3.4 -Reinkranasi 2 : i love you daddy!

515 93 22
                                    

⚠️ warning, typo. ⚠️

3.4 : terus menunggu.

***

Hari ini, hari dimana sudah 3 bulan Prilly tertidur dengan nyenyaknya, bahkan Varo sering kali ke rumah sakit setiap pulang sekolah hanya untuk menemui sang mamah. Namun hasilnya sama, mamah yang selalu ia cintai, selalu ia banggakan tak pernah sadar dalam tidurnya.

Kini seorang lelaki dewasa tengah menatapnya dengan sendu, menatap kerinduan yang mendalam. Memegang lengan dingin wanita itu. "bangunlah, aku sangat merindukanmu." gumamnya, mencium punggung tangan Prilly yang terasa dingin.

Semenit kemudian, Ali merasa hawa kantuk menyerang. Ia tertidur dalam pelukan tangan Prilly—lebih tepat dirinya lah yang memeluk lengan Prilly. Setelah tertidur kurang lebih 5 menitan, Ali tiba-tiba saja terbangun. Terlonjak kaget melihat tubuh Prilly kejang-kejang. Ada apa dengannya?

"Prilly, hey. Sayang kamu kenapa? Jangan membuatku khawatir." ucap Ali di selingi raut khawatirnya, menangkup wajah yang dulu chubby dan sekarang terlihat tirus.

Melihat EKG di samping Prilly, bunyi nyaring terdengar. Lelaki itu menggeleng keras, berusaha memencet tombol panggilan untuk dokter sampai berkali-kali namun sang dokter belum muncul juga akhirnya ia berlari keluar terpaksa meninggalkan Prilly di dalam sendiri.

Melihat ada Varo juga keluarga yang lain, menatap Ali bingung. Lelaki itu tiba-tiba saja keluar dari ruangan Prilly. "Ali ada apa nak? Kenapa kamu seperti ini?" tanya Priska penuh khawatir. Ia menatap sang suami—Farhan menutup mulutnya.

Suaminya pun menguatkan Priska, meyakinkan istrinya jika Prilly tidak kenapa-kenapa. "DOK! DOKTER! KEMANA SIH!" pekik Ali, meninggalkan keluarganya itu. Ia tak mementingkan pertanyaan ibu mertuanya.

Sampai di belokan pertama dari arah ruangan Prilly dokter Feri selaku dokter yang selama ini menangani Prilly tengah berlari terburu-buru menatap raut amarah Ali dengan penuh khawatir. "cepat periksa istri saya. Jangan sampai dia kenapa-kenapa!" ucap Ali penuh penekanan, menunjuk ruangan Prilly.

Feri hanya mengangguk, memakai baju steril, memasuki ruangan Prilly. Ali berjalan gontai menyusul dokter dan pintu ruangan Prilly tertutup. Ia merosot ke bawah sudah 3 bulan tapi kesehatan tubuh istrinya tak ada perkembangan juga. Mengacak-acak rambutnya dengan pakaian baju steril masih tertempel di tubuhnya. Ali menangis, ia tak tau bisa atau tidak hidup tanpa Prilly lagi.

"Arhhggg!" pekiknya, mengundang tatapan keluarganya. Varo yang sudah menangis di pelukan Delia melihat papahnya yang sudah tidak di katakan sehat itu tambah gencar lagi menangisnya.

Memang saat pertama tau bahwa Prilly koma, Ali sempat pingsan juga di bawa ke ruangan pemeriksaan. Dan dokter menyatakan psikis Ali rusak, jika seperti ini terus menerus dia akan gila. Dan Varo mendengar semua.

"Ali yang sabar sayang, percaya Prilly akan baik-baik saja." ucap Farhan, sedangkan papahnya Ali dia tak bicara apapun, ia cukup sakit melihat penderitaan putra yang sedari dulu ia banggakan.

Ali terdiam, pandangannya kosong. "Ali mau Prilly, Ali mau Prilly peluk Ali lagi pah. Iya, Ali mau Prilly peluk lagi, Ali ga mau sendiri. Ga mau!" pekik Ali dengan kencang, dengan sigap Delia memasukkan obat ke arah mulut Ali. Meminumkan minuman botol di tangannya.

Sampai kini lelaki itu terduduk lemas di bangku tunggu, semua melihatnya dengan iba. Begitu juga dengan Siska. Gadis itu terlihat iba dengan penderitaan Ali. Mau tau kemana perginya Kakaknya Prilly juga sahabatnya? Mereka masih ada di luar negri, tidak bisa menjenguk Prilly karna kecerobohan kakaknya Prilly. Paspor untuk pergi ke bandara hilang di bawa mobil taxi. Dan sampai sekarang tidak di temukan, mau tidak mau mereka harus mengurus ulang dan itu mebutuhkan waktu yang sangat lama.

Ceklek ...

Semua mata tertuju pada Feri, menatapnya waswas. Dokter itu dengan segera mendekat ke arah keluarga pasien dengan raut wajah yang tidak bisa di tentukan atau di baca. Menggantungkan stetoskop di lehernya, menghembuskan nafasnya dengan gusar.

"keadaan nyonya Prilly semakin memburuk, ia sangat lemah sekarang. Namun nyonya sudah siuman, kita tidak tau kedepannya." semua terdiam, apa maksud dokter itu.

Jangan bilang jika Prilly—

"Prilly ... Prilly ...," menoleh, menatap Ali sendu. Lelaki itu sudah sadar, dan biusannya.

Delia bersama sang suami ingin membuka suara, namun suara dokter lebih dulu membuat mata Ali menatapnya. "nyonya ingin menemui tuan." katanya dengan raut wajah susah di tebak.

Senyum Ali mengembang, ia dengan cepat berlari ke dalam ruangan Prilly. Di ikuti oleh keluarga yang dapat melihatnya dari jendela juga Varo yang di perbolehkan masuk ke dalam ruangan Prilly.

"sayang ...," gumam Ali, menatap sendu ke arah Prilly rasanta ia sangat rindu dengan sosok wanita ini.

Prilly tersenyum pelan, ia menatap Ali dengan keadaan lemahnya juga banyaknya alat-alat rumah sakit. Menggenggam tangan Ali. "kamu cape ya?" tanya Prilly dengan suara pelan, ia sangat lelah sekarang.

Ali mengangguk dengan raut lirihnya. Prilly menggeser tubuhnya, menepuk kasur di sampingnya. "sini tidur sama aku, aku mau peluk kalian." melirik Varo, menepuk kasur sebelahnya lagi.

Dengan cepat Ali tertidur di samping Prilly, memeluk wanita itu. Begitu pula dengan Varo. "kalian tidur ya, kalian pasti cape."

"iya, aku sekarang bisa tertidur dengan nyenyak karna bisa melihat keadaan kamu yang mulai pulih." ucap Ali, memeluk Prilly mengumpatkan wajahnya di ceruk leher Prilly. Mencari kenyamanan.

"mahh, Varo juga kangen mamah. Varo mau tidur yaa ...,"

Melirik Varo, mengangguk dan tersenyum. "iya sayang kalian tidur ya, aku juga mau tidur." gumamnya di akhir kata.

Menahan pening yang mulai menjelejar di kepalanya. "selamat tidur my king and my prince ku," gumam Prilly, matanya mulai tertutup rapat.

Membuat semua keluarganya menangis pilu, mereka sudah tau apa yang di maksud dokter. Ini jalan yang terbaik. "saya hanya ingin menitipkan pesan untuk kalian, pada saat nanti ia sudah tidak ada. Kata beliau ia ingin satu-satu dari kalian membaca suratnya yang sudah ia tulis dan di letakkan di laci meja riasnya. Kalian harus baca, kaau begitu saya permisi." pamit dokter, kini tugasnya sudah selesai.

Ada kesedihan sebenarnya melihat pasangan itu.

***

Aku selalu hidup. Hidup dalam hati kalian dan selalu mengawasi kalian. Maafkan aku, aku sudah terlalu lelah di bumi. Saatnya aku kembali di mana tempatku berasal dari abad dulu. Bersama ragaku yang sebenarnya. Prilly juga Mr. Ali

- Prilly talia argantara.

***

Tbc.

Sampai jumpa di extra part juga akhir dari kisah mereka. Apa tanggapan Ali? Apa dia juga akan kembali ke raga Mr. Ali? Atau dia akan melanjutkan hidupnya? Tidak ada yang tau.

Kita berdoa saja untuk Prilly, semoga ia bahagia dengan raga aslinya. Bukan reinkranasinya.

Jangan lupa vote n komen ya! Follow juga akun aku biar cepet up!

Ig : @alafdlh
@zahraafadilahh17

Reinkranasi 1/2  [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang