2.4 : isi surat perjanjian
***
"berikan surat itu pada Prilly," mata Kevin membeo, setelah membaca isi surat itu.
Apa-apaan? Perjanjian macam apa ini? Ini sih bukan perjanjian tentang kerja sama tapi perjanjian tentang masalah pribadi, memang ada-ada saja Ali ini. Kevin tidak bisa menolaknya, jika ia menolak bisa habis hari ini juga dia.
"oke dah, ntaran aja ya gue kasih. Gue mau pacaran dulu sama gebetan baru." mendengar hal itu Ali menajamkan matanya, menatap ke arah Kevin tajam.
"cepat berikan surat itu pada Prilly sekarang!" sahut Ali menekan semua kata yang ia ucapkan tadi.
Membuat Kevin meneguk ludahnya, Ali tak terbantahkan ia langsung mengangguk cepat. Berlari keluar ruangan Ali, biar nanti ia jelaskan pada kekasihnya itu. Masalah ini lebih penting, ia tak ingin kehilangan nyawa hanya karna masalah sepele.
Menghembuskan nafasnya kasar, menyandarkan tubuhnya di kursi kebesaran. Memijit pelan tulang hidungnya yang runcing, memejamkan matanya sebentar. Ia ingat dengan ucapan papahnya pagi tadi, ada yang bermain drama lagi padanya. Menelfon seseorang untuk mencari tau itu semua.
Cari tau yang sebenarnya tentang isu perempuan yang mengaku hamil anak saya itu. Dia bernama Jihan, jika isu itu palsu lenyapkan dia.
Setelahnya Ali mematikan sambungan itu, dia akan bermain sedikit dengan Jihan jika semua ucapan dia itu bohong. Tapi jika benar mau tidak mau ia akan menikahi wanita itu? Tentu saja tidak, ia tidak menginginkan anak itu. Ia hanya menginginkan anak dari rahim istrinya saja.
Menghembuskan nafasnya dengan pelan. "masalah Prilly dan Varo belum selesai, ada lagi masalah baru datang." gumamnya dengan pelan.
***
"MAMAH!" pekik Varo. Berlari kencang menghampiri Prilly yang baru pulang dari perusahaan Ali.
Menatap Varo, seketika rasa lelahnya hilang. Berjongkok menggendong putranya langsung. Ia memeluk tubuh kecil Varo, sangat menenangkan. Varo adalah tempat dirinya istirahat, tempat ternyamannya. Sama seperti dulu ia memeluk Ali penuh rasa nyaman.
"mamah Varo kangenn mamah!"
"mamah juga kangen Varo, Varo udah makan belum?" menggeleng pelan dengan wajah polosnya.
Kening Prilly mengerut, menatap lekat mata hitam legam milik Varo. "kenapa belum makan, hm?"
"Varo minta suster Siska jangan masak, soalnya Varo kangen masakan mamah. Varo pengen makan masakan mamah," hati Prilly terenyuh, ia ingat. Sudah lama juga ia tak mengurus Varo, ia hanya mengurus Varo jika tidur setelahnya ia akan di sibukkan dengan kantor.
Tersenyum tulus, mengelus rambut hitam milik Varo. Menciumnya dengan lembut. "oke Varo mau makan apa? Hari ini mamah bakal masak buat Varo."
Mata anak itu langsung berbinar, melihat ke arah Prilly. "bener?" Prilly mengangguk yakin, membuat senyum semakin mengembang di sudut bibir Varo.
"yey! Makan masakan mamah!" pekiknya dengan keras, memeluk Prilly erat.
Melangkah kaki ke arah dapur, memasak makanan Favorite Varo. Setelah menyelesaikan masakkannya, Prilly merapihkan tataan masakannya dan kembali memanggil putranya itu yang sedang bermain game di ruang tamu.
Saat sudah mendaratkan bokongnya di sofa, menatap lekat mata hitam legam milik Varo. Tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu, membuat Prilly mengerinyit heran. "siapa ya?"gumamnya, menatap Siska mengode agar membuka pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkranasi 1/2 [end]
Non-Fiction[spin of Mr. Ali] (story Ali-Prilly) Reinkranasi, adakah itu? Sebuah keercayaan bagi sebagian manusia. Tapi tidak untuk seorang CEO muda Alirendra argantara, pemilik perusahaan Rendra corp. Suatu hari saat di kantor, lelaki itu sedang memikirkan se...