"Sulit untuk menyembunyikan perasaan. Apalagi kepada mata. Rasanya mustahil untuk berbohong."
—Ega—
...
Seperti apa yang sudah dikatakan oleh Ega kepada mamanya pagi tadi, Ega benar-benar pergi ke asrama Sean.
Berbekal pada ketergesaan menjadikan Ega tidak membawa apa-apa. Karena latihan voli berakhir pada pukul setengah delapan, ini membuat Ega panik. Mengingat perkataan Mira tentang gerbang asrama kakaknya yang akan tutup membuatnya mengabaikan membawa sesuatu. Biarlah, yang penting dia datang ke tempat kakaknya berada sekarang.
Jika soal mengontek, dia sudah melakukannya dari jam terakhir belajarnya berakhir. Dan kakaknya pun meresponnya dengan baik.
Ega memberhentikan motornya tepat di depan gerbang dari sebuah gedung yang memiliki halaman yang sepi. Tidak banyak barang sejauh Ega melihat, hanya ada beberapa pohon, pagar, bangku, satu mobil, dan tiga motor.
Ini membuatnya berpikir, "Halaman ini tanah serba guna apa, ya?"
Gerbang yang ada di hadapannya terbuka tidak cukup lebar, hanya cukup untuk satu motor. Dan Ega kembali menyalakan mesin dan masuk dengan pelan.
Ketika Ega berhasil melewati gerbang, dia dikagetkan oleh sebuah suara yang menyuruhnya untuk berhenti.
"Mau ke mana, Dek?"
Ega menoleh ke asal suara dan mendapati seorang petugas keamanan. Dia berdiri di dalam sebuah pondok yang kecil, hanya mampu diisi oleh tiga orang saja. Menurut Ega seperti itu.
"Anu ... aku mau mengunjungi kakakku di asrama," jawab Ega.
Dia tidak mematikan mesin motornya karena merasa tidak perlu. Menunggu sebentar, lalu telinganya mendengar sebuah balasan.
"Oh begitu. Mau menginap atau pulang?"
"Emang boleh menginap?"
"Tidak boleh sih sebenarnya."
"Yaudah berarti pulang."
"Jangan lewat dari jam sembilan ya, Dek."
"Oke, Pak. Makasih Pak."
Pak Satpam mengangguk, Ega pergi dengan motornya.
Saat pandangan Ega mengedar untuk mencari tempat yang pas untuk memarkirkan motornya, dia mengetahui sesuatu. Ternyata halaman yang terlihat kecil dari luar ini sangat besar dan menyimpan banyak barang.
Ega mengambil tempat di dekat pohon bersama dengan motor-motor yang ada. Dari apa yang matanya lihat, kendaraan bermesin seperti motor dan mobil, tak cukup banyak. Kebanyakan adalah sepeda.
Ini bisa diasumsikan bahwa semua orang yang mengambil asrama di sini menggunakan sepeda. "Motor sama mobil pasti milik petugas sini," monolog Ega.
Ega berjalan cukup santai sambil mengamati sekitar. Terdapat dua gedung yang besar dan berdiri kokoh di sebelah dan hadapannya. Bentuknya leter L dengan tangga di sudut siku-siku yang menjadi pembatas.
Menurut Ega gedung asrama ini keren. Di bawah gedung terdapat ruang kosong yang diisi oleh banyak sepeda. Dia bisa melihatnya ketika menginjakkan kakinya di anak tangga pertama.
Ketika dirinya terus melanjutkan langkah, matanya langsung mendapatkan kejutan lain. Ada sebuah tanah lapang yang diisi banyak lampu yang bersinar tak terlalu terang. Di bawah lampu-lampu itu ada banyak bangku dan sebuah lapangan. Tak hanya itu, sebuah taman pun mengisi ruang yang besar ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DISLEKSIA BROTHER | Brothersip Project✓
Teen FictionWelcome to my universe 🔰 "It looks simple, but it is more deep and complicated inside." -Alzena Ainsley, the author of wonderful story. °°° Ega Asherxen itu laki-laki yang cukup baik. Baik dalam ketampanan dan dalam kepintaran. Tapi kurang baiknya...