MDB 29| Pergi

299 31 2
                                    

By the way, cerita ini habis di bab 36 yaa. Dan mungkin ada beberapa side story yang akan aku unggah. Tapi itu mungkin hehe

...

"Cara kerja hati tuh tidak ada yang bisa menebak."

-Ega-

...

Ega mengendarai motornya dalam kecepatan sedang. Keadaan hati dan pikirannya tidaklah sekacau seperti sebelumnya. Sekarang sudah mulai menenang. Setidaknya otaknya bisa bekerja secara berurutan apa yang harus dilakukan lebih dulu, seperti pergi tanpa mengucapkan salam.

Keadaan jalanan di Minggu pagi ini untungnya sedang bersahabat. Tidak ada kemacetan atau keruwetan yang biasa terjadi. Ini membuat Ega tidak perlu repot-repot menaikkan tensis darahnya. Dia menghela napas untuk itu.

Mata bulat Ega menatap pertigaan di depannya, pilihan jalan untuk pergi ke sekolah Carios dan Starla. Jika ke kanan maka itu akan ke Carios, dan ke kiri adalah arah menuju Starla. Dan kini ia memilih kiri tanpa banyak pertimbangan.

Dari awal dirinya meninggalkan rumah tanpa pamit memang sudah ada niatan untuk pergi ke asrama kakaknya terlebih dahulu. Ketidakpercayaan yang ia sebutkan kepada Mira pasal hilangnya buku Sean memang benar dan kini ia akan membuktikannya. Ada perasaan di dalam dirinya yang ingin menunjukkan kepada ibunya bahwa dirinya benar dan kakaknya salah.

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai tujuan, cukup sepuluh menit dan ia akan sampai. Ini yang menjadi pertimbangan dirinya juga untuk melakukan hal ini, karena tidak akan lama maka waktunya tidak akan terganggu. Dia bisa datang ke Carios tanpa ada kata terlambat.

Ega sudah cukup yakin untuk hal itu dan membuatnya berani mengambil tindakan ini. Sepanjang jalan pun dia tampak yakin dan tidak banyak raut wajah yang terlukis. Kecuali untuk bete. Itu garis wajah yang paling mencolok.

Pintu gerbang yang melindungi dinding tempat kakaknya tinggal sementara sudah terlihat. Rem belakang yang berada di bawah tangan kirinya ia tarik secara perlahan.

Ega membelokkan setir ke dan kembali menarik gas sampai melewati gerbang yang sudah terbuka. Seperti biasa ketika melewati pos dia berhenti.

Seorang petugas tengah berbicara dengan seseorang yang tak dikenali Ega. Itu membuat Ega tak langsung berkata untuk meminta izin masuk. Dia menunggu beberapa menit hingga akhirnya kedua orang itu menoleh dan melihatnya.

"Oh, kamu lagi," kata Satpam.

Ega sedikit membuat senyum untuk terlihat baik. Baru menjawab singkat, "Iya, Pak."

Orang yang berada di dekat Satpam melirik sekilas kepada Satpam seolah menyela pembicaraan. Ega tidak begitu yakin tetapi dari arti lirikannya dia merasa bahwa orang itu seperti tengah bertanya.

Lalu tiba-tiba saja rungu Ega mendengar ucapan si Satpam. "Dia adiknya yang kabur itu. Udah beberapa kali dia ke sini."

Perasaan Ega mulai terasa aneh lagi. Dia merasa tidak enak hati karena dibicarakan langsung di depan oleh dua orang yang sepenuhnya tak dikenal olehnya.

Orang yang sama sekali tak dikenal oleh Ega mengangguk dan menjauh dari si Satpam lalu mendekat kepada Ega. Rasa tak enak hati Ega semakin besar, pikiran negatif mulai bermunculan.

Apa nih? Mau apa nih? Aku salah kah? Ada kaitannya sama Kak Sean? Emang aku salah apaaa?

"Dek, mau ke kamar Sean bukan?" tanya orang itu.

Suaranya ngebas dan terasa bulat. Bagus untuk seorang lelaki. Kesannya dewasa sekali. Aromanya pun mengikutinya. Ega yakin jikalau lelaki di sampingnya ini sudah matang untuk menikah.

MY DISLEKSIA BROTHER | Brothersip Project✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang