MDB 15| Banting Emosi

343 42 5
                                    

"Umpatan adalah salah satu cara untuk melepaskan emosi."

—Ega—

...

Jika sore hari mulai datang, maka jalanan akan sedikit melenggang. Ini bukanlah jalan kota besar, jadi pada jam kurang dari lima maka jalanan di daerah Ciampea sampai Leuwiliang akan terasa indah.

Indah di sini untuk ketenangannya. Bukan untuk kebersihan ataupun panoramanya. Jika untuk keduanya, maka daerah sini tidak jauh beda dengan kota-kota besar lainnya seperti Bogor Kota. Di sini polusi sudah membludak yang bercampur dengan bau sampah dan matahari yang mendingin.

Rasanya tak cukup sehat untuk paru-paru. Dada pun akan terasa sesak dan panas. Seperti kamu ingin menghirup tetapi yang tersedia adalah kepulan asap dari makanan panas. Itu sangatlah tak sedap.

Jika Ega tidak membawa motor, mungkin pernapasannya akan terganggu jika menggunakan angkutan umum. Dia yang sangat cinta kebersihan sedikit tak sudi jika keringatnya sampai bercampur dengan bau orang lain. Cukup bau keringatnya yang tercium olehnya, tidak dengan hiruk-pikuk sekitar.

Mengingat sumpeknya angkutan umum, nama kakaknya langsung muncul di dalam benaknya. Tak lama kemudian riak wajahnya pun tergambar. Tanpa terasa otaknya menyuruh untuk tangannya menarik gas motornya, menambah kecepatan agar kakaknya tak sampai menggunakan angkot. Dia harus bergegas.

Puji syukur terucap tanpa kata di dalam hatinya ketika berhasil menyalip beberapa mobil. Tidak cukup padat memang, tetapi tetap saja jalan ceritanya akan sedikit berbeda jika orang lain pun sama dengannya, mengebut.

Jika alasan Ega mengebut adalah karena ingin cepat sampai, mereka yang kebanyakan berhasil dilalui atau akan dilaluinya justru karena merasa kesal. Metode Ega dalam menyalip memang sedikit kasar, jadi pantas saja orang-orang merasa jengkel dan ingin kembali menyusulnya.

Ega melihat ke arah spion kirinya, dari sana terpantul satu motor yang hendak menyusulnya dari jarak yang lumayan jauh. Melihatnya membuat hati Jungkook gatal. Matanya kembali melihat ke depan dan dengan cepat menarik gasnya lagi.

Di hadapannya ada sebuah truk yang mengangkut sampah. Bertambahlah keinginan untuk menyalip. Panas karena di belakang ada yang ingin menyusul membuatnya dengan gila berdekatan dengan truk dalam jarak kurang dari dua meter.

Dia menekan klaksonnya. Bunyi nyaring langsung memekakkan telinga. Ega tak peduli dan langsung menarik gas tanpa melihat kaca spion. Lajunya sangat cepat, hanya dalam hitungan detik dirinya sudah terbebas dari truk dan motor itu di belakangnya.

Seringai terbit dengan puas di bibirnya. Helm yang menutup hampir keseluruhan wajahnya itu tak bisa menampilkan ekspresi terbaiknya kepada siapapun yang meliriknya sekarang. Mereka hanya melihat mata yang memandang tajam lurus ke depan.

•••

15 menit Ega habiskan di jalanan. Sekarang dirinya sudah sampai di depan gerbang yang terbuka lebar.

Ega menepi dan mundur agar tak menghalangi jalan siswa yang berhamburan keluar. Dia mematikan mesin motor dan menjulurkan kepalanya, mengintip.

Dirinya yang diam di tempat yang kurang tepat membuat matanya secara terbatas menggunakan fungsinya. Dia hanya bisa melihat sedikit dari bagian dalam gerbang.

Merasa percuma, akhirnya dia memutuskan untuk mengambil ponselnya yang berada di saku almamaternya. Layar ponsel menyala, sinarnya yang redup perlahan menyala dengan terang setelah mengenali posisinya.

Sebuah aplikasi perpesanan Ega tekan dan tangannya mengetik beberapa huruf sampai terlihat satu orang yang ia cari. Sean.

Jarinya kembali bermain, meloncat sana-sini dengan gerakan yang cepat dan lihai. Matanya tak kunjung lepas dari layar, mengabaikan orang-orang yang melewatinya.

MY DISLEKSIA BROTHER | Brothersip Project✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang