Hallo guys🤗
Happy reading.
Semoga suka ya😊
•
•"Astaghfirullah, Sa!" ucapan Adam membuat Saras terbangun dengan membelalakkan mata.
"Hah, udah adzan?" tanya Saras sambil mendengarkan suara azan yang berkumandang.
"Iya. Kita nggak sholat malem, Sa."
"Kamu sih, tidurnya kemaleman. Kan aku udah bilang, nggak usah dipikirin terus. Lagian nggak ada gunanya, 'kan? Cuma buang energi. Aku yakin kok kamu bisa dapetin pekerjaan lagi. Jadi jangan terlalu diambil pusing."
"Tapi namaku udah terkenal buruk di sekolah, Sa."
"Terkenal buruk di mata manusia, tapi enggak di pandangan Allah. Ntar juga bakalan terungkap kebenarannya."
Adam terdiam, tertampar dengan ucapan Saras. Dia terlalu memikirkan bagaimana dirinya di hadapan manusia, tetapi lupa bahwa pandangan Allah tentangnya jauh lebih penting. Beberapa detik setelahnya Adam tersenyum simpul. Meskipun sewot, tetapi ucapan Saras penuh motivasi. Membuat Adam punya kemauan untuk bangkit kembali.
"Iya, Sa," ucap Adam lembut dan tersenyum manis.
Saras langsung membulatkan mata. Tangannya memalingkan wajah Adam dari pandangannya.
"Kenapa, Sa?" tanya Adam bingung.
"Kamu jangan ngeliatin aku gitu dong. Apalagi sama suara lembut kamu itu."
"Loh, kenapa?"
"Ya ... Udah, ayok bangun. Ntar kesiangan." Saras mengalihkan pembicaraan.
Adam yang merasa gemas pun mengejar Saras, mencari penjelasan atas tingkah aneh Saras tadi.
🍁
"Adam, beras kita tinggal sedikit."
"Waduh, iya Sa. Kita kan bulan ini emang belum belanja. Ya udah nanti biar aku yang beli ya."
"Pake uangku aja. Uang yang setiap bulan kamu kasih ke aku."
Di saat-saat seperti ini, kekompakan adalah hal yang sangat berarti. Tidak ada masalah berat jika dilalui bersama-sama, apalagi dengan seorang istri.
"Emang kamu punya uang berapa?" tanya Adam. Meski pertanyaannya bukan bermaksud untuk menuruti saran Saras. Adam tidak akan tega menggunakan uang yang menjadi hak istrinya.
"Uang satu tahun dari kamu kan aku timbun, Dam. Jadi jangan ditanya berapa. Pasti banyak lah," ucap Saras songong sambil terbahak.
"Oh, jadi uangnya kamu timbun?" balas Adam dengan meledek.
"Iya. Nggak papa, 'kan? Daripada nimbun cowok lain," celetuk Saras yang langsung membuat Adam memicingnya.
"Bercanda, yaelah."
"Awas aja kalo kamu sampe nimbun cowok lain," ancam Adam.
"Kalo aku nimbun cowok lain, kamu mau ngapain?" goda Saras sambil bersedekap dan mengangkat kedua alisnya.
"Aku nggak akan biarin kamu keluar rumah nanti."
"Kalo aku nimbunnya di dalem rumah gimana?"
"Aku nggak biarin kamu keluar kamar."
"Eh?" Saras mematung kala Adam memeluknya dari belakang. Bisa-bisanya Adam seposesif itu terhadapnya. Saras tersenyum, dia benar-benar merasakan cinta yang amat dalam. Setelah sakitnya pengkhianatan, Saras mendapat cinta dengan penuh ketulusan.
"Udah, ayok."
"Ayok? Ke mana?"
"Aku nggak biarin kamu belanja sendiri. Ntar kalo kamu digodain cewek lain gimana?"
🍁
Di dalam mal, Saras melihat beberapa gadis cantik yang berlalu lalang dari hadapannya. Semua terlihat begitu cantik dengan hijab yang mereka kenakan. Saras jadi teringat akan permintaan Adam beberapa bulan yang lalu. Saras bukannya menolak, hanya saja menurut Saras, mengenakan hijab atas dasar keikhlasan membuat dia jauh lebih nyaman daripada karena keterpaksaan.
"Sa, kamu kenapa?"
"Nggak papa. Udah?"
"Udah. Tapi sebelum pulang kita makan dulu yuk," ajak Adam yang langsung dibalas anggukan oleh Saras.
