Ekstra Part-2

661 29 0
                                    

"Gamau tau, abangna alus dantiin es klim dede!" (Gamau tau, abangnya harus gantiin es krim dede!)

Alkana menatap adik kembarannya yang merajuk. Salahnya juga. Sudah tau Aleena tukang mengambek. Masih juga digoda.

"Abanggg ih! Tenapa diam aja?! Dede melajuk lhoh, tenapa ngga dibujuk cih?" (Abanggg ih! Kenapa diam aja?! Dede merajuk lhoh, kenapa ngga dibujuk sih?)

Alkana menghela napas pelan. Adiknya ini, ah. Cerewet sekali. "Maaf," balasnya dengan singkat.

Mata Aleena yang mendengar itu pun berkaca-kaca.

Oke, kita tunggu.

1 detik

2 detik

3 de-

"BUNDAAAAAAAAAAAA HUAAAAA. ABANGNAAAA AKALLL AMA DEDEEEE! HUAAAAA ABIIII."

Alkana gelagapan. "Eh. Kenapa ais?" (Eh. Kenapa nangis?)

Aleena tetap menangis. Karena tidak mendapat jawaban dari kedua orang tuanya, gadis kecil itu berlari masuk ke dalam.

"Huaaaaaaa abiiiiii," rengeknya saat hampir sampai di depan Aidan. Aidan yang melihat itu pun hanya bisa menghela napas pelan. Pasti Alkana. Ya, tidak usah diragukan lagi. Bocah ganteng itu selalu menggoda kembarannya.

Kayak siapa dah itu:v

"Pelan-pelan aja jalan-"

Bruk

Telat. Aidan telat. Belum kelar dia berkoar-koar. Sudah jatuh juga. "ABIIIIII TATITTTTTTT. TATITTTTTT ABIII. HUAAAAAA."

Aidan terkekeh kecil. Kemudian menghampiri Aleena dan membawanya ke dalam pangkuannya.

"Abi belum juga selesai bicara. Pelan-pelan aja jalannya. Eh, udah keduluan dede deh jatohnya," balasnya sambil mengusap kepala Aleena yang tertutupi kerudung.

Aleena menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Aidan. "Abii," panggilnya.

"Hmm. Iya sayang. Kenapa?"

"Adenya dede kapan lail? Dede pengen lihat ade."

"Berarti dede udah mau jadi kakak dong, ya?"

Aleena mengangguk. "Iya! Makanya pandil dede kakak, ya."

"Oke, kakak?" balas Aidan, mengambil kepala Aleena yang bersembunyi di dada bidangnya dengan lembut.

"Yeaaayy. Dede mau jadi kakak. Dede ndak cabal nunduin adek. Kila-kila, ade dede laki-laki atau cama kayak dede, Abi?"

"Ciyeee. Kakak kepo yah?" goda Aidan. Sembari tersenyum tengil.

Bibir Aleena mengerucut lucu. "Abii. Kakaknya celius lhoh."

"Berapa cius?"

"Dua iyus, Abi."

Aidan tertawa ngakak. Masyaa Allah. Gemas sekalii! "Anak siapa sih ini?"

"Anak Abi Dandan sama Bunda Wafa."

Aidan mendelik kemudian tertawa. "Eh, siapa yang ngajarin kayak gitu?"

"Itu, bunda tadang manggil Abi, Abi Dandan," balasnya sambil tertawa kecil.

Aidan tak sanggup menahan rasa gemasnya. Dia menciumi pipi gembul milik Aleena.


🌻🌻

Assalamu'alaikum..

Eyyow, ekstra part 2 udah hadirrr.

Jazakumullahu khairan katsiran yah.

Oh iya, minta tolong dong. Buat kasih kritik dan sarannya.

Oke, pay pay. Sampai jumpa di part berikutnya yaaa. In Syaa Allah. Allahumma Aamiin ☺❤

Langkah Sebuah Cinta-LSCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang