29 | Bukan Ending tapi Opening

788 68 1
                                    

"Jika kamu mengira bahwa ini adalah sebuah akhir, kamu salah. Karena perjalanan kita baru saja akan dimulai."


Rembulan kini tengah memamerkan cahayanya. Menyunggingkan senyum kepada gugusan bintang bahwa langit begitu bangga akan kehadiran pijar sang anindya. Angin berembus menimbulkan suara gemuruh pada segerombol pepohonan rindang. Sayang sekali tarian meliuk itu tertutup oleh petang.

Layaknya sungai yang membawa air bermuara hingga ke laut, waktu membawa hati sampai ke hati. Meski tetap membisu, tetapi nurani tahu betul apa yang tersemat dalam kalbu. Mulut bisa saja berdusta, tetapi mata yang mengatakan segalanya. Iya, segalanya.

Egois dan gengsi adalah sifat yang manusiawi. Namun akan menjadi setaniawi jika terus dipelihara tanpa batas waktu. Karena rasa egois sering kali memicu pertengkaran yang mengakibatkan perpecahan. Maka kesadaran diri perlu untuk diterapkan.

My Bawel Husband
Sa, hari ini aku pulang telat. Soalnya
ada hal yang harus dirapatin buat
persiapan penilain akhir tahun.

Me

Iya. Pintunya kukunci. Kamu
bawa kunci cadangan, 'kan?

My Bawel Husband
Iya,Sa bawa. Kamu hati-hati di
rumah, ya.

Me

Iya.

//dilihat

Saras tampak merengut setelah membaca chat dari Adam. Ada rasa kecewa yang terpendam. Namun sudahlah, tidak ada yang perlu diharapkan. Hanya akan menyisakan rasa sesak di dada.

"Mungkin dia lupa. Atau emang nggak ada artinya. Whatever, gue nggak peduli."

Saras menghilangkan rasa bosan dengan menonton televisi. Sesekali dia berpindah posisi duduk. Ah, ini benar-benar sangat membosankan. Setelah memasak beberapa hidangan, Saras sama sekali tidak memiliki kegiatan.

Drrrttt ....

"Siapa, nih? Nggak ada namanya." Saras menaikkan satu alisnya.

"Angkat aja kali ya, lumayan ngilangin gabut." Saras menerima panggilan dari nomor tidak dikenal itu.

"Halo."

"Halo, Sa! Woy gimana kabar lo?!"

Saras sontak menjauhkan ponsel dari telinganya. Mendengar suara yang penuh power Saras mengernyitkan dahi.

"Aldo?"

"Iya, lah. Siapa lagi pemilik suara paling merdu kalo bukan Bang Aldo, ck!"

"Hai, Sa. Ini gue Raka! Di samping gue Rio."

"Nggak nanya," jawab Saras sewot.

"Ya kirain gitu pengen tau. Ha ha ha."

"Ka, lo ganti nomor ya? Waktu wisuda, aja lo bilang nggak bakalan ganti nomor. Nyatanya apa? Ah, tai kuda lo emang."

"Ya sorry, Sa. Solnya nomor gue yang lama tuh udah kesebar ke mana-mana. Biasa, Babang ganteng emang gitu, gampang famous."

Hijrah Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang