"Memuakkan jika terus berada di posisi yang lemah."
—Ega—
...
Para senior yang akan menjadi lawan mereka mendekat, memberikan senyuman cerah dengan sederet gigi yang bersinar karena sinar lampu yang terpantul. Menyilaukan. Kecuali untuk sang mantan kapten, Davin, dia hanya tersenyum lebih lebar tanpa menunjukan giginya.
Ega melihat mereka dengan seksama. Dia hampir mengenal semuanya. Lima orang saja. Davin Adelar, Marva Daiziel, Keith Anthony, Dante Giovanni, Theon Ali Danette dan untuk satunya lagi dia tidak tahu.
"Eh, yang deket Kak Theon siapa tuh? Baru lihat perasaan," bisik Pacian.
Yang dimaksud oleh Pacian adalah laki-laki tinggi, putih, berwajah tampan, berwajah datar seperti papan triplek, dan bermata panda. Dia adalah laki-laki yang tidak diketahui oleh Ega juga.
"Tapi wajahnya seperti familiar, ya?" balas Brian. Dia sampai mengerutkan keningnya karena berpikir keras.
Lalu tiba-tiba Ega berkata, "Dia mirip kamu, Sham."
Dan semua melirik bersamaan. Sama seperti Ega, mereka pun berkata serempak, "Iya! Kalian kembar!"
Shamus serta merta mencebik dan memutar kedua bola matanya. Wajahnya langsung dingin dan sangat datar sekali sehingga membuat keduanya memiliki tingkat kemiripan yang semakin jelas.
"Ih iya. Kalian kok bisa sama?" tanya Eugneu, begitu heran dan merasa aneh.
Sebelum kedua bibir Shamus terbuka untuk menjawab, Avis keburu datang dan menyela, "Kalian udah siap?"
Semua saling bertukar pandangan ketika berhadapan dalam jarak yang tak lebih dari dua meter. Dan untuk Shamus, dia memasang wajah kesal kepada orang yang disebut mirip dengannya.
"Udah, Kak. Kita sepenuhnya siap!" jawab Brian dan Eugneu bersamaan.
Avis tersenyum puas. Dia mengalihkan pandangannya dari timnya kepada Davin, lalu bertanya, "Mau langsung, Dav?"
"Kita mau pemanasan dulu. Belum sama sekali soalnya," jawab Davin.
Tatapan Ega begitu terfokus pada Davin. Pupilnya melebar di setiap bagian tubuh Davin yang memiliki banyak perubahan dari terakhir kali ia lihat. Dan itu sungguh membuatnya takjub.
Gila. Makin tinggi saja seperti gantar. Kalau sekarang posisinya jadi blocker, si Shamus sudah pasti kelar.
Telinganya kembali mendengar suara lain, dan itu dari orang yang tidak dikenal oleh Ega, Brian, Eugneu, dan Pacian. "Dav, kamu jadi blocker sekarang. Biar aku jadi setter."
Semua melirik kaget. Tidak ada yang tidak menunjukkan wajah yang biasa saja kecuali untuk teman satu timnya. Bahkan Avis pun melebarkan matanya.
Seluruh siswa SMP Carios sudah tahu bahwasanya Davin adalah setter utama dan pastinya akan selalu menjadi setter utama di klub voli manapun. Mereka sangat yakin karena kemampuan Davin tidaklah buruk sama sekali. Justru sangat keren. Dan Ega mengakui itu.
Oleh karenanya, Ega adalah orang yang paling parah syoknya. Dia benar-benar melebarkan matanya hingga kedua bola matanya terlihat semua. Di dalam hatinya Ega yang sedang terheran-heran, dia juga merasa kaget oleh hal lain.
Dia bisa baca pikiranku, heuh?
Kini mata Ega dan orang itu berpapasan, saling berbenturan dengan yang satu berhasil menerobos dan menusuk jantung Ega.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DISLEKSIA BROTHER | Brothersip Project✓
Novela JuvenilWelcome to my universe 🔰 "It looks simple, but it is more deep and complicated inside." -Alzena Ainsley, the author of wonderful story. °°° Ega Asherxen itu laki-laki yang cukup baik. Baik dalam ketampanan dan dalam kepintaran. Tapi kurang baiknya...