"Tentang alur, kita bisa melukiskan seindah mungkin. Lalu menghiasinya dengan beragam warna. Namun, pada akhirnya, semua berjalan sesuai dengan ketetapan-Nya.
•••
Pagi ini, Adam tengah duduk di depan televisi. Matanya tertuju pada benda tersebut, tetapi sepertinya sambil memikirkan sesuatu. Tampak jelas, pada acara yang penuh lelocon, tetapi dia hanya diam tanpa ekspresi. Saras mengerutkan dahi, lalu menghampirinya.
“Adam, kamu kenapa? Kok belum siap-siap? Emang libur?” tanya Saras sambil duduk di sebelah suaminya. Adam meraih punggung Saras, lalu menariknya hingga di depan dada. Adam juga mengecup singkat puncak kepala Saras.
“Nggak papa, Sa. Aku lagi mikir aja, apa aku bisa kerja di tempat Abi? Kemaren si lancar-lancar aja. Tapi aku takut ngecewain, aku belum ada pengalaman sebelumnya.” Adam mengelus lembut kepala Saras. Saras pun sedikit mendongak, sehingga dia dapat melihat wajah gelisah Adam. Saras bangkit, menggenggam tangan Adam untuk meyakinkan.
“Kenapa kamu ragu? Kamu aja waktu dijodohin sama aku pede banget, tuh. Padahal belum kenal aku sama sekali.” Saras melipat kedua tangannya di depan dada, lalu menaik turunkan kedua alisnya, menggoda.
Adam terkekeh, lalu menatap Saras. “Itu beda, Sa.”
“Beda apanya? Bahkan pernikahan jauh lebih berat daripada sebuah pekerjaan.”
Adam terdiam sejenak.“Bener, 'kan? Dan kamu bisa tuh, ngejalanin ini. Bahkan sekarang kita berada di titik yang sama sekali nggak pernah aku bayangin sebelumnya.”
Entahlah, mendengar ucapan Saras seakan mendapat dorongan untuk dapat mengatasi setiap masalah yang dia hadapi.
“Makasih, Sa.” Adam menggenggam erat kedua tangan Saras. Saras mengangguk pelan sambil tersenyum manis.
“Makasih juga, anak ayah,” ucap Adam seraya mengelus lembut perut Saras.
Adam segera pergi ke kamar untuk bersiap-siap berangkat ke kantor. Dirinya jauh lebih semangat dari hari sebelumnya.
***
Sepeninggal Adam, Saras mulai melakukan tugas rumah. Mulai dari menyapu, mengelap meja, kaca, mencuci piring, dan berbagai tugas lainnya. Untuk melakukan semua kegiatan itu, Saras masih mampu. Kandungannya baru menginjak usia tiga Minggu, jadi belum terlalu risih untuk banyak bergerak. Padahal sebelumnya, Adam susah mengingatkan Saras agar tidak melakukan semua pekerjaannya seorang diri. Adam memintanya menunggu agar mereka melakukan semua itu bersama. Namun, Saras kali ini tidak mendengarkan Adam. Jika dia menunggu Adam, lalu apa yang harus dia lakukan? Tentu saja Saras akan bosan jika hari-harinya hanya dipenuhi dengan duduk-duduk saja.Baik Adam maupun Saras, mereka belum sempat memberitahu kepada Maryam dan Yahya akan kehamilan Saras. Ini dikarenakan belum adanya waktu untuk berkunjung. Meski bekerja di kantor ayahnya, tetapi Adam berusaha bersikap profesional. Dia tidak akan mencampurkan antara keluarga dengan pekerjaan. Itulah Adam. Mereka bisa saja mengabarkan kabar baik ini melalui telepon, tetapi rasanya kurang surprise. Jadi, mereka harus bersabar menunggu hingga hari Minggu tiba.
Satu demi satu tugas Saras telah selesai. Dia mulai merasa lelah. Apalagi dia belum terbiasa dengan hijab yang dia kenakan. Rupanya, bukan hanya Adam yang harus belajar untuk mulai beradaptasi, Saras pun begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta (END)
RomanceCinta pertama memang sering kali dikaitkan dengan cinta sejati, namun bagaimana jika cinta pertama justru hadir untuk menyakiti? Saras, preman kelas yang menjadi ratu di sebuah geng. Dia merupakan anak tunggal dari keluarga berada, namun tingkahnya...