12. Siapa Dia?

884 165 0
                                    



~~~~~

Helaan nafas itu kembali terasa. Tubuh kedinginan itu masih memaksakan diri bertahan di ruang tunggu. Setelah mendengar pernyataan dokter bahwa kakaknya harus dioprasi. Ia hanya bisa berserah pada tuhan mengenai kondisi kakaknya

Sudah pukul 2 malam. Belum ada secuil kabar yang ia dapatkan dari dokter. Ia hanya bisa menunggu dan terus menunggu

"Kamu yakin mau tunggu disini semaleman?" Suara Aksa menginterupsi hening nya malam

Pria itu masih setia menemaninya sedari tadi. Terduduk disampingnya

Semesta mengangguk

Aksa menatap Semesta. Ia cukup terkejut dengan pertengkaran hebat tadi. Dan lebih terheran karena pria disamping nya ini terlihat tenang setelah semua perkataan menyakitkan yang juga didengar nya

Leather jaket hitam miliknya dilepas. Merengkuh tubuh Semesta untuk memakai nya

"Kamu gak apa apa?" Tanya Aksa

Semesta tersenyum pahit. Menatap Aksa yang memberi tatapan kasihan itu. Semesta kembali menghela nafasnya. Ia beranjak dari duduk nya. Berjalan ke arah jendela besar disana.

Matanya berbinar melihat bintang bintang di langit malam yang sangat indah. Seolah menenangkan hatinya

"Aksa"

"Hm?"

"Kamu punya harapan?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Aksa mengerutkan kedua alisnya. Bertanya tanya maksud pertanyaan Semesta

"Semua orang pasti punya. Aku juga" Jawabnya

"Coba sebutin harapan yang Aksa pikirin sekarang"

"Harapan aku sekarang?"

Semesta mengangguk. Kali ini ia menatap Aksa dari jarak dua meter di harapan nya

"Aku mau Semesta bahagia" Ucapnya Sembari tersenyum

"Kenapa?" Tanya Semesta

"Kenapa apanya?"

"Kenapa itu harapan nya?"

"Apa yang salah dari berharap kamu bisa bahagia? Kamu pantes bahagia Semesta. Kadang takdir aja yang terlalu brengsek sampai kamu harus ngerasain semua luka"

Aksa berdiri. Beranjak menghampiri Semesta yang terdiam mendengar itu. Badanya direnkuh kedalam pelukan Aksa. Mengelus surai halus itu

"Aksa?"

"Kamu gak salah Semesta. Tuhan gak pernah menyalahkan kamu karena gak punya hidup yang sempurna. Semua itu udah rencana-Nya"

"Tapi-"

"Semesta"

"Hm?"

"Aku mau janji"

Semesta terlihat bingung. Mengerutkan kedua alisnya

"Janji?"

"Aku janji. Kalau semua orang bahkan dunia ngelarang kamu buat bahagia. Itu berarti aku satu satunya orang yang akan kasih semua kebahagiaan buat kamu"

"Kenapa harus kamu?"

"Karena cuma aku yang tau semua luka dibalik semua senyuman kamu"











. . . .






"Aku udah urus itu. Kalau kamu mau lepas tanggung jawab, gak apa apa. Lagipula seharusnya emang dari awal dia ikut aku bukan kamu"

𝙆𝘼𝙏𝘼 𝙎𝙀𝙈𝙀𝙎𝙏𝘼 ✔ [𝗣𝗿𝗼𝘀𝗲𝘀 𝗥𝗲𝘃𝗶𝘀𝗶]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang