16. Seblak

1.2K 67 2
                                    

"Mas, kayaknya seblak enak."

Aidan menatap selidik Wafa. "Kamu hamil?"

Wafa terperangah. "Aamiin. Aku anggap doa."

Aidan tertawa pelan, dirinya ikut meng-aamiinkan ucapan spontannya. "Apasih yang nggak buat kamu," seru Aidan.

"Mas, berat ini. Bantuin dong." Kali ini, Aidan menatap heran Wafa. Apa yang berat?

"Aku keberatan kalau harus mencintaimu sendirian. Makanya bantuin," ujar Wafa diselingi kedipan mata.

Aidan tertawa dikala menyadari istrinya itu menggombali dirinya.

Yee, emang dipikir Aidan aja yang bisa gombal? Oh, tentu tidak. Wafa juga bisa dong!

"Genit banget istriku! Tapi, gapapa. Udah halal. Lagipula sama suami sendiri. Asal jangan sama lelaki lain. Nanti aku sembelih dia!" balas Aidan kemudian tertawa lagi. Aidan itu, jika bersanding dengan Wafa, tak bisa jika tak menahan senyum apalagi tawa.

"Yang. Jalan-jalan, yuk. Sambil beli seblak di depan gerbang komplek rumah," ajak Aidan.

Wafa termenung sambil menatap Aidan. Tawaran yang sangat menggiurkan. Lagipula dirinya juga lumayan bosan. "Oke, mau!"

Aidan tersenyum manis. "Siap-siap buru. A'a tunggu di bawah. Oh iya, nanti ke rumah bunda sama abi, ya?" tawar Aidan. Wafa mengangguk antusias.

Yang Aidan baca, istrinya itu sangat suka jika sedang bersama uminya. Maka dari itu, dia mengajak Wafa untuk bertemu dengan uminya, lagi.

"Yeayy. Benerann?"

"Iya dong," balas Aidan sambil mengelus puncak kepala Wafa dengan penuh kasih sayang.

Yang jomlo, ngelus kepalanya sendiri, yaa! Wkwk.

Aidan mengambil sweater berwarna hitam, warna idamannya.

Outfit Aidan hari ini memakai sarung berwarna navy bagian bawahnya bertuliskan aksara Jawa dan untuk atasannya memakai baju pendek berwarna putih yang diselimuti sweater hitam. Bagian lengan sweater ada garis berwarna putih.

Pun dengan Wafa, dia juga memakai gamis berwarna hitam dengan kerudung segi empat berwarna navy. Serasi sekali.

Kedua pasangan muda itu berjalan menuju garasi mobil mereka setelah berpamitan dengan ayah dan bunda.

"Bismillahirrahmanirrahim..Bismillahi tawakkaltu 'Alallahi laa haula wa laa quwwata illaa billaah¹," ucap keduanya

Di jalan, mereka mengobrol dengan diselingi candaan. Keadaan komplek hari ini pun lumayan lenggang. Tak seperti biasanya yang selalu ramai dengan anak-anak kecil yang berlarian kesana kemari. Tentunya dengan diawasi orang tua masing-masing, ya.

Aidan memakirkan mobilnya, setelah itu ia dan Wafa turun untuk membeli seblak. Makanan sejuta umat, kata Wafa.

"Mang, permisi. Saya pesan lima porsi, ya," ucap Aidan ramah.

"Wah, iya A'Aidan. Silahkan ditunggu dulu atuh, di kursi," jawab mang Umar dengan logat Sundanya jua diselingi senyuman ramah yang selalu ia lemparkan kepada pengunjung yang sudah merelakan waktunya untuk membeli dagangan seblak miliknya.

"Ada neng Wafa juga?"

"Hehe, iya Mang."

"Ditunggu dulu atuh. A'Aidan, neng Wafa. Ada kursi itu," tangan mang Umar mengarah menuju kursi sepasang yang kosong.

Aidan dan Wafa tersenyum, "Siap, Mang. Kami berdiri saja," balas mereka bersamaan.

Mang Umar tertawa setelah mendengar jawaban dari Aidan dan Wafa. "Sampurna, kaliannya mah!"

"Sampurna merek rokok bukan, Mang?" tanya Aidan.

Mang Umar tambah tertawa setelah mendengar jawaban Aidan. "Bukan, atuh A'Aidan..kalian cocok. Maksud mang gitu. Bukan Sampurna merek rokok!" jelas Mang Umar dengan tertawa.

Aidan menyengir, "Hehe. Kirain, Mang." Mang Umar tersenyum maklum. Udah biasa dirinya bercanda dengan Aidan. Salah satu pelanggan setianya.

Wafa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Ada-ada aja suaminya ini.






🌻🌻

Eyyow, Assalamu'alaikum!

I'm comeback, check😎

Jazakumullah khairan katsiran, ya!🥰

Ampe jumpa di part berikutnye, InsyaAllah. Aamiin.

———————————————

Notes:

¹: “Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah.”

(HR. Abu Daud 5095)

Langkah Sebuah Cinta-LSCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang