [end]
Non-Fiction[spin of Mr. Ali] (story Ali-Prilly) Reinkranasi, adakah itu? Sebuah keercayaan bagi sebagian manusia. Tapi tidak untuk seorang CEO muda Alirendra argantara, pemilik perusahaan Rendra corp. Suatu hari saat di kantor, lelaki itu sedang memikirkan se...