9 | Belum Siap Kehilangan

783 84 34
                                    

Happy reading guys😉
Jangan lupa bacanya sambil dengerin backsond di atas😁

Semoga suka ya😊

Dalam dunia tidak ada yang permanen, semua hanyalah fana. Seperti pertemuan yang pasti akan menemui perpisahan. Masih teringat jelas, bagaimana semua siswa dengan lugu mengepang rambutnya. Bersikap seperti anak kecil yang membutuhkan perhatian senior mereka. Meskipun itu bukanlah Saras. Sejak awal masuk SMA, Saras sama sekali tidak membutuhkan siapa pun. Dia melewati masa orientasi siswa dengan mandiri, hal itu lah yang membuat Bagas, Raka, dan Aldo menghampirinya. Hingga saat pembagian kelas, anggota mereka bertambah dengan kehadiran Rio. Lucu, mereka tertawa lepas tanpa beban. Pun tanpa sebuah PERASAAN.

Hari ini, wisuda akan berlangsung. Saras dan kedua orang tuanya sudah sampai di sekolah. Mengenakan kebaya berwarna ungu bercorak putih, membuatnya terlihat anggun. Ini benar-benar Putri Sarasvati yang sesungguhnya.

"Gila, gerah banget. Lagian ngapain harus pake ginian sih, nggak boleh pake celana aja kali ya?" monolog Saras.

"Mereka mana, sih?" mata Saras mengawasi sekitar.

"Wih, Sa. Ini lo? Lo cantik parah Sa, kalo gini si gue mau jadi pacar lo," ucap Aldo dengan menganga. Tidak percaya dengan penampakan yang berada di hadapannya.

"Gue emang cantik dari lahir. Mata lo aja yang burem," sewot Saras.

Di tengah perdebatannya dengan Aldo, ketiga teman gengnya pun datang. Mereka tak kalah keren, dengan jas hitam yang melapisi kemeja putih membuat mereka begitu gagah.

"Ini lo Sa? Gila! Lo pasti ketempelan setan cantik nih, makanya aura lo beda," ucap Raka mengolok.

"Iya, Saras beda banget. Kenapa nggak setiap hari Sa lo pake kayak gini. Gue pasti bisa kesengsem sama lo," kekeh Rio.

Plak

"Buset, udah dipuji masih aja galak," protes Rio sambil mengusap lengannya.

"Eh, kok bos kita diem aja. Lo nggak mau muji tuan putri kita Gas?" tanya Raka sambil menaikkan kedua alisnya.

"Muji apaan, biasa aja." Bagas tersenyum meremehkan, lalu melangkah lebih dulu dan meninggalkan mereka yang masih menganga tidak percaya.

"Lah, kenapa tuh bocah?" Aldo menaikkan satu alisnya.

Maaf, Gas.

"Eh, foto dulu yuk!" ajak Rio sambil mengeluarkan kameranya.

"Kuy, lah."

Semua merapat, menatap lurus ke arah kamera dan tersenyum lebar. Satu dua foto telah tertangkap dengan wajah bahagia, mengabadikan moment indah di akhir masa SMA. Tetapi sayang, Bagas tidak ada dalam foto itu.

🍁

Wisuda telah usai, satu per satu dari mereka pun keluar dari ruangan. Menghirup udara segar setelah sedari tadi menahan panasnya suasana yang penuh ketegangan. Tetapi setelahnya semua bersorak, mendapati nama mereka yang telah lulus, meski dengan nilai seadanya.

"Sa, lo serius nggak mau kuliah bareng kita nantinya?" tanya Aldo dengan wajah yang terlihat sedih.

Saras tersenyum tipis. "Gue nggak bakal ngelupain kalian, kok. Kalian bakal selalu gue inget sebagai temen terbaik gue." Saras memeluk satu per satu teman cowoknya itu, kecuali Bagas. Bagas sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil. Tanpa persetujuan Saras, air matanya meluncur dengan sendirinya. Dadanya sangat sesak, mengingat ini mungkin adalah pertemuan terakhir mereka. Karena seperti ucapan Bram, Saras harus menjauhi mereka setelah lulus sekolah.

Hijrah Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang