0 7 - Hang Out (2)

684 133 49
                                    

tora : nti main lg yuk syg :)

Aku menatap ke layar.

Layar handphone Vera, tentu saja.

Setelah benar-benar mengerti, aku menatap heran ke arah sang pemilik handphone.

"Terus?"

"Ini diajak main," Vera menarik handphone-nya dari hadapanku. "Lo bisa gak? Gue masih rada awkward kalo sendirian, hehe."

"Bisa, bisa!" jawabku yang entah kenapa jadi bersemangat. "Gue izin Ibu dulu."

Vera mengangguk senang lalu membalas pesan kekasihnya, sedangkan aku langsung mengirim pesan kepada Ibu.

rena : selamat siang Ibu
rena : apakah hari ini Ata boleh main lagi?

Delivered.

Terhitung sejak istirahat kedua, sudah dua jam lebih dan tidak ada balasan dari Ibu. Bel pulang sudah berbunyi sekitar dua puluh menit yang lalu. Dan kini aku dan Vera, serta keempat teman baruku, tengah menunggu di parkiran serta menunggu balasan Ibuku.

"Beneran kalian duluan aja gapapa," ucapku entah ke berapa kalinya, tidak enak membuat mereka juga ikut menunggu.

"Berisik," jawab Nathan langsung. "Kita udah baik hati nungguin lo. Kalo lo nyuruh kita pergi, kesannya lo malah maksa kita jadi orang jahat."

Yang lain tertawa sedangkan aku tertohok.

"Tumben nggak bawa mobil," kata Vera kepada Tora.

"Lagi dibawa papa," jawab Tora sambil tersenyum lalu sedetik kemudian melirik Rega dan Peter. "Biar mereka gak keenakan juga."

Mereka tertawa bersama, sedangkan aku hanya tersenyum sambil terus menatap layar handphone menanti balasan Ibu.

Silau.

Tiba-tiba rasanya silau sekali.

"Nathan!"

Kami semua menoleh ke sumber suara.

Seorang perempuan dengan aura yang "sempurna" mendekat ke arah kami. Aku hampir saja terngaga karena sekelebat melihat holy light menimpanya.

Siapa ini?

Berada di dekatnya membuatku merasa seperti rempahan mendoan mlempem.

"Hai, Sheryl," sapa Nathan.

Sheryl?

Oh, mantannya.

MANTAN?!

"Itu, hape gue mati. Temen-temen gue udah pada balik semua. Lo masih nyimpen nomer nyokap gue gak? Gue mau telepon dia minta jemput."

Aku dan yang lainnya menanti respon Nathan. Secara, dia kan sudah dikhianati dulu. Sedangkan Nathan diam sejenak.

"Gue anter pulang aja."

DRAMA APAKAH INI?

"Astagadragon." Kudengar Peter di sebelahku berbisik pelan, membuatku menahan tawa.

"Beneran, Nath?" tanya Tora langsung. Nathan mengangguk lalu langsung memakai helm-nya.

"Gue juga langsung pulang. Kalian kalo nyokap Rena udah bales langsung ke rumah gue aja."

Dan sepasang mantan itu pun berlalu, bersamaan dengan Tora yang berdecak.

"Gue sebenernya gak suka sama Sheryl itu. Tampangnya aja mulus, sikapnya? Dulu dia yang cari masalah, sekarang minta tolong tanpa rasa bersalah. Kenapa ga-"

"Yaudahlah, Tor. Kok lo yang sewot? Lagian mereka sebelum pacaran kan, udah temenan lama duluan," potong Peter. "Toh, kalo lo putus sama Vera, paling juga lo masih luluh."

"HEH!" bentak Vera lalu menarik Peter hendak memukulnya karena lelaki itu seakan mendoakan yang buruk. Peter berseru kaget membuat kami tertawa, sampai notifikasi handphone-ku memotong.

ibu : Boleh. Ibu ada jam tambahan. Pulang naik bus, ya. Jangan malam-malam.

"GAIS, DIBALES IBU!" Aku menjerit terharu. Vera mengelus bahuku sambil terisak palsu.

"Selamat ya, Renata. Gue bangga-"

"Cut! Akting lo burik!" sela Peter layaknya sutradara membuat Vera mendengus lalu langsung naik ke belakang Tora.

"Yok, gas!" ajak Tora saat aku tengah bimbang.

Bareng Rega atau bareng Peter?

"Maaf ya, Pet. Tapi demi kelangsungan hidup gue, kayaknya gue bareng Rega aja."

"Lo pikir gue gak bisa nyetir?" tanya Peter tak percaya bersamaan dengan aku naik ke belakang Rega.

"Bisa, dong. Bisa banget. Kelewat profesional banget sampe brutal."

Vera tertawa mendengarku menyindir Peter. Yang disindir pun hanya mendengus lalu langsung melajukan motornya. Kami mengikuti Peter yang benar kataku, brutal. Hanya sekitar tujuh detik saja dan dia sudah hilang dari pandangan kami.

"Beneran profesional, ya?!" teriak Vera dari motornya. Aku tertawa dengan Rega terkekeh di depanku.

Tora dan Vera agak berada di depan, membuatku dan Rega berada di barisan terakhir.

Hening.

"Lo masih inget chat gue semalem gak?" Rega bertanya tiba-tiba membuatku menyerngit sambil mendekat.

"Yang mana?" tanyaku yang mempunyai memori ingatan lemah.

"Yang," Rega diam sejenak. "Yang tentang undangan itu."

"Undangan?" gumamku. "OH, itu! Iya, inget. Emang lo ulang tahun kapan?" tanyaku reflek. Dia tiba-tiba menyemburkan tawanya.

"Apa yang lucu?" tanyaku semakin bingung.

"Lo. Lo lucu."

HAH?

💨💨💨

kita semua pasti pny satu temen kek Sheryl, manusia dgn aura yg sempurna dan memikat yg kerjaannya bikin insekyur :3

*up setiap sen, rab, jum

WiFi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang