24. Pengakuan yang terunda

767 127 2
                                    


~~~~

"Kenapa?"

Pria itu mengerutkan dahinya

"Papa juga gak tau. Mama nya gak kasih alasan yang jelas kenapa dia gak mau tinggal sama papa" Ucap Papa

Aksa terdiam. Jarinya sesekali ia ketukan dimeja itu. Memikirkan bagaimana agar pertemuan Papa dan Semesta berjalan lancar untuk pertama kalinya. Apalagi setelah mendengar bahwa pria itu menolak ajakan tinggal setelah hak asuhnya penuh dialihkan

"Dia harus tinggal sama kita Aksa. Kalo dia terus terusan tinggal sama Zara. Bisa bisa hak asuh itu dicabut lagi sama pengacara mama nya Semesta" Ucap Papa

"Iya pa. Ini Aksa juga lagi pikirin caranya" Ucap Aksa

"Dia tau kalo kamu tau soal ini?" Tanya Papa

Aksa menggeleng

"Semesta gak tau sama sekali. Dia bener bener ngerasa baru kenal Aksa beberapa minggu lalu" Jawab Aksa

"Maaf ya. Papa harusnya kasih tau kamu lebih awal" Ucap Papa

"Gak apa apa pa"

Sebenarnya. Hari itu saat ia melihat Semesta terjatuh di depan supermarket adalah sebuah kebetulan yang begitu tak terduga. Setelah selama beberapa tahun terakhir ia mencari tau tentang seorang pria bernama Semesta yang dicurigai nya adalah saudara tirinya

Entah tuhan sedang memihak nya atau takdir memang mempertemukan mereka hingga akhirnya ia bisa dekat dengan pria itu. Setidaknya, misi nya mencari tau apakah Semesta anak papa sudah berhasil dengan jawaban yang memuaskan

"Aksa mungkin bakal ajak Semesta pelan pelan" Ucap nya

"Tolong ya Aksa. Udah sejak lama papa tunggu hak asuh ini. Papa gak mau kehilangan dia lagi" Ucap papa

"Papa tenang aja. Serahin semuanya ke Aksa"








. . . .




"Ih kan Bagas mah bego banget. Dibilang nanti pipis dikasur malah dibawa bawa ke atas" Ucap Juan

Suasana ruang rawat itu begitu riuh. Zara hanya memijat pelan pelipis nya saat harus Memperhatikan dua bocah laki laki dihadapan nya. Mereka sejak tadi tak berhenti bermain dengan Daegal anjing peliharaan Juan yang tiba tiba saja dibawa nya kemari. Hanya dengan alasan menghibur Semesta yang berkahir menimbulkan kericuhan

"Ya bilang in dia lah. Jangan pipis di atas kasur" Ucap Bagas

Semesta yang terduduk damai dengan infus yang masih dipakai nya disofa bersama Zara itu hanya menatap mereka berdua dengan terkekeh

"Mana bisa Bagas. Kamu kira Daegal bisa ngerti" Ucap Juan yang kesal mendengar penuturan adiknya

"Bisa. Buktinya aku ajak ngomong kamu, kamu ngerti" Ucap nya dengan wajah tengil itu

"Aku kan bukan anjing Bagas! Aku timpuk kursi juga nih lama lama" Ucap Juan. Wajah kesal nya menatap Bagas disana

"Kamu mana kuat angkat kursi itu. Yang ada beratan kursi itu daripada kamu" Ucap nya. Ia tak bosan bosan menggoda kakaknya sejak tadi

"Enak aja. Badan aku gede gini" Ucap nya

"Tinggian aku. Lagian jadi kakak masa lebih pendek dari adeknya" Ucap Bagas

𝙆𝘼𝙏𝘼 𝙎𝙀𝙈𝙀𝙎𝙏𝘼 ✔ [𝗣𝗿𝗼𝘀𝗲𝘀 𝗥𝗲𝘃𝗶𝘀𝗶]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang