2 1 - Who?

543 99 20
                                    

"Tinggal tiga menit lagi, Pet!"

"Siap, nona!"

Dan Peter mulai melajukan motornya lagi dengan kecepatan tinggi. Aku berharap-harap cemas dan benar saja! Gerbang tampak sudah ditutup. Tapi juga terlihat satpam yang berjalan tak jauh dari gerbang, tampak dia barusan menutupnya.

"Permisi, Pak! Anak rajin yang sangat niat sekolah sampe nekat berangkat walau ada resiko besar ditilang mau masuk, nih! Boleh, ya?"

Aku tersenyum geli mendengar rap spontan dari Peter lalu langsung memasang ekspresi memelas begitu satpam menoleh. Dan tak disangka, bapak itu juga tersenyum geli lalu mengalah dan membukakan gerbang.

KOK BISA?

Wah, keren.

"Kalimat yang bagus. Sangat menggugah simpati dan perhatian saya," pujinya. Peter berterima kasih disertai tawa lalu segera masuk. Area sekolah sudah cukup sepi, tanda bahwa bel sudah berbunyi.

"Lari, Rena! Perjuangkan masa depanmu!" Kalimat Peter yang begitu membara membuatku langsung turun dan membungkuk 90° di hadapannya.

"MAKASIH, PET! MAKASIH! Gue bakal bales semua kebaikan lo!" Dan setelah mengucapkan itu, aku langsung mengerahkan seluruh tenagaku untuk melesat ke kelas sambil berharap guru belum sampai.

Tak disangka, sosok Peter yang tampak menyeramkan itu ternyata rela berkorban banyak hal untukku yang notabenenya hanya teman baru. Dan dia ternyata bisa menciptakan kalimat yang sangat bermakna yang bahkan mampu mempengaruhi orang lain!

Harusnya masuk jurusan bahasa aja, batinku menyeletuk tanpa menghalangi langkahku yang semakin dekat dengan kelasku.

Aku mengintip dan mendesah lega. Tak ada tanda-tanda guru di dalam membuatku langsung melangkah masuk dengan nafas tak beraturan dan keringat yang terus-terusan keluar. Entah kenapa rasanya panas sekali.

"RENA! Lo masi idup?!" sambut Vera terharu lalu matanya teralihkan. "Lo pake jaketnya Peter, ya?"

Aku menunduk lalu terperanjat, baru tersadar bahwa aku masih memakai jaketnya.

Aduh, mampus! Pasti jadi bau kena keringet. Masa langsung gue balikin?

"Iya," jawabku sambil melangkah mendekat. "Tadi ada razia."

"Wah!" Vera membuka mulutnya lebar. "Terus gimana?"

"Jadi-"

💨💨💨

"Berasa di film action, dong!" respon Vera begitu mendengar seluruh ceritanya. Tadi pagi saat aku hendak bercerita, guru tiba-tiba datang. Jadi tertunda sampai jam istirahat yang sedang berlangsung ini.

"Iya, bener!" Aku mengangguk semangat sambil terus melangkah ke arah kantin. "Kayak berasa lari dari bandit."

"Lah? Lo sendiri yang bandit, dasar sempak ketapel."

Aku tertawa geli mendengar umpatan Vera yang sangat unik itu. Kami berjalan ke dalam kantin yang sudah cukup ramai, memesan makanan, lalu mencari tempat.

"Mau kan, sama mereka?" Aku mengangguk saja karena sudah terlalu lapar untuk mencari-cari tempat. Akhirnya kami melangkah ke meja di mana baru terlihat Tora dan Peter saja.

"Adinda!" sambut Tora membuat Vera bergidik sambil mendorong kekasihnya menjauh.

"Alay."

"Banget," balas Peter. "Di kelas aja sok cool. Begitu ketemu lo langsung bisa nyiptain panggilan baru tiap hari."

"Itu namanya cinta sejati." Vera langsung berpindah pihak membela kekasihnya. Tora tertawa membuat Peter mendengus. Aku terkekeh lalu duduk di sebelah Peter.

Gara-gara sepanjang perjalanan berangkat tadi aku memenuhi hidungku dengan aroma parfumnya, sekarang indra penciumanku seakan langsung mengenali dan bereaksi jika bau ini tercium.

"Nanti jadi ke rumah lo kan, Pet?" Pertanyaan Tora langsung membuatku tersadar.

"JADI, DONG!"

Peter melirikku sinis dan aku tertawa lagi.

"Ini mewakili loh, Pet. Biar lo hemat tenaga juga. Sama-sama, btw."

"Gak sudi gue bilang makasih."

"Iya, sama-sama."

Vera tergelak melihatku yang terus bisa membalas ucapan Peter. Aku tersenyum penuh kemenangan dan Peter sepertinya juga membiarkanku merasa senang.

"Rumah lo di mana?" tanya Vera setelah tawanya reda.

"Jauh. Daerah Pattimura."

"Wah, iya. Jauh," desahku langsung memikirkan bagaimana caraku pulang. "Tapi gapapa, demi WiFi."

"Ck, lo harus ubah tujuan hidup lo. Gue yakin Tuhan nyesel udah nyiptain lo."

"Cih, keterlaluan bawa-bawa Tuhan."

Couple di hadapanku ini tampaknya sangat terhibur melihat perdebatanku dengan Peter.

Seru juga, sih. Hahaha.

"Ivan mana?" tanyaku setelah sadar si cowok alim itu tidak terlihat di mana-mana.

"Izin. Ada urusan keluarga," jawab Tora membuatku ber-oh ria.

Aku menyantap makananku sambil tetap berpikir bagaimana caraku pulang nanti. Minta jemput sepertinya sulit karena terlalu jauh. Bus pun pasti lama menunggunya, apa lagi aku tidak tahu jadwal bus di daerah sana.

Ah, sudahlah. Pasti ada jalannya nanti. Kalau Tuhan menghendaki aku pergi, Dia juga pasti menghendaki aku pulang.

Hihi.

"Jaket gue masih di lo, kan?" Aku menoleh ketika Peter tiba-tiba mengajakku bicara saat pasangan di hadapannya juga asyik mengobrol sendiri.

"Iya. Gue cuci dulu, ntar gue kembaliin."

"Hah? Gak usah," jawabnya langsung. "Lo pake cuma sebentar, gak mungkin kotor."

Iya, tapi bau keringet gue.

"Pokoknya gue cuci dulu!" Aku tetap bersikeras sembari berpikir apakah aku yang berlebihan.

Tidak mungkin juga sih, keringatku sebau itu. Apa lagi jika masih pagi. Tapi tetap saja!

"Kenapa? Lo ada penyakit kulit, ya?" Peter langsung mengambil jarak, membuatku menaikkan alisku tinggi. Dia tertawa dan aku juga terkekeh membayangkan ekspresiku yang tidak terima tadi.

Dalam sekejap, aku menangkap Nathan dari kejauhan. Dia tampak sedang duduk di depan kios, mungkin menunggu pesanannya. Dan matanya menatap ke arah sini.

"Lo jelek kalo badmood."

Aku secara refleks melebarkan senyum dan melambaikan tanganku ke arahnya. Dia melihatku, memperlihatkan telapak tangannya seakan mengatakan "tunggu-bentar", lalu berdiri dan mengambil pesanannya.

Mataku menatap ke arah makananku lagi sambil tersenyum dalam hati.

Ah, manisnya.

Vera menyenggol tanganku, mengajak bicara tentang tugas praktikum yang tadi baru dijelaskan. Aku bercakap dengannya sebentar sambil mengisi perut sampai tak menyadari Nathan sudah datang ke sini dengan seseorang di belakangnya.

"Liat gue bawa siapa ini!"

Aku menoleh lalu mematung sejenak.

Dia-

💨💨💨

SIAPA? SIAPA?!
ya kalo mau tau, stay tune<3

*up setiap sen, rab, jum

WiFi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang