36. Pindahan

446 29 0
                                    

Empat bulan kemudian..

Setelah melewati perbincangan panjang. Akhirnya mereka memutuskan untuk pindah hari ini. Setelah empat bulan lamanya.

"Udah siap semua belum barangnya?" tanya Abi Sahlan ketika berpapasan dengan Aidan di ujung tangga. "Alhamdulillah, sampun Abi." (Alhamdulillah, sudah Abi)

Tok tok tok

"Ada tamu, Abi?" tanya Aidan.

"Lhah, gimana sih. Lupa nih pasti. Ayo ikut Abi," balas Abi Sahlan sembari berjalan untuk membuka pintu.

Aidan manut waelah ya. Batinnya. (Aidan ikut sajalah ya)

"Assalamu'alaikum, pak Sahlan," sapanya.

Aidan terdiam sejenak, "Wa'alaikumussalam. Abi, kok kayak suara Ayah?" celetuk Aidan.

"Wah, ternyata kamu hapal suara Ayah, ya!" balas Ayah Malik sambil tertawa. Aidan mendekati Ayah Malik sambil tertawa, kemudian menyalami tangan beliau.

Abi Sahlan tertawa. "Silahkan masuk, agan."

"Siapp, kanjeng ratu."

"Kok kanjeng ratu, Agan?" heran Abi Sahlan.

"Oalah, salah itu. Kanjeng paduka maksudnya," ralat Ayah Malik dan dihadiahi tawa dari Abi Sahlan.

"Ayah kok kesini? Tumben bunda ngga ikut," celetuk Aidan kepo.

"Kan kamu mau pindahan, Ayah pengen bantu kalian dong. Bunda lagi ada kepentingan mendadak. Acaranya bu rete. Jadi, Ayah datang sama Rafan," jelas Ayah Malik. Aidan celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang. "Bang Rafan mana, Ayah?"

"Nanti juga masuk sen-"

"Assalamu'alaikum semuaaa," sapa Rafan, lantas mendekat ke arah Abi Sahlan untuk disalami.

"Wa'alaikumussalam."

"Nah, itu dia."

"Wehh, ada apa nihh? Kangen kah dengan diriku ini?"

"Geli," balas mereka kompak.

"Subhanallah..kompak bener!"

"Iya dong," balas mereka lagi.

"Ada apa nih rame-rame?" tanya Wafa.

"Wahhh, bumil udah datang!" balas mereka kompak.

"Udah udah, kalian langsung berangkat aja," lerai Umi Saira. Mereka semua mengangguk menyetujui.

Wafa menatap kagum bangunan yang ada di depannya. "Bagaimana yang, kamu suka?" tanya Aidan sembari memegang lembut tangan Wafa.

Wafa mengangguk antusias. "Masya Allah, A'. Wafa sukaaa."

Aidan tersenyum puas, "Alhamdulillah deh. Yok, kita masuk."

Aidan keluar dari mobil terlebih dahulu, kemudian membuka pintu mobil lantas menggandeng Wafa. "Kayak kereta lo pada," dengus Rafanza.

"Dih, iri bilang bos!" sahut Aidan dengan tertawa.

"Helehh helehh. Abii, anaknya ini lhoh," rajuk Rafanza.

Abi Sahlan tertawa. "Aidan, Abi dukung. Gih lanjutin," timpal Abi Sahlan dan disetujui oleh Ayah Malik. Kemudian mereka masuk ke dalam rumah dengan tangan yang dipenuhi barang-barang.

Aidan tertawa puas, kemudian mengajak Wafa untuk masuk. Tangan kanannya ia pakai untuk merangkul Wafa, sedangkan tangan kirinya ia pakai untuk membawa barang bawaan.

"Yang, nanti kalo debay udah lahir. Argh, Masya Allah. Ngga sabar aku yang," celetuk Aidan saat sudah sampai di kamar mereka.

Nuansa kamar mereka sangatlah damai. Tentunya bagi pecinta warna hitam dan putih. Ukuran kamar mereka cukup luas. Aidan juga telah bersiap siaga untuk membuat kamar khusus untuk anak-anak mereka nanti. Satu ruangan dengan Aidan-Wafa. Bisa dibayangkan sebesar apa kamar mereka.

Wafa terkekeh pelan. Tangan kanannya ia pakai untuk mengelus rambut Aidan yang semakin panjang. "Ayah ngga mau potong rambut, Nak," ucap Wafa, tangan kirinya ia pakai untuk mengelus perutnya yang sudah membuncit.

Aidan menyugar rambutnya, "Weh nambah ganteng dong ini!"

"Ahaha, iyain aja deh."

"Yaudah ah, dilanjut nanti lagi. Ditunggu mereka di bawah. Abis ini mereka langsung pulang. Kapan-kapan kalau ada waktu, mereka kesini lagi."

"Yahh. Padahal Wafa pengen lama sama bang Rafanza," Wafa berujar sedih. Aidan yang melihat itu turut sedih, "Nanti aku bakal ngambil cuti sampai kamu lahiran, Yang. Aku pengen fokusin kamu sama debay dulu. Pengen menikmati sama kalian. Diizinkan ngga nih?"

Wafa terperangah. "Eh, jangan gitu ah. Ngga enak sama karyawan kamu."

Aidan tersenyum teduh. "Kita turun dulu, nemuin mereka. Abis itu aku ceritain deh. Okay bidadariku?"

Wafa tersenyum manis. "Siappp ayahh!"

"Ahahaha. Yang, kamu semenjak hamil jadi lucu. Gemes akuu!"

🌻🌻

Assalamu'alaikum guysss

Maaf yah, sempet ngegantungin nih cerita:)

Jujur, aku sempet ragu mau ngelanjutin ceritanya. Tapi mikir lagi, setiap orang punya salah. Dan semisal cerita ini emang agak gimana. Mudah-mudahan jadi pembelajaran buat aku pribadi.

Jadi, Bismillah..aku lanjut lagii

Minta tolong juga yah sama kalian. Kalau ada saran, atau bagaimana. Kasih tau aja ke aku. Bisa lewat kolom komentar, atau Chat pribadi juga gapapa.

Jazakumullahu khairan katsiran yang sudah baca sampai sini! Kalian ah...Masya Allah🥺

Barakallahu fiikum..

Oke, sampai jumpa di part berikutnya yaaa.

In Syaa Allah. Allahumma Aamiin ☺❤



Langkah Sebuah Cinta-LSCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang