2.5 : memperjelas
***
Setelah acara makan, Prilly menyuruh Varo untuk kembali ke kamar. Sedangkan dia menelfon Ali, ingin memperjelas maksud dari surat perjanjian itu, sangat tidak masuk akal bukan?
"mamah ayo temenin Varo tidur!" pekik anak itu dari dalam kamar, menghentikan Prilly.
Mau tidak mau Prilly harus mengurus Varo dulu, meletakkan ponselnya di saku celana. Melangkah memasuki kamar Varo. Ceklek. "mamah ayo bacain dongeng buat Varo!" tersenyum lembut, mendekat ke arah Varo. Duduk di sisi ranjang.
Mengusap sayang rambut Varo, sesekali ia mencium pucuk kepala anak itu. "oke mamah bacain puisi kamu tidur ya?" mengangguk saja, memeluk Prilly erat.
"ayo ceritain mah!"
"iya-iya."
"pada suatu hari, ada seorang gadis ingin melamar pekerjaan di kerajaan yang sangat mewah dan sangat indah jika di pandang. Bangunan itu sangat tertata rapih, suatu saat dia bertemu dengan sang raja. Raja itu menatapnya terus menerus sampai pada akhirnya raja itu menerima si bawahan itu, namun suatu saat sang raja bertemu dengan ayah bawahannya itu. Ayah dari bawahannya itu adalah raja juga, nah dari situ sang raja menikahi bawahannya. Tapi saat permaisuri sudah mencintai raja, ia mengetahui satu fakta bahwa raja tidak mencintainya. Ia menikahi permaisuri hanya untuk balas dendam. Tapi saat permaisuri sedang sakit, raja tengah berhubungan badan dengan wanita lain—"
"berhubungan badan itu apa mah?" mendongak menatap Prilly dalam, penasara. Namun rasa kantuk yang semakin berat.
"berhubungan badan itu seperti berpelukan, dan tidur bersama kaya mamah dan Varo." sahut Prilly asal.
Wanita itu melanjutkan ceritanya, memandang jendela yang berada di depan kasur Varo. "dan saat permaisuri tau, ia ingin bercerai dari sang raja. Ia tak mau bersentuhan lagi dengan sang raja, tapi raja marah! Dia meniduri sang permaisuri dan membuat permaisuri hamil, namun tetap sama. Permaisuri itu tidak mau hidup bersama dengan sang raja lagi, akhirnya permaisuri itu pergi tanpa di kehatui sang raja, permaisuri itu pergi membawah pangeran kecil yang berada di dalam perutnya." menoleh, mendapati Varo tengah tertidur.
Tersenyum lirih, mengusap lembut rambut tebal Varo, mencium puncuknya sekali. "dan pangeran tampan itu sudah menjelma sebagai lelaki yang tangguh, tangguh dan gagah. Pangeran mamah sekarang sudah bisa menjaha mamah," bisiknya pelan, menghapus air matanya. Melirik ke arah jam, sudah sore. Melirik kembali ke arah Varo.
Anaknya baru tertidur, sudahlah. Lagi pula Varo masih wangi. Ia akan memandikan Varo besok, saat bocah itu sudah bangun. Tidak mungkin Prilly memandikan Varo sekarang atau malam. Bisa-bisa putranya terkena rematik.
Bergegas pergi, melangkah pelan. Semoga tak di dengar oleh Varo, ia akan menemui Ali, ia harus menyelesaikan persoalan perjanjian itu. Ia tak ingin jatuh ke lubang yang sama, tidak lagi. Sudah cukup satu kali ia di sakiti, ia tak ingin lagi. Lagi pula sudah cukup hidupnya bersama Varo, ia sudah bahagia walau hanya hidup berdua.
***
Tok tok...
Ceklek.
"ny—nyonya Prilly kembali?!" heboh maid di sana, menatap Prilly dengan mata berbinar.
Prilly tersenyum lembut, mendekat ke arahnya mengelus pundaknya. "gimana keadaannya? Baik-baik aja kan?" maid itu mengangguk dengan senyuman, menatap Prilly masih tak percaya.
"ya udah saya ke sini hanya ingin bertemu Ali, apa dia ada?" kata Prilly, mengadah mansion mewah milik Ali.
Nampak sepi, seperti tak berpenghuni. "tuan Ali masih di kantor, tapi sebentar lagi katanya sih dia pulang. Soalnya dia minta di masakin maid di sini makanan yang spesial, sampe datangin chef terkenal ke rumah."
"terus ya, nya. Tuan itu udah jarang banget pulang kalo ga ada nyonya, baru kali ini aja. Selama 5 tahun ke belakang kita semua ga ada kerjaan, nya. Jadi ngerasa kaya kerja gaji buta gitu."
"udah gitu tuan kalo sekalinya pulang suka mabok, nya. Makan ga pernah, yang dia pikirin cuma nyonya doang, cari nyonya dan semuanya nyonya. Sampe-sampe penjaga di sini habis babak belur di buatnya." sepanjang cerita dari maidnya itu Prilly hanya mengangguk saja, apa separah itu. Kasihan juga lelaki itu.
Namun kembali lagi, itu bukan urusannya, urusannya adalah surat perjanjian itu. "ya udah saya tunggu di ruang tamu aja ya Bi," pamitnya, melengos masuk ke dalam. Duduk di sisi sofa, melihat semua tataannya belum berubah, masih sama. Bahkan foto pernikahannya saja masih ada, tapi itu bukan lagi urusannya. Urusannya kini adalah membicarakan prihal perjanjian bodoh itu.
"sudah datang rupanya, nyonya argantara." suara berat khas milik Ali terdengar, membuat Prilly menoleh ke samping. Mendapati lelaki itu tengah tersenyum mengejek padanya.
Berdiri, mendekat ke arah lelaki itu. "to the point aja, saya ke sini mau menanyakan prihal perjanjian itu."
"perjanjian? Iya kenapa? Sudah di tanda tangani olehmu bukan? apa ada yang salah, hm?" tamya Ali menatap Prilly penuh misteri.
mendengar penuturan dari Ali membuat Prilly tersulut emosi. Enak saja dia kalo ngomong ga pernah di saring apa, tapikan Ali dari dulu sudah seperti itu. Jadi susah untuk di ubah. Prilly merubah raut wajahnya, ia menatap Ali serius. "semua salah, saya tidak akan pernah kembali pada anda. Tuan Rendra." tukas Prilly tajam.
Ali tersenyum licik, sangat mudah menaklukan Prilly sebenarnya. "oh, baiklah. Jika kau tidak mau menerima perjanjian itu." berdiri, menegakkan tubuhnya. Mengantongi kedua tangan di saku.
"bayar uang kerugian untuk perusahaan saya, juga—" memberhentikkan ucapannya sendiri.
Menatap Prilly penuh misteri. Mendekatkan wajahnya dengan wajah Prilly, membungkukkan tubuhnya sedikit. "kau akan kehilangan Varo dan tidak bisa berbisnis di wilayah indonesia. Kau di larang datang ke negara ini," bisik Ali dengan serak.
Melangkah masuk, memasuki lift yang baru di bangun di mansion ini. Menatap Prilly remeh, melambai tangannya ke pada Prilly. Pintu lift tertutup bersamaan dengan air mata Prilly yang jatuh, gadis itu lemah. Jika menyangkut Varo dia akan lemah. Kenapa harus putranya? Kenapa harus Varo yang di bawa dalam persoalan pekerjaan ini?
"brengsek!" desisi Prilly tajam.
Gadis itu menatap tajam lift yang mengantar Ali ke tempatnya, menghapus air matanya dengan kasar. "ALI BRENGSEK! KAMU INGET KATA-KATA AKU! AKU GA AKAN MEMBERIKAN VARO KE TANGAN KAMU! KAMU DENGET ITU!" pekik Prilly dengan keras, bahkan seluru penghuni mansion mendengarnya.
Termasuk Ali, lelaki itu sangat cukup mendengar teriakan Prilly. Ia tersenyum sinis mendengarnya. "kita lihat saja, nyonya Prilly. Kamu akan kembali bersama saya, jika itu tidak berhasil. Maka putra saya yang akan membawamu kembali bersama saya." gumam Ali bertekat. Ia bersumpah, sebelum titik darah penghabisan ia akan terus berjuang.
Prilly selalu menjadi miliknya, entah dari dulu hingga sekarang. Tentu saja ia ingat, seabad yang lalu di mana dua orang berbeda jenis saling memadu kasih. Itu dirinya juga Prilly, mereka berenkranasi. Ia sudah mengingatnya. Jadi ia bertekat akan terus melanjutkan cerita ini, sampai inkranasi mereka habis.
"dari dulu sampai sekarang, kaulah istriku. Prilly."
"bedanya dulu kau sangat galak, selalu berucap dengan kata kasar. Namun sekarang kau sedikit lembut hanya sedikit sayang." terkekeh pelan, mengingat di mana dulu mereka mengawali kisa dari benci menjadi cinta.
Dimana dia menjebak Prilly agar mau menikah dengannya, ia sangat hafal betul. Prilly akan selalu menjadi milik Ali dari dulu hingga sekarang. Kalian ingat itu!
***
Tbc.
Jangan lupa di vote komen ya! Follow juga!
![](https://img.wattpad.com/cover/275170741-288-k924976.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkranasi 1/2 [end]
Non-Fiction[spin of Mr. Ali] (story Ali-Prilly) Reinkranasi, adakah itu? Sebuah keercayaan bagi sebagian manusia. Tapi tidak untuk seorang CEO muda Alirendra argantara, pemilik perusahaan Rendra corp. Suatu hari saat di kantor, lelaki itu sedang memikirkan se...