10 - pernyataan

555 87 20
                                    

Hi, everyone!

Maaf ya kalo ada typo-typo, maklum belom di revisi. Revisi nanti setelah tama—eh, in sya Allah deh.

Btw sebelum baca di harapkan vote n komen ya! Yang banyak! Jangan cuma di komen dong, kalo komen doang mending cari cerita yang laen deh HAHA

Oke jangan ngejulid!

Btw follow instagram aku ya sama wp aku! Namanya sama kok @alafdlh samakan kaya nama profil haha ...!!

Oke suara gue abis ngakak mulu, udah gitu aja kali ya bacotannya. Udeh ah ga tau lagi gue bingung.

Ya udah happy reading guys!

***

Tap

Tap

Tap

Ali terus berjalan dengan mata yang kosong, dia menatap ke arah depan. Tatapannya benar-benar kosong, memikirkan perkataan dokter tadi. Hampir membuat nafasnya tercekat, hampir membuat suhu udaranya menipis dan juga rasa sesak di dadanya.

Di taman rumah sakit, Ali duduk di bangku taman. Sangat indah. Menatap lampu-lampu yang di pasang untuk menjadikan hiasan indah di atasnya. Ada beberapa bayangan yang terpintas di otaknya, beberapa hari sebelum kejadian itu. Kejadian yang membuat Prilly sampai seperti ini.

“seharusnya aku biasa saja, itu bukan urusanku bukan? Aku tidak mencintainya,” gumam Ali terus menerus, namun kali ini hatinya yang menang. Dia merasa bodoh, merasa bersalah.

“itu karna kamu sudah mencintainya. Kamu harusnya jujur pada hatimu sendiri, kamu telah mencintai, Prilly. Seharusnya seorang Ali lebih dulu tau masalah perasaan bukan?” menoleh mendapati Bima ada di sana, menghela nafasnya dengan kasar.

Kenapa lelaki itu selalu hadir dan menceramahinya, Ali tidak butuh cerama darinya. Yang ia butuhkan adalah penyemangat. “pergilah jika kau datang hanya untung menasihatiku saja,”

Bima terkekeh sinis, berjalan mendekat ke arah Ali. “jujur pada hatimu sendiri sebelum semuanya terlambat. Kau mendengar pernyataan dokter tadi bukan?”  Bima menepuk bahu Ali pelan, berlalu dari hadapannya.

Seketika bayangan tentang ucapan dokter itu mulai terlihat jelas di ingatannya sekarang, Ali mengeraskan rahangnya. Mengepalkan tangannya, entah dia merasa marah ketika dokter itu mengatakan hal sembarangan tentang Prilly.

Cit ...

Ali langsung bangun menatap dokter itu datar, namun sedatar-datarnya Ali masih terlihat jelas di rautnya wajah khawatir terhadap istrinya.

“bagaimana keadaanya?” tanya Ali, tangannya di bawa ke saku celana. Matanya menatap lurus dokter itu, wajahnya menunjukkan ketidak perduliannya terhadap wanita itu.

Ali terlihat tenang, tak menangis. Dokter itu sempat heran, baru kali ini melayani pasien yang biasa saja ketika melihat istrinya kecelakaan apalagi kecelakaan yang di alami Prilly cukup parah.

“karna benturan yang di alami pasien membuat pendarahan di dalam otak, sehingga membuat dirinya kehilangan banyak darah. Pecahan pada tumor otak membuatnya hampir tidak bernyawa tapi untung saja anda cepat membawanya ke rumah sakit,”

Reinkranasi 1/2  [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang