MDB 33| Set 3

296 32 2
                                    

“Tidak peduli apa yang terjadi, fokusku hanya keluargaku. Kalian enyahlah.”

—Ega—

...

Di set ketiga ini mereka kembali melakukan pertukaran lapangan. Sebelum pertandingan dimulai seperti biasa masing-masing dari setiap tim akan berkumpul dengan pelatihnya.

Untuk sekarang Ega tidak bisa fokus mendengarkan apa yang dikatakan oleh Pak Dan karena matanya sesekali melirik pada Sean yang berdiri jauh darinya. Dia terus mendengar namun hanya beberapa poin saja yang mampu ia tangkap.

Sampai pada akhirnya rungunya mendengar namanya dipanggil dan ketika menoleh langsung mendapati mereka sedang menatapnya dalam.

"Ke-kenapa ini?" tanya Ega secara spontan.

Pak Dan dan Brian menghela napas panjang, sedangkan yang lainnya menggeram menahan sebal.

Pak Dan bertanya dengan sabar, "Kamu masih bisa bermain atau tidak, Ega?"

Kedua ujung alis Ega bergerak dan hampir bertubrukan. Dia tidak mengerti. "Memangnya aku kenapa?"

"Ga, semenjak kakakmu masuk lapangan, kamu tidak bisa fokus sama sekali," terang Avis.

Ega terdiam karena benar. Dia tidak bisa mengilah.

Itu membuat Pak Dan kembali berkata, "Kalau kamu masih tidak bisa fokus lebih baik mundur. Mengistirahatkan otak itu lebih penting daripada tubuh."

"Tapi," Ega menggantungkan ucapannya untuk mempertimbangkan, "apa lawan akan tetap memainkan Kak Sean kalau aku tidak bermain?"

Semua saling berpandangan. Tidak usah dijawab pun jawaban 'tidak tahu' sangat terpampang jelas pada wajah mereka.

Pak Dan selaku pelatih yang sudah sering mengalami segala macam masalah dalam voli menjawab, "Itu tergantung pada pelatih mereka. Kita tidak bisa memprediksinya."

Mata bulat Ega melebar setelah mendengar jawaban Pak Dan. Dia bisa menyimpulkannya saat ini.

Ada ataupun tidak ada aku di lapangan, Kak Sean akan tetap mendapatkan masalah.

Kalau aku sampai tidak bermain, mereka pasti akan menargetkan Kak Sean. Tapi ... aku tidak bisa fokus kalau pikiranku terus dibayangi oleh dia.

Jalan satu-satunya Kak sean harus dikeluarkan sama pelatihnya.

"Jadi, kamu masih bisa main atau tidak, Ega?" ulang Pak Dan, serius.

Dan dengan serius pula Ega menjawab, "Aku bisa."

Ini akan menjadi permainan yang akan menegangkan untuknya. Kesempatan untuk menjatuhkan lawan harus berhasil ia dapatkan. Bagaimanapun caranya Sean harus tumbang agar digantikan.

•••

Semua pemain untuk set ketiga ini sudah menempati posisi masing-masing. Ega kembali berhadapan dengan Noel. Masing-masing dari wajah keduanya menampilkan ekspresi yang berbeda. Jika Ega penuh kesuraman dan kesal, maka Noel tampak santai dan berbahagia.

Itu sudah cukup mampu menjadi sebuah alasan untuk Ega menambah rasa kesalnya. Apalagi ketika mendengar perkataan Noel yang keluar.

"Kakakmu sudah latihan voli dengan sungguh-sungguh beberapa hari yang lalu. Jangan sampai kerja kerasnya diremehkan, oke?"

Mendengar hal itu lintasan momen kemarin hadir dan memutar kejadian yang menjadi kejadian hari ini. Ega mengingat dengan jelas akan kedatangan Sean yang datang sambil menangis dan kacau. Itu membuat emosinya seketika meluap dengan sendirinya.

MY DISLEKSIA BROTHER | Brothersip Project✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang