3 9 - The Call

476 68 37
                                    

Selepas makan, kami memutuskan untuk pulang karena hari juga sudah cukup sore.

"Kenapa gak sekalian sampe depan rumah?" tanya Nathan saat kami tiba di halte dekat rumahku.

"Ibu taunya gue main sama Vera," jawabku sambil turun dari motornya.

"Lo bohong? Yaudah sih, gak kaget juga."

Aku terkekeh mendengar ledekannya yang seakan mengatai aku memang pembohong.

"Ibu juga gak tau gue pacaran sama lo," ucapku lagi membuat Nathan geleng-geleng. "Emang orang tua lo tau?"

"Mereka mana peduli."

Aku menoleh, menangkap ekspresi Nathan yang tiba-tiba datar, namun sedetik kemudian berubah seperti biasa.

"Gapapa. Kan, ada gue yang meduliin lo sekarang." Aku menepuk bahunya dua kali. Dia tersenyum miring.

"Oke, gue pegang kata-kata lo."

Nathan kemudian menyalakan motornya, bersiap pulang.

"Hati-hati," pesanku.

"Lo juga," jawabnya.

"Chat kalo udah sampe rumah," ucapku tanpa bisa kutahan. Bisa kulihat Nathan tersenyum dari balik helm-nya.

"Siap, nyonya."

Aku tersenyum lalu melambaikan tangan seiring dia berlalu dari pandanganku. Selepas dia benar-benar hilang, aku baru berjalan masuk ke gang rumahku. Menatap langit yang sudah memasuki tahap senja.

"Bunda," panggilku pelan. "Hari ini Ata bahagia sekali. Bener-bener bahagia."

Angin membelai rambutku pelan.

"Semoga kebahagiaan Ata ini berlangsung agak lama, ya? Ata belom mau sedih lagi."

Aku masuk ke dalam halaman rumah, heran karena pintunya terkunci. Apa Ibu pergi?

Tanganku meraih duplikat kunci rumah yang selalu kubawa ke mana pun aku pergi, mencegah aku menunggu di luar terlalu lama jika hal seperti ini terjadi.

"Oh, iya. Jaket Peter!" Aku bergegas ke halaman belakang, tempat jaket Peter kujemur di tempat yang cukup tersembunyi. Aku mengambilnya, menyetrikanya secukupnya, melipatnya, lalu membawanya ke kamarku.

Beres, tinggal dikembalikan.

Handphone-ku bergetar. Tanda pesan masuk.

nath : udah sampe rumah
rena : gudboi
nath : lo mau ngapain?

"Mau ngapain?" tanyaku pada diriku sendiri lalu menguap. Tidur mungkin?

rena : bobo(?) hehe
nath : wkwk oke
nath : see u tomorrow

💨💨💨

"Gue kangen banget main."

Aku terkekeh mendengar keluhan Vera sambil tetap melangkah ke gerbang depan sekolah. Bel pulang sudah berbunyi. Namun akhir-akhir ini kelas IPS terus mendapatkan kelas tambahan entah kenapa. Membuat "cowok-cowok" kami juga tidak dapat bermain.

Sudah sekitar dua minggu sejak aku nonton dengan Nathan. Tidak ada masalah besar yang terjadi sejak itu. Sepertinya Bunda benar-benar mendengar harapanku untuk berbahagia sedikit lebih lama.

Hubunganku dengan Nathan tetap seperti biasa. Kami sering jalan-jalan berdua sepulang sekolah meskipun tetap backstreet. Saking seringnya, aku sampai tidak bisa menceritakannya satu persatu. Intinya aku bahagia bersamanya.

WiFi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang