Back

656 81 14
                                    

Perumahan HORANG KAYAH terlihat ada kehidupan. Sebelumnya perumahan itu diisi oleh orang orang yang sibuk mencari nafkah sehinga rela meninggalkan anak mereka yang masih kecil kecil.

Namun mulai sekarang mereka sadar bahwa waktu bersama keluarga lebih berharga dari harta yang mereka kumpulkan setiap hari.

Maka dari itu kini perumahan itu sudah kembali diisi oleh manusia manusia yang setiap harinya hanya bergelud dengan tanaman. Mungkin.

Wabah covid-19 juga lah yang membuat mereka memutuskan untuk tetap berdiam diri di rumah meski mereka juga sudah memutuskan untuk keluar dari keruwutan dunia bisnis dan lebih fokus dengan keluarga.

Namanya orang kayah rayah mah ngak perlu mikirin uang, karena uang akan tetap mengalir meski mereka menganggur. Mereka memulai bisnis kecil kecilan dengan penghasial milyaran.

Bisnis apa ? Kita akan melihatnya di beberapa part. Di mulai dari hari pertama mereka memutuskan untuk undur diri dari bisnis mereka.

Bugh

Bugh

Bugh

"Cindy !! Dasi aku mana ?!! Telat inih!!"
Jinan kini mondar mandir di depan lemari baju mencari dasi. Padahal dia baru bangun, belum mandi. Masih pakai kolor juga. Heran.

"Hah ?"

Cindy keluar dari kamar mandi dengan wajah bingung. Semalam si Jinan ini bilang kalau mulai besok dia akan diam di rumah dan akan menganggur sampai batas yang tidak di tentukan. Bahkan batasnya mungkin sampai dia punya cucu dari Yori. Dia dengar dengan jelas si Jinan bilang begitu. Tapi kenapa pagi pagi ribut soal dasi ?.

"Nan!! Bangun!! Ngiggo ya lu ?"
Tanya Cindy. Dia mah santai. Abis mandi dan keramas dia lekas duduk di depan meja riasnya. Dia berniat jalan jalan bareng Aya yang juga sudah kembali dari jepang, jadi dia akan dandan.

Meski lebih aman dirumah disaat pandemi, tapi apa salahnya hibur diri dengan pergi tamasya ke bandung. Masih aman kok kalau kita cuman jalan jalan di kebun teh dan hanya ambil foto terus pulang deh.

"Dasi mana dasi ? Cepetan!!"
Jinan masih saja panik. Bagaimana tidak panik karena sekarang sudah pukul 11 siang.

"Jinan!!"
Gertak Cindy. Kesel tuh liat Jinan yang makin hari makin pikun. Belum juga 50 tahun tapi sudah gampang lupa. Bukan penyakit itu, dia udah cek ke dokter dan katanya bebas dari penyakit pikun. Tapi kok ya tetep pikun.

"Heh...kenapa ?"
Nah kan.

"Kenapa kenapa! Tadi aja panik sekarang tanya kenapa ?. Mandi sana. Udah siang. Aku mau pergi sama Aya dan kamu katanya bakalan di rumah aja. Kebetulan banget. Jagain anak anak sekalian aja ya ? Eh, tambah Christy. Pasti si Aya ngak bakal ajak itu bocah"

Jinan masih berdiri di depan lemari. Entah cari apa. Tapi dia inget sesuatu.

"Kok...kenapa ngak ingetin sih!!"
Kata Jinan saat dirinya sadar.

"Makanya kalau baru buka mata tuh baca doa dulu!! Main bangun bangun aja. Pikun nya kumat kan. Lagipula baru semalam juga nan kamu bilang udah ngak kerja. Lupa diri aja"

Jinan duduk di ranjang dengan lemas. Alasan dia lupa karena dia mimpi. Mimpi kena amukan papanya di telfon. Kalau dia ngak masuk kerja dia akan di keluar kan dari ahli waris. Yak jelas Jinan panik.

"Tadi aku pikir papa beneran telfon. Panik lah aku. Mana ngancem ngancem ngak kasih warisan gitu"

"Kenapa takut sama papa ? Kan kamu sudah punya perusahaan sendiri. Dan sekarang kamu hendel dari rumah juga kan ? Jadi ngak perlu takut sama ancaman papa. Kamu juga udah jadi milyader"

Cerita Keluarga MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang