47. Sedikit Membaik

139 18 3
                                    

Tamara merasa tenaganya sudah terkuras karena menangis semalaman, tidak makan dari malam hingga sarapan pun tidak.

Sedetik kemudian, Tamara ambruk karena tak tahan lagi menahan tubuhnya yang lemas. Tamara ambruk di dalam rangkulan seorang lelaki yang dengan sigap langsung menangkap Tamara.

"Ra, bangun." Vando berhasil menangkap Tamara yang sudah tak sadarkan diri ke dalam pelukannya.

Dengan sigap, Vando langsung berlari sambil menggendong Tamara menuju ke UKS.

"Tamara kemana?" tanya Gika kepada Lisa, karena tidak melihat Tamara disana.

Lisa masih enggan menatap Gika, Lisa masih sangat kecewa dengan Gika yang memperlakukan Tamara tidak sepantasnya.

"Maaf Kak, tadi saya lihat Kak Tamara pingsan dan dibawa ke UKS sama Kak Vando," ucap salah satu adik kelasnya yang memberi tahu Gika.

Mendengar itu Gika langsung bergegas pergi ke UKS karena panik, tanpa mengucapkan terima kasih lagi ke adik kelasnya yang sudah memberikan informasi.

"Tamara." Gika langsung masuk dan mendekat ke arah Tamara yang masih menutup matanya.

"Tadi pingsan di lapangan," kata Vando memberi tahu Gika.

Gika mengalihkan pandangannya ke Vando, "Thanks udah bawa Tamara ke UKS."

"Gue saranin bawa Tamara pulang, dia pucet gue takut dia kenapa-kenapa," saran Vando kepada Gika. Setelah memberikan saran kepada Gika, Vando pun pergi meninggalkan UKS.

Tamara bangun, membuka pelan matanya dan merasakan kepala yang masih sedikit pusing. Yang pertama Tamara lihat adalah Gika. Gika memberikan minum kepada Tamara dan membantunya untuk duduk.

"Ada yang sakit?" tanya Gika cemas memastikan kondisi Tamara.

"Aku kecewa." Satu kata yang terucap dari mulut Tamara yang membuat air matanya menetes.

Gika tahu pasti Tamara sangat kecewa dengan dirinya, Gika memegang tangan Tamara untuk menenangkannya.

Namun Tamara menolaknya dengan kasar. "Kamu jahat, kamu ingkar, aku kecewa," isak Tamara sambil memukul pelan tangan Gika.

Gika membiarkan Tamara terus memukulinya, karena Gika tahu ini adalah kesalahannya. Tamara tidak bisa menahan tangisnya, begitupun rasa kecewanya.

Gika langsung memeluk Tamara untuk memenangkannya, tapi Tamara terus menolak dan memberontak memukul dada Gika.

Setelah itu Tamara terus menangis di dalam pelukan Gika dengan rasa kecewa yang benar-benar membuatnya sakit.

Winda mendengar ada suara ketukan pintu, mendengar itu Winda langsung membukakan pintu rumahnya dan melihat Gika menggandeng tangan Tamara yang pucat.

"Tamara, kamu kenapa sayang?" Winda khawatir dan memegang tangan Tamara.

"Tamara tadi pingsan Bunda, jadi Gika anter ke rumah," kata Gika menjelaskan. Sejujurnya Gika merasa tidak enak kepada keluarga Tamara karena telah membuatnya kecewa.

"Gika, bantu Bunda bawa Tamara masuk ya," ucap Winda meminta bantuan Gika. Gika pun menuntun Tamara sampai di ruangan tengah.

ARAGIKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang