4 | Di Persimpangan Dilema

1K 112 61
                                    

"Jika mulut tetap bungkam dan tak mampu bersuara, maka biarkanlah hati yang mengatakan segala rasa."



Bagas》

"•••《Bagas》

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mah, Pah. Tapi Saras nggak mau dijodohin. Saras kan juga masih SMA. Belum lulus juga," desak Saras.

"Papah tau. Kamu kan tinggal beberapa bulan lagi lulus. Ini juga baru perjodohan, belum langsung nikah. Nanti resepsinya nunggu kamu lulus SMA. Papah cuma nggak mau kamu semakin salah langkah, Saras."

"Adam ini anak yang baik, kok. Dia baru aja menyelesaikan pendidikannya di Mesir," sambung Rena.

Ini orang kenapa diem aja, sih! Nggak bisa ngomong apa gimana? Sumpah ya, demi apa pun ini orang pengen gue tonjok mukanya, batin Saras dengan geram sambil mengamati wajah Adam yang tetap terlihat tenang.

"Nah! Dia aja udah lulus kuliah, pasti dia udah tua, Mah. Saras nggak mau!"

Yahya dan Maryam hanya bisa tersenyum, mereka sama sekali tidak menghiraukan sikap tidak sopan Saras. Mereka memaklumi tingkah anak SMA yang masih labil.

"Kamu harus tau, Adam itu lulusan termuda di kampusnya. Usianya cuma selisih tiga tahun sama kamu, Saras."

What? Cuma selisih tiga tahun? Emang keliatan masih muda banget, sih. Tapi gue tetep nggak mau dijodohin.

"Udah, kalian jalani aja dulu masa ta'arufnya."

"Bagaimana Nak Adam? Apakah apa kamu bersedia menerima perjodohan ini?" tanya Bram.

"In syaa Allah, saya bersedia Om," Adam mengeluarkan suara pertamanya, setelah sedari tadi perdebatan terjadi.

Hah? Kurang ajar. Saras semakin marah. Namun dia tidak bisa menolak perjodohan ini. Apa pun yang sudah menjadi keputusan Bram dan Rena akan sangat mustahil untuk diganggu gugat.

🍁

Di dalam kamar, Saras terus saja memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya.

"Mimpi apa sih, gue semalem? What?! PER-JO-DO-HAN?!"

"Terus cowok resek itu kenapa iya-iya aja, sih?!

Di tengah banyaknya bintang-bintang yang berkeliaran di otak Saras, Rena menghampiri Saras di kamarnya, membawa beberapa potong buah segar dengan segelas jus jeruk.

"Nih, Mamah bawain buah buat kamu," melihat Saras yang memalingkan wajahnya dari Rena, Rena meletakan jus dan piring yang berisi buah tersebut di atas meja.

Hijrah Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang