22. Curiga

138 32 4
                                    

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Gika langsung menuju ke parkiran dan menunggu Sasa.

Tamara yang melihat Sasa menghampiri Gika dan masuk kedalam mobilnya. Tamara hanya memasang wajah bingung. Bisa-bisanya Gika pulang bareng dengan Sasa, sedangkan ia dan Gika masih marahan. Gika benar-benar keterlaluan, pikir Tamara.

Tamara hanya bisa menatap mobil Gika yang sudah menjauh dari pandangannya memilih diam. Jadi yang salah itu sebenarnya Tamara atau Gika?

"Ngeliatin apa?" tanya Lisa yang baru saja datang sambil menepuk pundak Tamara, Tamara langsung menoleh ke arah Lisa, "Lagi nunggu sopir," balasnya.

Tamara tidak mau cerita kepada Lisa tentang tadi Gika dan Sasa pulang bersama. Bisa-bisanya yang emosi bukannya Tamara, malahan Lisa yang emosi apabila sahabatnya diperlakukan seperti ini.

"Udah ketemu Gika?" tanya Lisa penasaran, karena masih melihat wajah Tamara yang masih kesal. Tamara mengangguk, "Udah tadi," balas Tamara.

"Terus gimana?" tanyanya lagi, Tamara memilih untuk menghindari pertanyaan tersebut. "Eh, gue udah di jemput nih, duluan ya Sa," ucap Tamara sambil melambaikan tangannya ke arah Lisa. Dan Lisa hanya membalasnya dengan anggukan dan melambaikan tangannya juga.

"Non, apa nanti boleh nanti mampir dulu ke apotek?" tanya sang sopir itu kepada Tamara.

"Mau beli obat siapa Pak?" tanya Tamara penasaran. "Obat anak saya non, anak saya sedang sakit," ucap sopir itu memberi tahu.

Tamara mengangguk, "Boleh Pak," balas Tamara memberi izin. "Baik, terima kasih non," ucap sopir itu berterimakasih, dan langsung menjalankan mobilnya menuju ke apotek tujuannya.

Di perjalanan Tamara hanya diam melihat kearah jendela, memikirkan Gika. Tamara sangat dibuat bingung dengan tingkah Gika, dia marah? Harusnya Tamara yang marah.

Lagi pula kenapa Gika mau pulang bareng dengan Sasa? Bukannya selama ini Gika selalu menolak, pikir Tamara.

Tamara menatap ponselnya dan benar Gika belum mengabarinya sama sekali. Padahal Tamara berharap Gika akan mengabarinya dan meminta maaf atas perilakunya.

"Sudah sampai non, saya turun sebentar ya non," kata sopir itu meminta izin kepada Tamara.

Tamara tersenyum, "Iya pak," balasnya.

Lalu Tamara melihat samar-samar ada mobil Gika yang berada tak jauh dari pandangannya. Tamara mendekat ke arah pintu mobilnya dan memastikan kalau itu benar Gika.

Terlihat Sasa yang keluar dari dalam mobil dan pergi menuju ke tokoh kue yang berdekatan dengan lokasi apotek itu.

"Ngapain Sasa ke tokoh kue?" tanya Tamara bingung pada dirinya sendiri. "Gika bener-bener."

"Non, sudah selesai," ucap sang sopir yang telah memasuki mobil dan membawa plastik yang berisikan obat-obatan untuk anaknya.

"Iya pak," balas Tamara.

Sopir itupun melirik Tamara dari kaca, "Non, boleh nanti mampir ke rumah saya dulu? Untuk mengantarkan obat ini kepada anak saya non, karena ini sedang dibutuhkan," ucap sopir itu lagi-lagi meminta izin kepada Tamara.

"Boleh pak, kita antar kan dulu obat anak bapak," kata Tamara sambil tersenyum.

"Terimakasih non," balas sang sopir dan langsung menjalankan mobilnya.

Ternyata mobil Gika juga sudah melaju tak jauh dari mobil Tamara. Tamara bisa melihatnya dan mungkin bisa sambil mengikuti arah mobil Gika.

Tamara yang menyadari bahwa jalan ini adalah menunju ke jalan komplek perumahan Gika, ia langsung bertanya kepada sang sopir.

ARAGIKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang