19 | Siapa Dia?

915 82 5
                                    

"Setiap kali aku mencoba tidak peduli, hati kecilku selalu saja mengingkari. Sungguh, aku ingin diriku yang dulu."

Seperti sebuah panggung drama, Saras adalah tokoh utamanya. Dia memainkan alur cerita dengan sangat baik. Bahkan terlalu mahir sehingga dia mampu melalukan improvisasi. Sebaik apa pun keahliannya, sangat disayangkan karena semua hanyalah kebohongan. Yang tidak bisa dipungkiri jika semua adegan tadi merupakan sebuah dusta.

"Sa, kamu tidur di kasur aja, biar aku yang tidur di sofa," ujar Adam.

"Ya iya lah. Masa aku yang tidur di atas sofa. Ini bantal sama selimut buat kamu. Aku mau tidur dulu."

Dengan tanpa perasaan, Saras tersenyum kepada Adam. "Selamat malam."

Saras membaringkan tubuhnya, lalu tidur dengan penuh ketenangan.

Adam tidak pernah membayangkan jika dirinya akan menikahi seorang gadis seperti Saras. Manusia tomboi, pemalas, jorok, dan tidak berperikemanusiaan. Dari atas sofa, dia mengamati selimut putih yang menutupi tubuh Saras. Perlahan, Adam pun memejamkan mata.

"Minggir! Gue mau lewat. Minggir nggak! Woy minggir!"

Mendengar teriakan Saras, Adam kembali membuka matanya. Dia menghela napas, pasti saat ini Saras tengah menghadapi gerombolan preman. Tidak ingin suara Saras sampai terdengar dari luar, Adam segera membangunkan Saras.

"Saras, kamu mimpi apa, sih?"

"Kalo ketemu ratu tuh, nunduk. Kasih jalan!"

"Astagfirullah Saras, bangun."

Saras pun membuka mata, lalu mengawasi sekitar. Dia mulai menyadari jika semua hanya mimpi.

"Makanya kalo mau tidur itu berdoa dulu, Sa. Biar nggak mimpi buruk."

Dengan napas yang masih naik turun, Saras mengangguk. Tidak memedulikan Adam yang kini sudah menggenggam tangannya, menenangkan.

🍁

Pagi hari, sesudah melaksanakan Shalat subuh bersama Adam, Saras berniat untuk memasak. Tetapi seketika dia ragu, karena hanya sayur sup satu-satunya resep yang dia kuasai. Mau tidak mau Saras harus mengajak Adam. Dan lihatlah, betapa mahirnya tangan suami Saras itu. Dalam waktu kurang dari tujuh detik, Adam berhasil memotong empat siung bawang merah. Mantap.

Mengapa sekarang jadi Adam yang memasak? Padahal tadinya Saras yang paling berantusias. Sudahlah, tidak apa. Saras akan belajar lagi, saat ini yang terpenting adalah bagaimana caranya Bram dan Rena tidak mencurigai hubungan Saras dan Adam. Karena jika itu terjadi, maka hidup Saras akan semakin runyam.

"Nasi goreng begini doang mah aku bisa," celetuk Saras dengan nada sombongnya.

"Ya udah, nanti kamu masakin yang spesial. Buat aku," Adam terkekeh.

"Ih, ogah."

"Nih, Sa. Kamu yang siapin ke atas meja makan, ya."

"Kamu nyuruh aku? Aku itu Putri Sarasvvv ...." Belum selesai Saras menyombongkan diri, Adam sudah lebih dulu memotong ucapannya.

"Iya, aku tau. Kamu itu Putri Sarasvati, istrinya Khabeeb Adam Ghazanfar. Iya, 'kan?" kekeh Adam sambil mengangkat kedua alisnya, menggoda. Membuat Saras kini membulatkan mata. Sejak kapan Adam pandai menggoda Saras? Saras yang mendengar ucapannya itu pun langsung memukul lengan Adam, membuat Adam tertawa.

Hijrah Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang