"Sayang, aku udah siap."
Aidan menatap tak berkedip ke arah Wafa.
"Masya Allah, yang. Natural aja kamu cantik," balasnya. Wafa menutup mukanya menggunakan tangan. "Ih, A'. Aku baper. Tanggung jawab."
Aidan tertawa kemudian mendekat ke arah Wafa. "Ahaha. Yok ah, kita jalan-jalan aja kalau gitu."
✥
Wafa Nayanika Al-Malik
Di mobil, kami berdua asik tertawa dengan lontaran beberapa candaan yang keluar dari mulut suamiku itu.
"Beneran, yang. Dulu teh aku suka nyamplung ke selokan kalo latihan sepeda. Tapi akhirnya bisa juga" katanya.
Aku tertawa. Kayaknya kisah masa kecil suamiku itu indah. Lucu-lucu. "Butuh perjuangan banget ya, A'. Tapi kamu hebat lhoh, berusaha bangkit disaat jatuh," jawabku.
Aidan tertawa. "Masya Allah. Iya, benar yang. Tapi perjuanganku untuk mendapatkanmu juga berat," balasnya absurd. Namun anehnya, balasannya itu membuatku semakin baper dengan suamiku.
"Nah, yang. Udah sampai nih," lontarnya disaat mobil kami sudah berhenti di depan rumah mewah. Rumahnya bagus. Ala-ala klasik modern gitu.
Suamiku itu turun terlebih dahulu. Tapi, mobilnya dikunci. Aneh, kan?
Eh, tanpa aku sangka, suamiku itu membukakan pintu untukku. Sembari salah satu tangannya diulurkan ke arahku. Masya Allah, suamiku ini sweet banget ya?
Aku menggapai uluran tangannya. Ciyelah, ahaha. Udah kayak adegan sinetron gitu, euy!
Setelah mengetuk pintu rumah itu, terbukalah seorang lelaki kira-kira dua tahun lebih tua dari Aidan
"Weh, Masya Allah! Ada bos besar datang. Suatu kehormatan nih buat gue."
Aidan tertawa kemudian menepuk pelan bahu lelaki itu. "Ahaha, ada-ada aja lo."
"Ya udah lah, mari masuk," ajaknya. Dan kami pun masuk ke dalam rumah mewah itu.
Didalamnya Masya Allah sekalii. Di dekat sofa, ada dinding yang berukir lafadz Allah dan Muhammad. Untuk dekorasinya ngga terlalu mewah banget. Dominannya gold putih gitu. Bagus, ya?
"Ada apa nih?"
"Ini, mau silaturahmi aja." Lelaki yang diketahui bernama Syafwan itu mengangguk paham.
"Oalah. Oke. Bentar ya gue panggilin istri. Biar bini lo ngga kesepian," candanya.
"Halo, Wafa," sapa seorang wanita cantik berkerudung seperut dengan gamis rumahnya berwarna navy.
"Halo, Kak," sapaku balik.
"Sama aku aja yuk? Mereka biar berdua."
Aku mengangguk dan membuntuti di belakangnya.
Aku kembali terkagum dengan penataan ruangan maupun dekorasi rumah ini. Ruangan demi ruangan ditata dengan baik. Dan saat ini, kami berdua sedang berada di taman rumah milik teman suamiku.
"Oh iya. Kakak belum kenalan. Nama kakak, Ara."
Aku mengangguk sambil tersenyum. "Oke, Kak Ara. Aku Wafa."
Selanjutnya, kak Ara menanyakanku banyak hal. Banyak banget.
"Mood kamu suka berubah-ubah, ya?" tanyanya. Lhah kok bisa tau? Iya sih, aku juga ngerasa kayak gitu.
"Iya, Kak. Benar. Oh iya, kalau boleh tau, kakak dikasih tau siapa?" tanyaku heran
Kak Ara tersenyum. "Suami kamu."
Wah, ada apa nih? Mudah-mudahan ngga cerita aneh-aneh dia.
Setelah itu, masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang terlontarkan. Dan aku menjelaskannya dengan detail.
Kok aku makin ngerasa aneh ketika melihat kak Ara tertawa.
"Aidan kesambet apaan sih? Kenapa dibawa ke aku, coba?" ucapnya sambil tertawa ngakak. Bahkan sampai ada buliran air mata di samping matanya.
"Kenapa, Kak?" tanyaku masih belum mengerti.
"Kakak teh psikiater," balasnya sambil meredakan tawanya.
Allahu Akbar!
"Hah? Subhanallah, suamikuu."
"Ahaha, yang sabar aja deh kamu."
"Udah lebih-lebih teh, kalo masalah sabar sama Aidan."
Kak Ara berpesan kepadaku sesuatu. Tapi aku masih meragu. Daripada ragu, langsung di periksa aja deh. Katanya juga, mentalku tak bermasalah. Subhanallah, Laa Haula, suamikuu!
🌻🌻
"Aidan!" ucap lantang kak Ara. Kemudian beliau tertawa.
"Gimana, Kak? Udah selesai?" balas Kak Aidan dengan raut khawatir.
Aku mendengus pelan. Mau ngambek sama dia, tapi dianya juga ngga salah. Aidan cuman khawatir aja.
"Parah banget, lo! Ahaha," kak Syafwan ikut tertawa saat mendengarkan cerita dari istrinya. Pelakunya? Tertawa sambil menggaruk kepalanya yang sepertinya tidak gatal. Gelagat Aidan ketika sedang malu. Wafa juga turut gemas dengan suaminya itu. Astaghfirullah, sabar ya, Wafa.
Mereka berdua memutuskan melanjutkan jalan setelah mendapatkan saran-saran dari kak Ara dan kak Syafwan. Dan ternyata, kak Ara dan kak Syafwan adalah teman sekampus sekaligus partner perusahaan Aidan. Sebenarnya hanya kak Syafwan. Karena Aidan tidak begitu mengenal kak Ara.
🌻🌻
Assalamu'alaikum..
Ciyeee masih penasaran, ahaha!😂
Sok, dilanjut bacanya😂
Kritik dan sarannya yaaa✨
Oke, Jazakumullahu khairan katsiran❤
Sampai jumpa di part berikutnya. In Syaa Allah, Allahumma Aamiin☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Sebuah Cinta-LSC
Teen Fiction"Tak ada kisah yang sempurna." ✨ Terima kasih sudah mampir di lapak inii, yaa❤ Start: 12 Juni 2021 Finish: 13 Agustus 2021 Revisi: ------------- Illustration: Pinterest Edited: Phonto -------------