13 - bohong?

567 77 18
                                    

***

Saat ini Prilly juga Ali sedang makan, lebih tepatnya makan bersama dengan mamah, papah Prilly juga Zayn. Masing-masing dengan candaannya berbeda dengan Ali yang selalu memberikan hawa dingin di area meja makan ini. Lelaki itu tak mengeluarkan kata-kata apapun, ia masih tetap fokus menatap ke akraban Prilly juga Zayn padahal ia sudah duduk di samping Prilly sedangkan Zayn di hadapannya tepat di samping mamah Priska.

"oh, iya kamu katanya chef terkenal kan di negara prancis? Terus punya usaha makan sendiri di sana? Emang bener? Aku sih denger-denger aja," kata Prilly asik menatap Zayn sesekali gadis itu mengunyah makanannya.

Zayn yang di pertanyakan soal itu hanya tersenyum malu, dulu ia ingat sekali. Ia pernah mengatai Prilly karna suka memasak, katanya memasak itu membosankan. Tapi lihatlah? Zayn sukses di bidang yang dulu ia katai membosankan.

"iya Pril,"

"bagus dong! Kapan-kapan aku mau pergi ke sana, mau nyicipin masakan kamu. Bolehkan?" tanyanya lagi dengan sedikit senyuman, bahkan sangat antusias.

Ali yang melihat itu semua menjadi geram, Zayn belum apa-apa. Dia masih di bawah Ali, ia bahkan bisa melakukan apapun. Jangan lupakan jika Ali seorang CEO muda di negri ini, bahkan negara lain-pun tau.

"memang kamu bisa memasak makanan khas negara apa saja Zayn?" timpal Farhan, menatap Zayn dengan tanya.

"yang sudah aku pelajari sih baru 7 negara om,"

"ya udah bagaimana jika besok kamu main ke rumahku saja? Kamu harus mengajariku memasak makanan khas berbagai negara!" heboh Prilly, memasangkan wajah yang sangat menggemaskan.

Cih, hanya memasak aku juga bisa! Sungut Ali dalam hati, bahkan mengunyah makanan saja lelaki itu masih tetap emosi. Dia rasanya muak menatap Zayn lelaki songong itu.

Sedangkan Zayn hanya terkekeh saja, menatap ke arah Ali. "boleh saja tapi kau harus meminta izin pada suamimu itu. Aku rasa ada hawa yang tidak enak," katanya masih menatap Ali dengan wajah datarnya.

Mendengar ucapan Zayn semua mata menatapnya, bahkan mertuanya-pun ikut menatapnya dengan tatapan aneh. "apa? Mengapa kalian menatapku seperti itu," menegakkan tubuhnya, menatap semuanya dengan datar. Ia harus menjaga image-nya di mansion Prilly.

"oh, kau ingin memasak di rumahku, Zayn?" Zayn mengangguk sekilas, dia merasakan jika Ali ingin mengajaknya berperang. Dapat di lihat dari tatapannya itu. "iya, jika kau mengizinkanku masuk ke rumahmu," dengan santainya Ali memangut, membereskan makanannya. Ia rasa sudah sangat kenyang, mengambil air putih dan di tengguk habis.

Menarik nafasnya pelan, menatap semua mata tersenyum dengan tipis. "tentu saja," berhenti sekejap, menatap semuanya. Nampak tersenyum, apakah mereka fikir Ali mengizinkannya?.

"kau dengar Zayn? Dia memberimu izin!" heboh Prilly lagi, bertepuk tangan riang. Rasanya sudah tidak sabar untuk belajar memasak dengan pria itu.

"tidak aku izinkan," putus Ali, membuat semuanya membeo tak mengerti. Apa yang di maksud Ali?.

Mengerti dengan tatapan itu, Ali segera berdiri. Menatap Prilly sekilas. "aku bisa memasak di mansionku sendiri tanpa kau, aku juga bisa mengajarkan Prilly memasak jenis makanan berbagai negara. Jadi kau tidak perlu repot-repot datang ke rumahku," membersihkan jasnya yang sedikit berantakan, menatap Prilly yang berada di bawahnya.

Reinkranasi 1/2  [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang