"Saat sikon memaksamu untuk berubah. Bagaimana mungkin semesta akan membantumu? Terima saja. Mungkin itu yang terbaik."
—Sean—
...
Setelah melewati malam yang panjang, kini pagi kembali menyapa. Rasa letih terbayarkan dengan istirahat yang cukup tadi malam. Belum lagi sebelumnya sudah makan dengan kenyang. Sungguh kenikmatan tiada duanya ketika mata kembali terbuka dengan pelan.
Bangun di Minggu pagi hari ini sedikit telat. Biasanya Ega akan bangun ketika matahari baru mengeluarkan sedikit sinarnya, tetapi sekarang kamarnya sudah disinari sinar matahari yang hangat.
Jendelanya sudah terbuka. Gordennya mengerut dengan rapih di sisi jendela. Rasa segar pun sudah mengisi ruangannya. Ketika dihirup sungguh sangat nyaman untuk paru-paru.
Ega bangkit. Dia melakukan peregangan seperti biasa. Tangannya direntangkan dan ditarik dengan kuat sampai rileks. Lalu mengembuskan napasnya secara pelan dan teratur.
Pagi ini sungguh luar biasa. Ega sangat menikmati sensasi paginya dengan sinar matahari yang cukup dan udara yang menyegarkan. Dan terakhir adalah sapaan indah.
"Dek, ayo kita sarapan!"
Itu dari Sean. Kakaknya yang sekarang sedang berdiri di ambang pintu dengan senyum kotaknya yang menggemaskan.
Tak bisa mengelak Ega pun tersenyum. Hatinya sudah terlebih dahulu senang dan tenang. Wajahnya tak bisa berbohong. Dan tubuhnya tak bisa menampik perasaan yang sedang baik. Dia berjalan cepat sambil membalas, "Iya, iya."
•••
"Sudah mulai ada bimbel, Dek?"
"Sudah. Dari semester ganjil kali, Yah."
Daniel mengangguk. Pagi ini Daniel mengikuti sarapan bersama keluarga. Ini Minggu jadi dirinya harus bangun lebih awal untuk menghabiskan sedikit lebih banyak waktu di rumah. Dan selebihnya akan bekerja seharian di salonnya.
Untuk masalah pendidikan, Daniel yang akan lebih maju, sedangkan Mira tidak. Mira lebih kepada emosional anak, terlebih untuk Sean. Keduanya berperan penting, dan Mira lebih mendominasi.
Ini bukan karena Daniel tidak mampu menjadi seorang dominan di keluarga ini. Hanya saja dia tidak bisa menentang Mira karena suatu alasan yang pastinya seluruh keluarga pun sudah tahu tentang itu. Mira adalah alasan mengapa hidup mereka lebih baik sekarang.
"Kakak bagaimana sekolahnya? Nyaman?"
Sekarang Mira yang bertanya. Biasanya pertanyaan ini akan dibahas setiap minggu tapi untuk bulan ini, hanya baru satu kali. Mira terlalu sibuk dan Sean tidak bisa curhat dengan keinginan dirinya sendiri.
Untung saja Mira sedang ingat sekarang. Semenjak kemarin, dia jadi terasa ditampar karena lengah sebentar. Ini menjadikan Sean terluka. Dan tentunya membuat dirinya pun merasa khawatir.
"Suka kok suka," jawab Sean semangat.
Dia bahkan sampai mengangguk-ngangguk. Senyumnya mengembang. Inilah yang ditunggu olehnya, pembicaraan seputar keluarga teruntuk Sean dan Ega.
"Ada kesulitan apa di sana? Cerita aja, jangan malu," ujar Mira dengan senang juga.
Senyumnya sampai hadir dan menghiasi wajahnya yang segar. Pun dengan Daniel, dia juga tersenyum melihat anaknya yang bersemangat dan istrinya yang penuh pengertian.
Namun, berbeda dengan Daniel dan Mira, Ega justru menanggapi dengan helaan napas. Dalam benaknya, dia tidak berpikir bahwa jawaban Sean itu benar adanya. Pikirnya, "Yakin suka? Perubahaan emosi yang secepat kilat bisa berubah-ubah mana bisa dipercaya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DISLEKSIA BROTHER | Brothersip Project✓
Roman pour AdolescentsWelcome to my universe 🔰 "It looks simple, but it is more deep and complicated inside." -Alzena Ainsley, the author of wonderful story. °°° Ega Asherxen itu laki-laki yang cukup baik. Baik dalam ketampanan dan dalam kepintaran. Tapi kurang baiknya...