"Setiap cerita memiliki akhir. Adapun terasa indah atau tidaknya itu tergantung perspektif masing-masing."
—Ega—
...
Hari kembali berganti. Jika kemarin Ega sudah membuat gempar dua sekolah maka hari ini dia akan menanggung resikonya. Telah datang dua panggilan berupa surat yang berbeda tetapi memiliki isi yang sama untuk orang tuanya. Surat yang datang setelah enam jam dari insiden itu terjadi, menginformasikan bahwa orang tua Ega harus datang di Senin pagi.
Dan hari ini adalah harinya. Sebenarnya Ega merasa aman-aman saja karena dirinya tak merasa bersalah setelah memukul Noel dan Vito. Dia siap melakukan pertanggungjawaban jika diminta. Belum lagi dia juga sudah menjelaskan semuanya kepada ayah dan ibunya semalam. Jadi ketakutannya sudah berkurang banyak.
Namun sayangnya dia tidak bisa pergi ke sekolah Starla bersama dengan kakaknya karena dirinya memiliki surat panggilan yang lain juga dari sekolahannya. Dengan terpaksa dirinya tidak bisa menyerang lagi Noel di sekolahannya. Dan untuk sekarang dia harus pergi bersama ibunya menghadap Pak Neo—orang yang mengirim surat permintaan untuk datang itu.
Berangkat secara berbarengan, Ega membawa ibunya dengan motor matic-nya. Sebenarnya untuk orang tua diberi waktu untuk datang jam berapa, tetapi Mira maupun Daniel memiliki kesibukkan tersendiri. Keduanya tidak bisa meninggalkannya jika harus mengikuti waktu yang sudah ditentukan.
Ega tidak merasa keberatan atau terbebani sedikitpun. Dia hanya berpikir simpel. Lebih cepat, lebih baik.
"Ma, kenapa Mama tidak pergi ke sekolahan Kak Sean aja?" celetuk Ega saat sudah berada di jalan raya.
Mira yang berada di belakang Ega berteriak membalasnya, "Mama maunya datang ke sekolah kamu, Dek." Mira berhenti sejenak untuk mengambil napas. Dan ucapannya kembali ke oktaf normal untuk kelanjutannya. "Lagian ini undangan khusus buat ibu-ibu rumpi."
Ega dapat dengan jelas mendengar perkataan Mira yang pertama namun mendapatkan kesulitan untuk terakhirnya. Dia seperti mendengar suara nyamuk yang terbang. "Mama ngomong apa?" teriaknya, bertanya.
Setelah bertanya demikian Ega tidak lagi mendengar suara apapun. Dia jadi melihat Ibunya dari kaca spion dan justru mendapatkan sebuah pengabaian. Jika itu adalah sebuah pisau maka pastinya pengabaian Mira sudah berhasil mengenai hati Ega. Menyakitkan.
Apa ini ya yang dirasain sama Kak Sean jika diabaikan olehku? Sakit juga ternyata. Dahlah mau tobat.
•••
Ketika Ega sampai di sekolah, dirinya langsung menjadi pusat perhatian semua siswa yang berpapasan dengannya. Pasalnya Ega adalah murid yang baik dan jarang sekali melakukan kesalahan. Itu adalah citranya selama ini dia menimba ilmu di SMP Carios. Dan sekarang tiba-tiba dirinya datang bersama dengan seorang wanita yang terlihat dewasa. Pemikiran-pemikiran hadir di dalam benak mereka.
Ega mengabaikan setiap lirikan yang dia dapatkan. Berjalan di belakang Ibunya membuatnya merasa acuh tak acuh terhadap segala jenis bisikan yang mampir di dalam rungunya. Dia bersikap seolah mereka itu tidak melakukan apapun saat ini.
Ega terus berjalan dan tak sengaja bertemu dengan Brian yang baru saja keluar. Bunyi bel tanda upacara akan berlangsung pun terdengar dan menjadi penyebab semua siswa pada berhamburan ke lapangan.
"Tante?" Brian terkejut dan tak bisa menutupinya. "Kenapa Tante datang sekarang?"
Ega melirik sekilas dan tak acuh. Dia tetap diam di tempat dan merasa tak perlu memberi sapaan atau perhatian yang lain kepada Brian. Jujur saja dia belum berbaikan dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DISLEKSIA BROTHER | Brothersip Project✓
Novela JuvenilWelcome to my universe 🔰 "It looks simple, but it is more deep and complicated inside." -Alzena Ainsley, the author of wonderful story. °°° Ega Asherxen itu laki-laki yang cukup baik. Baik dalam ketampanan dan dalam kepintaran. Tapi kurang baiknya...