Abi Sahlan dan Aidan sedang berada di tempat pribadi mereka. "Terus gimana rencana kedepannya, Boy? Kamu mau bangun lagi atau bagaimana?"
Aidan menyeruput kopi terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan abinya. "Tenang aja, Abiku. Udah beres semua kok. Alhamdulillah Allah mudahkan."
Abi Sahlan mengangguk pelan. "Baiklah kalau begitu."
"Abi punya rencana. Tapi ini masih rencana. Terserah kamu sih, mau ngikutin rencana Abi atau ngga. Bebas."
Aidan mengerutkan dahinya penasaran. "Pripun, Abi?" (Bagaimana, Abi?"
"Abi sama Umi pengennya kamu tinggal di Turki. Tapi nanti coba kamu diskusikan bareng Wafa dulu, yah. Ga usah memutuskan hal ini secara individu."
"Nggih, Abi. Siapp itu mah."
"Satu lagi pesan Abi. Kamu habis ini menanggung tanggung jawab besar lagi. Mendidik anak. Mendidik anak itu ngga gampang, Boy. Kamu harus lebih sabar, lebih meluangkan waktumu ke anak. Jangan mentang-mentang udah sukses terus ngelupain kehadiran anak yang kamu tunggu-tunggu. Secapek apapun kamu, luangin waktu setidaknya untuk berkumpul dengan keluarga. Kamu ini kepala keluarga. Pemimpin dalam keluarga. Bimbing keluarga kamu."
Aidan menyimak pesan Abi Sahlan dengan serius. Tanpa sadar, matanya mengalirkan air mata dikala mengingat perjuangan Abinya selama ini. Aidan mendekat ke Abinya, memegang tangannya untuk ia cium dengan takzim. "Abi, maafin Aidan selama ini yah. Maafin Aidan. Do'ain Aidan juga agar mampu mengembang tanggung jawab ini. Do'ain Aidan agar bisa seperti Abi yang mampu membimbing keluarga dengan baik," lirihnya.
Tanpa banyak bicara, Abi Sahlan membawa Aidan ke pelukannya. Anak laki-lakinya ternyata sudah dewasa. Sudah akan mempunyai keturunan. Dan dirinya pun akan menjadi kakek-kakek. "Abi selalu do'ain yang terbaik untuk keluarga Abi. Kamu pasti bisa lebih baik dari Abi, Boy. Semangat dong!"
Mereka mengurai pelukan. "Terima kasih, Abi."
"Untuk?"
"Perjuangan Abi selama ini," balas Aidan dan diangguki Abi Sahlan. "Temui Wafa. Coba ajak diskusi."
"Nggih, Abi. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
✥
"Umiku tersayang. Aidan izin bawa Wafa ke dalam dulu, yah."
Umi Saira tertawa. "Ya silahkan. Dijaga! Awas aja kalau kamu buat putri Umi ini nangis! Umi gigit ntar," candanya.
"Ya udah, Aidan sama Wafa ke dalam dulu."
"Iya, Nak."
"Tadi ngapain aja A' sama Abi?" tanya Wafa di tengah-tengah perjalanan.
"Sini, duduk dulu."
Wafa mengangguk. Dirinya duduk dan dibantu Aidan dengan sedikit kesusahan. "Abi pengen kita tinggal di Turki, Yang. Kira-kira kamu setuju ngga?"
"Emm, aku kalau kurang setuju nggapapa, A'?" Mendengar jawaban istrinya, Aidan merasa gemas dan akhirnya mencubit pelan hidung Wafa. "Nggapapa dong. Kalau boleh tau, alasan kamu apa nih?"
"Itu, A'. Wafa pengen besarin mereka di Indonesia."
"Okeee siapp, sayang."
🌻🌻
Assalamu'alaikum...
Jazakumullahu khairan katsiran yah❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Sebuah Cinta-LSC
Teen Fiction"Tak ada kisah yang sempurna." ✨ Terima kasih sudah mampir di lapak inii, yaa❤ Start: 12 Juni 2021 Finish: 13 Agustus 2021 Revisi: ------------- Illustration: Pinterest Edited: Phonto -------------