2 9 - Ego

494 85 20
                                    

SURAT PERJANJIAN PENYERAHAN ANAK

Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Suami : -
Nama Istri : Athaya Dewi Pricilla

Adalah benar pasangan suami istri yang dengan ikhlas dan rela sepenuh hati dan tanpa paksaan dari pihak mana pun menyerahkan bayi hasil pernikahan kami :

Nama bayi : Renata Putri Pricilla
(nama bayi diperkenankan untuk diganti sesuai keinginan orang tua angkat)

Kepada pasangan suami istri:

Nama suami : Henry Adiwijaya
Nama istri : Novia Pramesti

Untuk dibesarkan dan dibimbing dengan baik dan sebagai orang tua pengganti yang bertanggung jawab penuh atas kehidupan bayi kami selamanya. Kami dari pihak orang tua kandung berjanji tidak akan melakukan tuntutan dalam bentuk apapun yang berhubungan dengan bayi kami kepada orang tua angkat yang tersebut di atas di kemudian hari.

Demikianlah surat perjanjian ini kami buat dengan sebenarnya dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Jakarta, 12 Juni 2004
Tertanda
Orang Tua Kandung
Orang Tua Angkat

Otakku seakan terlalu lemah untuk mencerna semua ini. Aku masih diam sambil membaca surat itu berulang kali.

"Jadi, aku bukan anak mereka?" tanyaku kepada diri sendiri lalu tanpa sadar menangis.

"Pantes mereka selalu kaku, pantes mereka nggak pernah meluk aku, pantes mereka nggak sayang aku!" batinku terdengar berteriak-teriak. Aku menggigit bibir dan cepat-cepat merapikan kertas-kertas itu, melupakan tujuan utamaku.

Setelah memastikan aku tidak meninggalkan jejak, aku menggenggam catatan syarat pendaftaran SMP tadi lalu berlari masuk ke kamar dan bersembunyi di dalam selimut.

Bodoh sekali aku berpikir setidaknya aku masih punya keluarga walaupun terasa "aneh".

Bodoh sekali aku berpikir sebenarnya mereka menyayangiku namun hanya tidak mau langsung menunjukkannya.

Bodoh sekali aku berpikir bahwa suatu saat kami bisa akrab seperti hubungan anak dan orang tua pada umumnya.

Bodoh sekali aku ber-

Tunggu, TIDAK.

Mereka yang bodoh.

Mengapa mengambilku jika tidak menyayangiku? Mengapa memilih untuk merawatku jika tidak benar-benar mempedulikanku? Mengapa memisahkan aku dari Ibu kandung-

Ibu.

Aku cepat-cepat bangkit dari kasur lalu mengambil kertas dan bolpoin. Menulis namanya yang masih kuingat jelas.

Athaya Dewi Pricilla.

Dalam kolom Ayah, hanya terlihat strip. Apa maksudnya?

Apakah Ayah pergi meninggalkan Ibu?

Atau Ayah memang pergi meninggalkan,

Dunia?

Tidak, tidak usah memikirkan itu dulu. Lebih baik kita cari yang sudah pasti dulu.

"Bunda," lirihku sambil mengelus namanya, tanpa sadar tidak memanggilnya "Ibu" untuk membedakannya dengan Ibuku yang sekarang.

"Jemput Ata. Ata nggak bahagia di sini. Kenapa Bunda ninggalin Ata? Kenapa Bunda nyerahin Ata ke orang yang nggak suka sama Ata? Apa Bunda juga nggak suka sama Ata?"

WiFi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang