Chapter 13: Up & Down

896 109 15
                                    

Happy reading.
Typo tandai, makasii.

"Aku akan berada di sisimu, kita akan baik-baik saja."
--• Good day - BTS •--
.

Wanita itu memakai gaun panjang, putih bersih, dan nampak cantik dengan gerai rambut yang di terbangkan sepoi-sepoi oleh angin. Dia tersenyum anggun, padanya. Senyuman itu, senyuman yang begitu ia rindukan.

Di sampingnya, ada pria yang tak kalah menawan. Dia memakai tuxedo putih, dengan dada bidangnya itu nampak sangat pas di tubuhnya. Pria itu tersenyum, ujung matanya berkerut, dan menyipit. Sekali lagi, itu senyuman yang begitu ia rindukan 4 tahun ini.

Keduanya melambai dengan mata teduhnya menatap Tzuyu. Tzuyu sudah tak bisa menahan tangisnya! Matanya berkaca-kaca, langkah kakinya berlari menuju mereka. Saat sudah masuk ke dalam pelukan mereka, tangis Tzuyu pecah.

"Ayah! Ibu! Aku merindukan kalian..." Tzuyu memeluk leher kedua orangtuanya, tepatnya leher Wang Yi-bao dan Wang Bit-na, kedua orang tua asuhnya.

Mendengar isakan gadis kecil mereka, keduanya terkekeh, lalu balik memeluk Tzuyu. "Kami tidak merindukan mu,"

Tzuyu mengerjapkan matanya berulang kali, telinganya berkedut mendengarkan dengan jelas kalimat Wang Bit-na. "Hah?" Ulangnya.

Wang Yi-bao terkekeh. "Kami tak merindukan mu sayang, karena kami bahagia disini. Lihatlah, begitu banyak hal indah disini."

Tzuyu melepaskan diri perlahan, menatap kedua orang tuanya dengan cermat. "Apa karena aku anak asuh kalian, jadi kalian tak merindukan ku sama sekali?"

Bit-na terkekeh lagi, senyumannya yang anggun sangat nyaman untuk di pandang. "Tidak sayang. Bahkan kami sama sekali tak merindukan Jackson, anak kandung kami."

"Kenapa?"

Wang Yi-bao mendekat, lalu menunjuk ke sekelilingnya. "Lihatlah, apa tidak rugi kami jika mengabaikan ini semua?"

Tzuyu speechless, matanya bergerak mengelilingi sekitarnya. Ada taman yang sangat indah, dengan pohon yang menjulang tinggi dan tertata teratur. Mereka bertiga berdiri di jembatan mini, di atas sungai yang begitu bersih dan jernih airnya.

Lalu terdengar kicau burung, gesekan daun-daun dan ranting. Semua begitu menyejukkan hati dan menyenangkan mata. Matahari tak terlalu panas, di temani awan-awan yang berbentuk indah untuk menghiasi langit.

Ini terlalu tidak nyata!

"Apa aku sudah ada di keabadian?" Gumamnya membuat Wang Bit-na menggeleng pelan.

"Belum sayang."

Tzuyu menatap kedua orang tuanya. "Kenapa? Kurasa aku sedang sekarat tadi,"

Wang Yi-bao terkekeh lagi. Tzuyu bersumpah, ia sangat merindukan kekehan kecil itu. "Kau belum waktunya disini sayang."

"Kenapa? Apa aku tak boleh ikut kalian saja?" Tanya Tzuyu beruntun.

Wang Bit-na menggeleng pelan lagi. "Tidak sayang. Kau masih harus banyak mengalami hal indah di dunia. Kau belum pernah merasakan indahnya di cintai seseorang, indahnya mencintai seseorang yang bahkan membuat mu rela tersakiti demi membuatnya tersenyum. Kau belum bisa memaafkan masa lalu mu, kau belum menerima banyak cinta, dan kau belum bisa menerima keadaan yang menimpamu. Kau belum bisa merasakan bagaimana hidupmu yang berwarna. Banyak hal yang belum kau rasakan, makanya Tuhan tidak cepat memanggil mu."

Tzuyu terpaku mendengar kalimat panjang itu. Hatinya tersentil, tepat menusuk relung hati dan pikirannya. Benar kata ibunya, semua yang ia lakukan di dunia tidak ada yang benar-benar tulus dari hati. Bertahan hidup dengan bermain musik, hanya untuk menyembuhkan trauma. Bersahabat, berkerja, bersekolah, melakukan ini dan itu dengan hambar. Ia belum benar-benar merasakan pelangi dalam hidupnya.

Fallin' Light [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang