***
5 tahun kemudian.
Di suatu negara kincir angin terdapat 1 anak lelaki yang sedang asik berlari. Dia, anak lelaki itu memiliki pahatan yang sangat di idamkan para wanita. Pahatan yang sempurna. Seperti ayahnya, ya dia. Alivaro argantara.
Lelaki ceria jika bersama keluarganya, dan lelaki datar juga dingin jika berinteraksi dengan teman-temannya. Anak itu sedang asiknya bermain layang-layang dengan pamannya yang selama ini menemaninya, sudah ia anggap sebagai ayahnya.
"Om Zayn, sini!" pekiknya dengan ceria, kedua tangan bocah itu masih asik bermain layang-layang.
Ya, di negara kincir angin mana ada permainan seperti itu. Hanya Alivaro yang bisa bermain permainan itu di negara asing dan yang mengajari juga memberi tau tentang permainan itu adalah Zayn, ia pelaku utamanya.
"Om kamher sayang!" meletakkan cangkir kopi yang sudah Prilly sediakan.
"Bentar ya, Pril. Lo selesaiin dulu berkas ini, gue mau susulin si tampan," terkekeh kecil, melihat di mana Varo sedang bermain.
Menggeleng kecil, ia teringat Ali. Jika saja yang sedang bermain dengan anaknya itu Ali sudah pasti hidupnya amat bahagia, namun sayang karna kejadian itu ia harus pergi meninggalkan Ali. Sedetik kemudian ia menggeleng, tidak! Hidupnya dengan Alivaro sudah sangat bahagia. Ia tak ingin lelaki itu hadir kembali, tidak!
Mulai mengetik kan sesuatu di keyboard laptopnya, dan mengerjakan apa yang harus ceo lakukan. Ya, selama 5 tahun ini ia merintis bisnis yang cukup terkenal sekarang di negara kincir angin ini. Mengurus perusahaan dengan keadaan hamil mampu membuatnya kuat, untung saja ada Zayn yang membantunya. Ia harus menyingkir dari keluarganya sendiri karna tak ingin satu orang pun bocor tentang keberadaan dirinya, yang terpenting ia sering juga mengabarkan keluarga jika dirinya sehat-sehat saja. Meski ia tak pernah sekalipun memberi tau di mana ia berada.
"Permisi nyonya," menatap sekretaris perempuannya itu, mengerinyit bingung.
"Udah berapa kali aku bilang? Ga usah pake bahasa formal lah, kita kan bestie." ucapnya dengan kekehan pelan, membuat gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Melirik ke arah Zayn dan Alivaro. "Kenapa? Terpanah sama Zayn?" goda Prilly.
Sebenarnya ia tau jika sekretarisnya itu menyukai Zayn, meski begitu sepupu tirinya itu enggan melirik Safa. Gadis cantik dengan pahatan yang sempurna, ia juga tak tau itu. Sedangkan Safa, gadis itu sudah gelagapan menatap Prilly gerogi. "E-engga!"
"Siapa juga yang suka sama Zayn?" mengangguk saja, sudahlah biarkan. Itu urusan percintaan Safa ia tak ingin ikut campur.
Kembali menatap Safa yang sudah duduk manis di hadapannya itu, menatapnya serius. "Ada apa?"
"Gini, gue cuma mau kasih tau. Minggu depan lo bakal ada kerja sama, sama perusahaan AG Corp."
"Lo udah tanda tangan lho, Pril. Ga bisa di batalin lagi, perusahaan itu perusahaan baru yang di rintis di indonesia dalam jangka waktu 1 minggu udah mendunia di seantero ini, wah keren banget ya! Pasti ceo-nya ganteng, Pril." bangganya dengan memandang atap, seakan CEO itu ada di atas.
Menggeleng pelan, ia jadi ingat dengan Ali. Lelaki itu juga hebat bahkan lebih jika urusan bisnis, lelaki tampan yang sangat profesional. Lagi-lagi ia memikirkan Ali! Tidak, Ali sudah tidak ada di hidupnya sekarang! "Ya udah kapan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkranasi 1/2 [end]
No Ficción[spin of Mr. Ali] (story Ali-Prilly) Reinkranasi, adakah itu? Sebuah keercayaan bagi sebagian manusia. Tapi tidak untuk seorang CEO muda Alirendra argantara, pemilik perusahaan Rendra corp. Suatu hari saat di kantor, lelaki itu sedang memikirkan se...