Aidan Al-Efasy Pratama
Gue lagi di dapur. Lagi nemenin bini gue masak. Sekalian jahil ke dia kayaknya seru. "Yang," panggil gue.
Wafa balas natap gue. Bini gue cantik banget, Masya Allah..
"Iya, A'?"
Gue tersenyum, "Kira-kira kamu pengen punya anak perempuan, apa laki-laki?"
Ahaha, pengen banget gue ketawa ngeliat mukanya merah!
"Sedikasihnya aja," balas Wafa, gue ngangguk kemudian ngambil alih perabotan masak-memasaknya.
"Sekiranya, besok kamu kalau aku ajak ke pernikahan kak Ilo, mau ngga?" tanya gue sambil sekilas natap muka Wafa. Ngga kerasa banget, ya. Seminggu udah berjalan. Dan besok, kak Ilo nikah. Abi sama Umi juga udah seminggu di Turki.
"Mau, kok. Wafa juga pengen silaturahmi sama keluarga-keluarga lain."
Alhamdulillah..punya istri yang penurut.
"Nih, udah jadi," ujar gue sambil nyodorin masakan yang udah jadi. Oh iya, kita lagi masak asam manis cumi-cumi. Kesukaan Wafa. Gue juga suka, sih. Ahaha! Intinya, kalo ada campur tangan buatan Wafa mah selalu enak. Jomlo buat sendiri dulu, siapa tau nanti jodohnya lebih baik dari gue. Gue bantu doa, Aamiin.
"Yeayyy Alhamdulillah, kayaknya enak banget. Jazakallahu khairan katsiran, sayang," ucapnya dengan girang. Wuihhh, pake nyebut sayang segala. Dapat bonus senyuman manisnya lagi, Masya Allah. Baper gue neng!
"Wa Jazakillahu khairan katsiran, sayangnya Aidan."
Gue rangkul Wafa ke meja makan. Sekilas gue natap dia, dengan pekanya dia duduk di sebelah gue. Nikmat mana yang kau dustakan, Aidan?
Dengan telaten, dia nyuapi gue. Ahaha, maapkan suamimu ini, ya. Gue jadi mode bayi besar dulu.
Oke, gue mau curhat, euy.
Sebenarnya, beberapa hari yang lalu semenjak abi dan umi ke Turki, sikap Wafa jadi aneh.
Gimana, ya. Dianya kan agak galak gitu. Sekarang teh jadi manja. Bukan berarti gue ngga seneng! Jelas seneng, lah.
Contohnya gini, "Yang, nanti jangan ke kantor dulu, ya. Temenin aku disini," ucap Wafa setelah menyelesaikan tugas menyuapi bayi besarnya ini.
Nah, itu dia!
Apa gue konsultasi ke PakBro, ya? Iya, deh.
"Sayang," panggil gue. Wafa berdehem sembari menatap gue. Ini yang gue demen dari Wafa. Setiap ada orang yang berbicara, dia langsung natap orangnya. Etsss, pengecualian lelaki yang bukan mahram.
"Nanti jalan-jalan, yuks?"
Wafa tertawa. "Mau kemana emang? Sebenarnya aku lagi malas keluar. Pengen di rumah aja sama kamu."
Gue semakin bingung. Beneran dah. Wafa tuh suka jalan-jalan. Tapi kali ini ngga. Tiba-tiba di benak gue, terlintas sebuah pikiran. Mudah-mudahan kecurigaan gue bener. Aamiin.
"Oke, berarti ngga mau?" tanya gue sekali lagi.
Terlihat Wafa mengetuk dagunya pelan, ciri khas dia kalau lagi mikir.
Gue yang ngga tahan gemes, langsung narik hidungnya pelan.
"Sakit, A'," protesnya.
"Mau, deh. Wafa siap-siap dulu, ya." Gue tersenyum sembari mengelus puncak kepala Wafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Sebuah Cinta-LSC
Teen Fiction"Tak ada kisah yang sempurna." ✨ Terima kasih sudah mampir di lapak inii, yaa❤ Start: 12 Juni 2021 Finish: 13 Agustus 2021 Revisi: ------------- Illustration: Pinterest Edited: Phonto -------------