"Tipe orang pemikir itu merepotkan."
-Alzenainsly-
...
Berbagai macam pertanyaan muncul di dalam benak Ega. Separuh malamnya ia sudah habiskan untuk bergelut dengan pikiran dan asumsinya sendiri di dalam kamar yang gelap.
Selepas dari menyaksikan Sean menangis dengan begitu menyedihkan, dia belum bisa mendekat kepada kakaknya maupun ibunya yang terus berdekatan. Melihat bagaimana kaget dan khawatirnya Mira kepada Sean sungguh membuatnya kehilangan kata-kata dan pemikiran untuk bertanya atau menenangkan.
Ketika ayahnya pulang pun, dia masih belum cukup berani mendatangi mereka bertiga. Hanya sebatas memperhatikan dari jauh, di balik tembok dengan kepala yang menjulur ke ambang pintu. Segala apa yang terjadi di kamar Sean-kebingungan, rasa sakit, dan kemarahan-teruntuk ayah dan ibunya, terekam jelas di dalam benaknya. Itu semua adalah kekhawatiran utuh seorang orang tua.
Apa yang terjadi di keluarganya malam ini cukup buruk hingga mampu membuat Ega berpikir liar. Hanya seperti ini, berdiam dan melakukan perang batin dan pikiran. Segala macam asumsi dan kemungkinan ia pikirkan. Semua yang berkaitan dengan Sean, tangisannya, senggalan napas yang berat, sorot pandangnya yang begitu sakit, rengkuhan Mira, kekesalan Daniel, dan percakapan yang terjadi di antara mereka.
Aku sedih untuk ketidakberdayaanku. Kak Sean memang segalanya. Aku ... aku tidak cukup lemah untuk membuat mama dan ayah menampilkan ekspresi itu. Mereka tidak cukup peduli tentang aku.
•••
Pagi kembali menyapa dunia dengan hangat dan ceria. Kesegaran sudah menguar di halaman rumah Daniel dan menyebar ke seluruh ruangan melalui fentilasi udara jendela.
Seharusnya di Minggu pagi ini Ega bangun dengan keadaan tubuh yang segar bugar dan pikiran yang jernih. Namun kenyataannya justru kebalikan dari keadaannya selama dua hari yang lalu. Dia bangun dengan lunglai dan pikiran yang kacau.
Setelah menghabiskan malam yang berat dengan segala macam pemikiran yang saling bersahutan dan tumpang tindih, Ega belum bisa mengendalikan emosi dan pikirannya. Dia yang sekarang adalah laki-laki yang sedang galau. Akibatnya keterlambatan pun akhirnya terjadi untuk bergabung di meja makan bersama keluarganya.
Ega masih betah berdiam diri di atas kasur dengan tubuh yang terbaring lemas. Dia tidak sakit, tetapi batinnya iya. Ini menyebabkan seluruh tubuhnya menjadi tak berenergi. Kacau sekali.
Kelopak mata yang sudah terbuka itu kini melebar seiring dengan masuknya udara yang begitu dalam dan besar.
Sudahlah, semangat! Ingat pertandingan, ingat pertandingan! Kalau udah beres baru nanti nanya-nanya ke Kak Sean soal yang kemarin.
Lalu setelah pemikiran datang, matanya menutup. Embusan napas keluar dalam satu dorongan yang kuat dan besar dan setelahnya Ega langsung bangun. Dia menyisi pada pinggiran ranjang, mengambil ponsel yang berada di pojokan kasur dan menghidupkan data selulernya.
Butuh sekitar satu menit untuk menunggu pesan-pesan yang berdatangan waktu semalam. Dia membuka aplikasi perpesanannya dan hanya melihat secara sekilas. Cukup banyak dan itu dari orang-orang yang tak penting semua. Kecuali untuk yang paling teratas-kedatangannya hari ini dari Kak Jim-memiliki hal yang menarik pada sederet kata yang terlihat sepotong.
Ega membukanya dan sekarang ada dua pesan yang ternyata belum dibaca.
Kak Jim
Sean ada tidak?| 8:20 PM
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DISLEKSIA BROTHER | Brothersip Project✓
TeenfikceWelcome to my universe 🔰 "It looks simple, but it is more deep and complicated inside." -Alzena Ainsley, the author of wonderful story. °°° Ega Asherxen itu laki-laki yang cukup baik. Baik dalam ketampanan dan dalam kepintaran. Tapi kurang baiknya...