"Eh, sebentar. Tadi waktu aku lagi ke kasir aku nggak sengaja liat ini. Jadi aku beliin buat kamu. Aku nggak minta kamu buat pake ini sekarang, Sa. Jadi simpen aja dulu. Barangkali sewaktu-waktu diundang pengajian ke rumah umi," terang Adam sambil meringis.
Saras mengintip sebuah gamis dan hijab berwarna pastel yang Adam berikan. "Bisaan, ya. Iya juga sih, siapa tau nanti dapet undangan buat ikut pengajian kan jadinya udah nggak perlu repot beli," kekeh Saras.
Di dalam kafe, sudah ada banyak sekali pengunjung. Sampai-sampai beberapa meja bahkan tidak kelihatan. Mata Adam mengawasi sekitar, setelah mendapatkan apa yang dia cari, Adam pun membawa Saras ke meja tersebut.
"Kamu mau makan apa, Sa?"
"Aku mau ... soto ayam sama salad. Minumannya oranye jus aja.
"Salad? Biasanya kamu aku tawarin nggak mau."
"Lagi pengen aja," jawabnya singkat.
Adam mengangguk, lalu memesan menu yang Saras minta. Sedangkan Adam hanya memesan soto ayam dan es teh. Menurutnya itu paling murah, tetapi mengenyangkan.Saat sedang menunggu makanan datang, tiba-tiba seseorang menepuk bahu Saras dengan pelan. Sontak dia membalikkan tubuhnya dan memastikan siapa orang tersebut.
"Loh, Umi sama Abi?"
"Iya, kita nggak sengaja liat kalian di sini," ucap Yahya sambil ikut duduk bersama Saras dan Adam.
"Kalian habis belanja juga, ya?" tanya Maryam.
"Iya, Umi. Kita habis belanja. Tapi perut Adam laper, jadi Adam ngajak Saras ke sini."
"Loh, kok kamu nggak ngajar?" tanya Yahya kepada Adam.
Adam menatap Saras. Saras terdiam, lalu menganggukkan kepala. Adam pun menceritakan kejadian yang menimpanya. Mendengar penjelasan Adam, Maryam dan Yahya pun menjadi iba.
"Terus kamu mau kerja apa, Dam?"
"Belum tau Bi. Ini Adam masih nyari-nyari. Barangkali ada yang butuh tenaga kerja di tempat makan. Soalnya kalo mau jadi guru lagi kayaknya susah. Kalaupun ada, pasti harus nunggu lama. Karena nggak semua sekolah lagi ngebutuhin guru baru. Kemaren pun Adam dapet tawaran ngajar di sekolah Saras awalnya karena gantiin guru lain yang lagi cuti," papar Adam dengan wajah yang masih dibuat tegar.
Yahya menghela napas. "Gimana kalo kamu kerja di kantor Abi? Kamu bantu Abi mengelola perusahaan. Tenang aja, sebelum mulai kerja kamu bakalan dapet bimbingan. Di situ kamu bisa belajar banyak hal. Lagi pula kamu juga pernah belajar itu semua, 'kan, waktu kuliah? Jadi Abi rasa kamu bakalan cepet menguasai semua bimbingannya."
Adam terdiam sejenak. Dia kembali menatap Saras. "Gimana, Sa?"
"Mmm kalo aku sih, terserah kamu aja. Tapi menurutku itu tawaran yang bagus, Dam. Apalagi kamu kerja sama Abi. Udah pasti kita bakalan sering ketemu dan semakin deket. Iya nggak, Umi?"
Maryam tersenyum simpul, lalu mengelus puncak kepala Saras. "Adam nggak salah pilih istri, Saras emang istri yang cerdas."
"Kan yang pilihin Adam istri itu Abi sama Umi," tutur Adam sambil terkekeh.
"Iya deh, iya." Maryam dan Yahya terbahak.
"Eh, Abi sama Umi mau makan apa? Biar Adam panggilin pelayannya."
***
Hayo lo, yang senyum-senyum sendiri😆
Jangan lupa kasih vote ya😁
![](https://img.wattpad.com/cover/275704624-288-k45680.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta (END)
RomanceCinta pertama memang sering kali dikaitkan dengan cinta sejati, namun bagaimana jika cinta pertama justru hadir untuk menyakiti? Saras, preman kelas yang menjadi ratu di sebuah geng. Dia merupakan anak tunggal dari keluarga berada, namun tingkahnya...