Langkah Sebuah Cinta-LSC

13. Aidan-Wafa

Kebahagiaan bukan tentang seberapa kayanya dia, bukan dari seberapa menawannya paras yang ia punya, tetapi kebahagiaan yang sesungguhnya adalah terletak pada rasa bersyukur yang ia punya. Karena terkadang, senyuman kebahagiaan hadir disaat hal-hal sederhana terlukiskan.

Aidan Al-Efasy Pratama.

✥

Aidan Al-Efasy Pratama.

Malam ini, hari ini. Masya Allah sekaliii. Cihuy, ahaha!

Hari ini, hari yang spesial buat saya. Mau tau kenapa?

Kasih tau ngga nih?

Oh, ngga usah.

Tapi kok saya pengen ngasih tau ya? Ya udah deh, berhubung saya hari ini lagi bahagia, jadi saya kasih tau deh alasannya.

Wah, ini kalau umi baca, udah jingkrak jingkrak saking gemesnya sama anak laki-lakinya ini. Ahaha, ngapunten umikuu!

Daritadi, bibirku tak henti-hentinya tersenyum. Sampai kata simbah, "Sampeyan mboten capek daritadi senyum terus gitu?" Ya secara hari ini istimewa banget!

Kalian yang sabar ya kalau menghadapi diriku yang satu ini. Suka ngasih clue dulu, ahaha! Suka ngasih muqodimah dulu.

"Le! Nak kesambet lhoh!" canda abi gantengku.

Aku tertawa pelan. Tak lama kemudian, umiku datang sambil memukul pelan lenganku.

"Kamu ini, ya! Gercep banget!"

Kali ini, aku tertawa lebih ngakak. Ya Allah. Orang tuaku kenapa, sih?

"Abi dan umiku tersayang, anak ganteng kalian ini sedang gembira. Saking senangnya, sampai pengen makan cilok pak Imha di depan komplek!"

Setelah mendengar ucapan absurdku, kedua pasangan itu tertawa ngakak..ciyelah bahasanya, Aidan! Oke, sebut aja PakBro dan BuBro. Mereka ini menolak tua. Katanya sih, agar akrab aja dengan anak, sekaligus menantu, dan cucu-cucunya kelak nanti. Masya Allah. Sehat-sehat selalu, PakBro and Bubro! Aamiin.

"Aidan, anak PakBro yang paling ganteng! Kamu udah dewasa, Nak. Pesan abi buat kamu. Apapun yang terjadi, situasi apapun yang akan kamu alami saat bahtera rumah tangga itu terjalin, tetap jaga emosi ya, Nak. Pendam ego meski sekecil apapun itu. Emang agak susah. Tapi abi yakin, anak abi satu-satunya ini bisa! Yang penting, jangan terlalu kaku kalau sama istri. Apalagi anakmu kelak nanti," pesan Abi terhadapku. Aku mendengarkan pesan beliau dengan serius. Mendadak aku teringat dengan dosa-dosa yang selama ini aku lakukan terhadap mereka. Dengan tangis yang sudah tidak bisa aku tahan, aku meminta maaf dan ridha untuk menjalankan tugasku yang sebentar lagi akan berubah menjadi suami.