So Sad

1K 96 33
                                    

Tak terasa liburan keluarga kompleks horang kayah akan segara berakhir esok pagi. Malam ini mereka berkumpul bersama di Villa keluarga ChiKaYa. Aya yang mengundang makan malam sebagai penutup dari rangkaian liburan mereka.

Di dapur hanya ada dua perempuan yang sibuk mempersiapkan makan malam. Yang satu tengah memotong sayur untuk masakan yang akan dia masak, yang satu tengah mencuci beras untuk di masak menjadi nasi nantinya.

Keduanya larut dalam keheningan, membuat Cindy merasa ada yang berbeda dari rekan di sebelahnya. Aya, sosok itu seperti tengah melamun. Bukan ciri khas Aya menjadi pendiam seperti itu. Pasti ada yang dia pikirkan. Untuk menghilangkan kekepoannya Cindy akhirnya bertanya.

"Ay, kamu kenapa ? Aku liatin kamu murung terus ?"
Cindy bertanya kepada Aya sembari terus memotong sayuran.

"Ngak apa apa ka. Cuma sedih aja liburan nya cepet banget berakhir. Dan besok udah balik ke Jakarta lagi"
Jawabnya lesu.

"Kalau kamu mau cerita, aku siap kok dengerin. Jangan coba sembuyiin masalah kamu begitu. Aku kenal kamu bukan dari kemarin, tapi dari dulu. Aku kenal kamu lebih dari anak anak kamu. kamu diam pasti karena kamu ada yang di pikirkan kan ?. Ayo cerita sama aku. Siapa tahu aku bisa bantuin kamu"

"Makasih ka, tapi aku beneran ngak apa apa kok"

"Mamih!!"
Christy muncul lalu memeluk Aya dengan erat sembari menangis.

"Kenapa dek ?"
Tanya Aya khawatir.

"Iroy...iroy mau lanjut sekolah di asrama. Kity mau ikut"
Ujarnya.

Aya menoleh ke arah Cindy. Dia bertanya apa benar yang di ucapkan Christy.

"Itu beneran ka ?"
Tanya Aya.

"Iya. Itu bener. Dia yang minta sendiri buat sekolah SMA nya yang ada asrama"

"Kok kaka setuju ? Dia masih kecil loh"

"Aku sama Jinan awalnya ngak setuju dia milih sekolah asrama. Dan itu juga mintanya yang di bogor. Jauh banget dari rumah. Tapi, Yori yakinin aku sama Jinan bahwa dia akan baik baik aja di sana. Mau bagaimana pun, kita maunya anaknya suka sama pilihannya. Jadi ya, aku sama Jinan setuju aja kalau dia sekolah asrama"
Jelas Cindy. Dari sorot matanya, Aya bisa melihat luka yang begitu dalam dari Cindy. Ibu mana yang akan rela berjauhan dengan putrinya. Apalagi Yori adalah anak bungsu di keluarga mereka.

"Mih, Kity boleh ngak ikut iroy ?"

"Apa deh, ngaco kamu"

"Kity ngak punya temen lagi buat main kalau dia beneran sekolah di asrama"

"Kan masih ada muthe, dia ngak asrama juga kan ?"

"Tapi iroy ?"

"Udah ah. Kamu jangan ikutan"

"Huaaaaa. Ngak mau pisah sama iroy"

Aya hanya mampu menenangkan Christy dengan usapan di bahu putrinya. Cindy diam diam pun ikut sedih melihat betapa kehilangannya Christy.

Saat mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, Anin muncul membawa gelas kosong lalu meletakkannya di westafel. Dia menatap ketiga manusia itu dengan aneh.

"Ada apa nieh ? Kok suasananya haru banget ?"
Tanya Anin sembari melirik satu satu.

"Ngak apa apa. Dek, ikut mama Anin kedepan dulu ya ?. Ka Anin titip Christy dulu ya ?"
Aya menghapus air mata di kedua pipi Christy lalu mengusap kepalanya sebelum membiarkan Christy keluar bersama Anin.

Anin hanya mengangguk. Dia paham ada yang perlu di bicarakan antara Aya dan Cindy.

"Ayo Kity, kita ke depan dulu"

Cerita Keluarga MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang