21. Sedikit Masalah

1K 46 0
                                    

"Woy, bos!"

Aidan menatap datar salah satu karyawannya. Oh iya, saat ini Aidan sedang berada di restoran miliknya.

"Apaan?" balas Aidan dengan ngegas.

"Weh, santai aja kalik," canda Syahdan.

Aidan hanya menatapnya sekilas, kemudian mengambil data grafik penjualannya minggu ini untuk ia bawa ke rooftop. Dirinya memijat keningnya yang terasa nyut-nyutan.

"Bos. Kayaknya lagi ada sedikit masalah sama restoran ini," ungkap Syahdan.

Aidan yang mendengar topik itu langsung tertarik. "Kira-kira lo tau, ngga?"

Syahdan mengangguk pelan. "Kemarin ada beberapa pelanggan yang komplain. Tapi komplainnya sambil ngegas, misuh-misuh ra jelas. Aslinya masalah sepele. Cuman dianya ngebesarin gitu, bos. Pelanggan waktu itu kan ya lagi banyak-banyaknya. Jadi kita juga berusaha untuk buat secepat mungkin. Pelayanannya juga udah baik, kok."

"Terus bagian yang menjadi masalah dimananya?" tanya Aidan.

"Rasanya kurang pas di lidah dia," jawab lugas Syahdan.

Kali ini, Aidan termenung sejenak. "Gitu aja? Lo ngga ngasih racun ke dia, kan?" canda Aidan. Dirinya berniat untuk mengembalikan suasana yang mungkin sempat tegang.

Syahdan berdecak. "Terserah sampeyan, wis!"

"Holaaa everybody! Ketemu lagi dengan gue, Haydar yang cetar membahana layaknya singa!"

Aidan dan Syahdan yang mendengar itu hanya bisa berdecak. Mulai sudah.

"Heh, dadar gulung! Lo bisa ga sih, ga usah tereak!"

Haydar mendelik mendengar ucapan dari Aidan. "Heh, tukang nge-absurd. Kagak sadar diri lo?"

Kini, gantian Aidan yang mendelik setelah mendengar ucapan Haydar. Ya, memang benar sih. Tapi, harusnya Aidan yang berbicara seperti itu. Mana ada karyawan yang sesantuy ini sama bosnya?

"Gue lagi syedih," ucap Haydar.

Aidan dan Syahdan terkekeh sejenak. "Lo kenapa, dah?" balas mereka bersamaan.

"Gue jadi ngerasa bodoh kalo bersanding dengan kalian," lontar Haydar dengan mata yang menatap lurus ke arah langit biru.

Mereka bertiga sedang berada di salah satu bagian restoran. Tepatnya di rooftop.

Keduanya secara bersamaan langsung memukul bahu Haydar dengan pelan.

"Aihh, jangan bilang gitu weh!" protes Syahdan dan diangguki oleh Aidan.

"Lo itu pintar. Stop buat bilang lo bodoh. Mungkin kalimat ini komplek banget buat diucapin banyak orang. Sampai kadang-kadang ngerasa kayak, 'apa sih'. Lo udah berusaha aja itu udah jadi nilai plus. Perumpamaannya gini, 'bayi baru lahir cenger, apakah langsung bisa dia ngerti apa yang dia demen? apa yang dia mahir?' ngga, kan? Kabeh kui butuh proses. Bayi butuh jatoh berkali-kali buat bisa jalan, sampai sekarang. Pas latihan sepeda, ndak jarang juga dia kecebur selokan. Wihh, aroma selokannya itu lhoh. Wkwk," tutur Aidan diselingi candaannya. "Mudah-mudahan, ini bukan cuman sekadar bualan gue aja, ya. Semangat, weh!" lanjutnya.

Prok prok prok

Mata Haydar berkaca-kaca. "Gue seneng banget, asli. Ketemu sahabat kayak kalian!"

Langkah Sebuah Cinta-LSCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang