2 4 - Happy

524 93 50
                                    

Aku mengamati sekeliling kamar Peter. Kamarnya simple, seperti kamar pada umumnya. Hanya satu rak panjang ramping berisikan buku berjejeran yang cukup penuh membuatku tertarik dan melangkah mendekat.

"Lo baca komik, Pet?" tanyaku tidak percaya sambil menoleh ke arahnya. Sedangkan yang ditanya mengangguk sambil menaikkan alisnya sebelah.

"Kenapa? Susah dipercaya, ya?"

"Banget!" jawabku langsung membuat Vera terkikik kecil.

"Pet, kamar mandi di mana?"

"Keluar aja, pintu pojok kanan warna biru."

Percakapan Vera dan Peter samar-sama masuk ke telingaku dan terdengar suara pintu dibuka dan ditutup. Aku terlalu fokus ke arah komik-komiknya sampai tak rela untuk menoleh sekadar melihat apa yang terjadi.

"Ini kan, cerita lama banget!" Aku berkata lagi kepada Peter sambil membolak-balik halaman. "Kok lo bisa ada semua volumenya?"

"Gue beli waktu kecil." Suara Peter terdengar mendekat. Aku masih ternganga.

"Gue suka banget cerita ini! Dulu gue pernah baca yang volume satu di web, tapi karena udah gak terbit lagi jadi gak ada juga yang upload di internet. Padahal yang volume satu bagus banget dan nggantung akhirannya, jadi gue masih penasaran sampe sekarang! Gue boleh pin-"

Aku mendapati Peter yang tengah menatapku geli membuatku jadi kikuk sendiri.

"Ada yang salah?" tanyaku dengan nada aneh.

"Nggak. Pinjem aja semua, jangan lupa kembaliin."

"Siap!" balasku girang lalu langsung duduk di depan rak buku tadi.

Lagi-lagi, aku salah menilai Peter.

Jika diizinkan, aku akan mengatakan first impression-ku terhadap Peter.

Kukira dulu dia itu preman sekolah, ketua genk tawuran, tukang palak di pasar, orang yang hobi memukul, pembangkang, kasar, pokoknya judulnya "anak nakal".

Tapi, aku salah besar.

Dia lebih baik dari yang aku duga. Dia rela menjemputku, mengorbankan waktu dan tenaganya, menyelamatkanku dari keterlambatan, meminjamkan barang-barangnya, bahkan dia bisa menyusun kalimat yang indah sampai aku berpikir dia harusnya masuk jurusan bahasa.

Aku menggeleng-geleng. Aku harus membuang kebiasaanku saat membeli novel.

Don't judge a book by it's cover.

💨💨💨

"Ren,"

"Rena,"

"RENATA!"

Panggilan Peter membuatku tersentak lalu menoleh dari lembaran buku, melihat yang lain sudah beberes hendak pulang. Loh, kenapa? Memang ini sudah jam berap-

ENAM?!

"Lo bawa pulang aja yang belom lo baca. Gue sekeluarga ada acara soalnya, jadi kudu pergi."

Penjelasan Peter membuatku langsung memasukkan enam volume yang masih belum kubaca ke dalam tas lalu bergegas turun ke ruang tamu menyusul yang lain yang sudah turun duluan.

"Maaf ya, Pet. Gue jadi lupa waktu," kataku sambil mengikuti langkahnya.

"Santai aja," jawabnya.

Sampai di bawah, hanya tampak Nathan yang sedang berpamitan dengan Tante Piona. Vera dan Tora sudah pulang duluan?

Aduh, padahal gue mau minta tolong pesenin ojol sama Vera. Gimana ini, pulangnya?

WiFi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang