Sudah dua kali pagi Ega bangun dengan keadaan tubuh yang ringan; kepala dan tubuhnya begitu santai karena tidak memiliki beban dan masalah. Sedikit pun tidak ada.
Ayah dan ibunya tidak lagi mengacau pada dirinya soal voli. Kakaknya pun sangat baik dengan tidak meminta apa-apa setiap kali bertukar kabar dengannya. Tidak secara langsung ataupun via ponsel. Justru dia sering mendapatkan makanan gratis dan hiburan dengan mendengarkan curhatannya. Sejauh ini kakaknya sangat bahagia tinggal di asrama.
Ini sungguh membahagiakan. Dunianya seakan dipenuhi kupu-kupu yang berwarna-warni. Belum lagi terasa segar dan harum karena bunga-bunga juga ikut menghiasi dirinya.
Ega sungguh merasakan kenikmatan surga kehidupan.
"Serius. Kenapa tidak dari dulu seperti ini coba. Hidupku bahagia sekali," monolog Ega di tengah kegiatan menghirup udara segarnya.
Melalui jendela yang sudah terbuka dengan lebar, udara dingin segera menyapa wajahnya. Bau rumput basah dan kusen jendela kayu jati bercampur dan membuat aroma baru yang lebih kuat tentang alam.
Setiap kali aroma ini masuk ke dalam hidung, urat-urat sarafnya akan dengan refleks merespon. Dan setiap jengkal dari otot yang berada di dalam tubuh, secara otomatis merileks. Ketenangan tercipta, bersemayam di dalam dada dan pikirannya.
Seiring berjalannya waktu rasa semangat pun hadir. Akibat daripada pikiran yang tenang memikirkan segala macam kegiatan, api semangat untuk pagi ini menyala dengan perlahan dan kian membesar.
Memikirkan bagaimana latihan terakhir dan pertandingan voli yang akan diadakan besok, sungguh membuat Ega berada di dalam luapan energi positif. Dia tidak sabar ingin segera bertemu dengan mereka, lawan dari sekolah kakaknya. Starla.
°°°
"Kamu mau ke asrama lagi, Dek?"
Ega menghentikan gerakan mengunyahnya, mengangkat wajah dan melihat Daniel. Dia berpikir sesaat sembari melanjutkan melumati makanannya. Setelah merasa cukup kosong ruang mulutnya, lalu dia menjawab, "Belum tau."
Ada jeda setelah jawaban Ega sebelum akhirnya kembali terdengar suara sebuah ucapan. "Ke sana lagi, Dek," pinta Mira. "Coba tolong fotokan buku baru yang kemarin Kak Sean minta."
"Kak Sean beli buku baru apa?"
"Buku bahasa Inggris katanya."
"Dia yang beli sendirian?"
"Iya, ke gurunya."
Ega tak lagi melanjutkan pertanyaannya. Dia sudah mengerti dan akhirnya hanya mengangguk.
"Tapi aku tidak janji. Soalnya hari ini latihan terakhir jadi sepertinya akan lebih lama," ujar Ega.
Tidak ada mimik kesal atau tidak peduli dari wajah Daniel maupun Mira. Keduanya menampilkan raut wajah yang biasa saja, seperti sudah mengerti.
Ega yang sedang diliputi energi positif menafsirkan bahwa kedua orang tuanya menerima dengan baik kali ini. Tentu saja ini menjadikan kebahagiaan yang berada di dalam dirinya semakin membesar.
"Kasih tau aja kalau jadi," ucap Mira dan menjadi akhiran untuk obrolan pagi ini.
°°°
Berbeda dengan Ega yang melewati sarapan paginya dengan kedamaian, ketenangan, dan kebahagiaan, Sean justru tidak merasakan ketiga hal itu sama sekali.
Dia yang bangun terlambat pagi ini menjadi rusuh sendiri dalam mempersiapkan segala hal untuk sekolah. Memilih untuk hidup mandiri, dia tidak bisa menyalahkan teman sekamarnya yang tidak membangunkannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DISLEKSIA BROTHER | Brothersip Project✓
Novela JuvenilWelcome to my universe 🔰 "It looks simple, but it is more deep and complicated inside." -Alzena Ainsley, the author of wonderful story. °°° Ega Asherxen itu laki-laki yang cukup baik. Baik dalam ketampanan dan dalam kepintaran. Tapi kurang baiknya...