17 | Sholawatin Sampe Salting

888 87 23
                                    


Bersama qobiltu, kupinang kau dengan lantunan sholawatku.


Ada berbagai alasan bagi raga untuk berlari sejauh mungkin. Menghindar dari semua alur yang katanya adalah sebuah takdir. Meninggalkan kisah yang selalu membuat dada begitu sesak. Tetapi takdir tetaplah takdir. Tidak akan dapat diubah sesuai keinginan seseorang, tokoh utama sekalipun.

Saras selalu berusaha untuk dapat menjauh dari Adam. Bahkan dia selalu memantau keadaan sudut ruang agar nantinya mereka tidak saling beradu pandang. Tetapi anehnya, semesta seakan terus ingin menyatukan mereka, dengan cara yang sering kali tak terduga.

Baru juga mau mastiin, malah udah nongol sendiri.

Adam tengah duduk santai sambil membaca sebuah buku. Bukan buku biasa, melainkan sebuah kitab. Entahlah, Saras tidak memahaminya. Yang jelas, isi dalam buku tersebut menggunakan bahasa Arab tanpa harakat.

"Kamu nggak ngajar?"

"Tanggal merah, Sa."

"Nggak ada niatan pergi gitu?"

"Enggak," jawab Adam singkat.

Ngeselin banget nih, kalo dia nggak keluar. Hadehhh ....

Dengan ekspresi wajah yang kesal, dia berjalan menuju dapur. Memakan beberapa buah mungkin akan membuat kepalanya lebih fresh. Belum sampai di dapur, pandangannya teralihkan oleh sebuah ruangan. Sudah hampir satu bulan Saras menetap tapi dia belum pernah memasuki ruangan tersebut. Bahkan sepertinya Adam juga tidak pernah membukanya. Pertanyaan demi pertanyaan mulai muncul di kepala Saras.

"Loh, kok nggak bisa dibuka?" Saras mengerutkan dahinya. Pintu yang terkunci membuat rasa penasarannya semaki kuat.

"Nah, kan. Gue bilang juga apa. Pasti di balik sifat religiusnya dia nyembunyiin sisi gelap. Gue yakin semua rahasianya ada di ruangan ini. Makanya ditutup terus biar nggak ketauan."

"Gue jadi makin yakin sekarang. Awas aja kalo gue udah bisa buktiin itu semua," monolognya sambil terus berusaha membuka pintu.

Tanpa disadari, rupanya Adam sudah sedari tadi di belakang Saras. Mengamati punggung istrinya yang tengah berusaha keras menguak keburukan yang dia miliki.

"Ekhem."

Mendengar Adam yang berdeham, Saras langsung terkesiap. Kedua matanya mengerjap, lalu berjalan mundur hingga menabrak pintu yang tengah dia perjuangkan.

"Kamu mau tau apa isi di dalem ruangan itu, Sa?" tanya Adam dengan pelan, membuat Saras semakin merinding.

"Apaan emang?" nada tingginya terdengar bergetar, mungkin dia benar-benar ketakutan.

Adam mendekati Saras. Susah payah Saras menelan ludahnya. Mengapa Adam semakin mendekat? Apa yang akan dia lakukan?

"Isinya mayat cewek," bisik Adam. Seketika Saras melongo. Jantungnya berdetak sangat cepat. Kedua kakinya mendadak lemas.

"Ma-mayat?" tanya Saras dengan terbata-bata.

"Ha ha ha. Bercanda, Saras. Mana ada mayat di dalem ruangan, adanya di kuburan." Adam terbahak, namun Saras sama sekali tidak berniat untuk ikut tertawa. Bagaimana jika di dalamnya benar-benar ada mayat wanita?

Hijrah Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang