20. Bayi Besar

1.2K 58 0
                                    

Wafa tak bisa tidur setelah tahajjud dan murajaah bersama Aidan tadi. Pukul 3 dini hari. Dan Aidan kembali tidur.

Wafa sedang galau.

Jadi, Wafa memutuskan untuk pergi ke belakang rumah abi Sahlan dan umi Saira. Untuk sekadar mencari pelampiasan. Bermain basket. Kebiasaannya ketika sedang galau.

"Nak Wafa?"

Wafa berjengit kaget. "Eh, Abi. Aku kira siapa tadi," sapa Wafa.

"Setannya takut sama kamu. Karena disini ada abinya Wafa. Nanti abi terkam!" balas Abi Sahlan sambil terkekeh. Kemudian mendekat ke arah Wafa. Merebut bola basketnya.

"Yeay! Abi dapat! Ayok, dong. Kejar abi!"

Wafa tertawa sejenak. Kemudian berlari mengejar Abinya untuk merebut bola basket.

"Ah, gitu doang. Ayoklah, lebih semangat!" seru Abi Sahlan.

"Alhamdulillah. Wafa dapaat!" pekik girang Wafa. Abi Sahlan yang melihat itu pun pura-pura berekspresi sedih. "Yahh, abi kalah. Menantu abi memang hebat!" ujar Abi Sahlan sambil merangkul Wafa untuk ia bawa masuk ke dalam ruang keluarga bersama istrinya.

Abi Sahlan dan Umi Saira selepas murajaah di mushala rumah, keduanya tak sengaja melihat Wafa bermain basket. Padahal waktu masih sangat pagi.

Umi Saira berinisiatif kepada Abi Sahlan untuk mendekat dan bermain sebentar dengan Wafa. Sedangkan dirinya, pergi untuk membuatkan jahe dan teh hangat. Jahe untuk dirinya dan Wafa. Sedangkan Abi Sahlan ia buatkan teh. Karena memang suaminya itu tak terlalu menyukai jahe.

"Menantu umi! Holaaaaaaa sayang," sapa umi Saira.

Wafa tersenyum, manis sekali. "Holaaaaaaa juga, umi cantikku."

"Ahh, umi jadi baper deh," balas umi Saira.

Abi Sahlan hanya bisa tertawa disaat mendengar interaksi kedua perempuan berbeda usia itu.

"Aidan mana, Nak?" tanya Abi Sahlan.

Wafa menatap abi mertuanya, "A'Aidan lanjut tidur tadi, Abi. Jangan dibangunin, yah. Kasihan. Pasti kecapean," ungkap Wafa.

Abi Sahlan menggeleng. "Harus dibangunin! Nanti kalo ngga dibangunin, anak ganteng abi pasti ngambek! Beneran. Abi ngga boong," tutur Abi Sahlan sambil tertawa. Kemudian beliau pamit untuk membangunkan Aidan.

Wafa menatap heran ke arah umi Saira. "Memang begitu ya, Umi?"

Umi Saira tertawa terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Wafa. "Nanti lihat aja sendiri, deh."

Wafa mengangguk pelan sambil meminum jahe buatan umi Saira. Masa iya sih, ngambek? Kok jadi pengen tau ya, ngambeknya kayak gimana? Pasti lucu banget, kan? Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang terlintas di benak Wafa.

"Yang. Kenapa ngga bangunin akuu, sihh?" Suara bariton khas orang bangun tidur itu tak asing dipendengaran Wafa.

Wafa menatap asal suara. Dirinya tertegun sejenak. Kenapa Aidan ganteng banget?

"Bayi besarmu datang, Nak!" sindir Abi Sahlan.

Aidan yang masih mengantuk menghiraukan ucapan abinya. Dirinya langsung mendekat ke arah Wafa. Kemudian menyenderkan kepalanya pada Wafa sambil memejamkan matanya.

"Nah lhoh. Dibilangin apa juga," goda Umi Saira.

Wafa tersenyum kikuk, tangannya terulur untuk mengusap rambut legam milik Aidan. "Tidur lagi aja, A'."

Aidan menggeleng. "Ngga usah. Habis ini pagi. Kamu kenapa ngga bangunin aku tadi?" rajuk Aidan sambil menatap Wafa dengan mata sebelah yang terpejam.

"Kamu tidurnya pulas banget! Mana tega akunya, A'."

"Gapapa, lainkali teh bangunin saja akunya. Untukmu apa yang ngga sih? Sampeyan itu tresnaku, bojoku!"

Subhanallah. Masih sempat-sempatnya Aidan menggombali Wafa! Terserah Aidan ajalah.

🌻🌻

Assalamu'alaikum!



Terima kasih udah mampir

Sampai jumpa di part berikutnya, ya. In Syaa Allah. Allahumma Aamiin

Langkah Sebuah Cinta-LSCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang