37. Ngga sabar

456 24 0
                                    

"Lama banget kalian," cibir Rafanza.

Ayah Malik hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak sulungnya. "Ayah lempar juga lama-lama. Hih."

Rafanza pura-pura kaget. "Wah, jangan dong. Abang ganteng ini ingin melihat keponakan-keponakan imutku."

"Dahlah, pusing Ayah!"

Wafa, Aidan, dan Abi Sahlan tertawa menyaksikan perdebatan kedua ayah dan anak itu.

Rafanza mendekat ke arah Wafa. "Minggir woy!" keluh Rafanza ketika dirinya terus dihalang-halangi oleh Aidan. Aidan tertawa puas. Kemudian membiarkan kakak adik itu berbicara.

"Nah, gitu dong daritadi! Gue keburu mau ke rumah temen. Ada acara."

"Acara apa, Bang?" tanya Wafa. Rafanza mendekat ke Wafa, kemudian memeluknya dengan hati-hati. "Abang ngadain tasyakuran bareng temen-temen abang. Kamu disini jaga diri baik-baik, yah. Abang ngga sabar ketemu ponakan. Musti ganteng sama cantik. Soalnya kalian aja udah Masya Allah," pungkas Rafanza sembari mengurai pelukan mereka.

Wafa mengusap air matanya. "Ih, abang kenapa manis gini sih?"

"Ahaha. Lo lucu banget!"

Aidan menepuk pelan bahu kakak iparnya itu. "Bang. Terima kasih yah udah nerima Aidan."

Gantian Rafanza yang menatap adik iparnya itu. Kemudian tersenyum teduh. Senyuman yang mirip dengan Ayah Malik juga Abi Sahlan. Sangat menenangkan. "Gue juga makasih sama lo! Makasih udah nerima adik gue itu. Pesen gue cuman satu. Kalo ada masalah, selesaikan dengan kepala dingin. Kita ini laki-laki. Perempuan itu perasa. Lembut banget hatinya, Dan. Jaga adik gue yah!" pesan Rafanza dan diangguki mantap oleh Aidan.

Ketika sudah berpamitan, dan dirasa sudah cukup, Aidan dan Wafa lalu mengantarkan mereka menuju teras. "Ya sudah, kami berangkat dulu. Kalau ada apa-apa jangan sungkan buat ngomong. Buat cerita. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam, dadaahh. Fii Amanillah."

"Sudah yuk, masuk ke dalam," ucap Aidan.

Wafa Nayanika Al-Malik

Aku merapikan kasur yang sedikit berantakan sembari menunggu suami gantengku yang sedang mandi di kamar mandi bawah. Yah, menyibukkan diri aja.

Setelah dirasa cukup bersih. Aku menghentikan kegiatanku. Lalu duduk di kursi yang berada di teras kamar.

Tak lama kemudian...

"Yanggggggggg," teriak Aidan.

Masya Allah. Suamiku itu kenapa sih? "Apa, A'?" tanyaku ketika A'Aidan berada di depanku. Berjongkok.

Aku menatap dia yang juga menatap diriku. Masya Allah. Suamiku ganteng banget yah? Rambutnya basah. Mana wangi banget. Berdamage buat hatiku.

"Aku ganteng yah, sampai kamu natap aku kayak gitu," celetuk dia sambil memainkan alisnya. Tengil banget. Gemes aku!

Aku memilih jawaban aman.

"Ngga!"

"Heh," balasnya. Aku tertawa melihat ekspresi suamiku itu. "Ngga salah maksudnya," imbuhku yang berhasil membuat dia tersipu, terbukti dengan wajahnya yang sedikit memerah. Ahaha, kok lucu banget ngeliat dia yang malu-malu kucing gitu!

Langkah Sebuah Cinta-LSCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang