23. Bertahan

918 143 1
                                    




~~~~~

Gadis itu menggenggam tangan kurus dihadapanya. Suara tetesan infus disana begitu terdengar dibalik suasana hening yang menyelimuti. Wajah khawatir itu tak bisa berbohong. Melihat sahabat nya berbaring di ranjang rumah sakit karena kesalahan nya

Pria itu masih tak sadarkan diri sejak ditemukan dihutan semalam. Kondisi hujan yang deras dan pencahayaan yang kurang membuat tim sar kesulitan mencari keberadaan nya

Tubuh pucat itu masih tidur dengan tenang. Setelah dokter menyatakan bahwa sahabat nya ini terkena hipotermia. Beruntung nyawa nya masih tertolong setelah segera dibawa ke rumah sakit

"Maaf Semesta. Kamu jadi kayak gini gara gara aku" Gumam nya mengenai itu tak henti sejak semalam

Zara menyesali semua tindak bodoh nya hari itu. Seharusnya ia tak perlu marah pada Semesta hari itu. Seharusnya ia tetap berjalan bersama nya dan bukan meninggalkan Semesta yang berakhir membuatnya celaka

"Bukan salah kamu sayang. Terus berdoa aja semoga Semesta cepet siuman. Berdoa yang terbaik" Bunda mengusap bahu nya disana

Wajah sedih itu seolah tak ingin pergi. Zara menatap Semesta dengan sendu disana. Hingga tiba tiba saja, tangan yang digenggam nya itu bergerak. Memberikan sebuah respon motorik yang menjadi harapan nya

"Semesta?"

Zara beranjak dari duduknya. Ia berdiri dan mengusap surai tenang yang seketika berkerut. Dahi itu mengerut dan kerjapan mata itu bergerak lemah

"Semesta? Ini Zara. Kamu udah sadar?" Ucap nya dengan senyuman cerah itu

Pandangan nya masih memburam. Kembali mengedipkan matanya beberapa kali hingga dilihat nya dua wanita dihadapan nya. Senyum tipis itu nampak. Membuat Zara bernafas lega

"Zara.. " Ucap Nya lirih

Tubuh itu dipeluk dengan tiba tiba. Membuat nya sedikit terkejut "Huaaa... Maaf Semesta. Gara gara aku ninggalin kamu, kamu jadi celaka kayak gini"

Tangan lemah itu berusaha membalas pelukan hangat sahabatnya. Mengusap punggung Zara dengan perlahan

"Iyaa.. Semesta maafin" Ucap nya lirih

"Bunda ikut seneng sayang" Ucap Bunda disana

Pelukan itu dilepasnya. Kemudian kembli terduduk di sisi ranjang itu. Zara kembali menggenggam tangan lemah di hadapan nya

"Zara jangan nangis lagi. Nanti cantik nya ilang" Ucap Semesta. Tangan lemah nya meraih wajah dengan sisa air mata yang turun disana

"Emang kalo cantik nya ilang Semesta gak mau temenan sama Aku lagi?"

Semesta terkekeh "Mau kok. Mau Zara berubah jadi siluman kecoak juga aku tetep sayang"

Plak

"Malah bercanda" Pukulan kecil di bahu itu diterima nya

"Awwh"

"Eh maaf maaf. Masih sakit ya" Ucap Zara sembari mengusap bekas pukulan nya

Semesta menghela nafas nya. Ia bersyukur masih bisa melihat indah nya dunia hari ini. Ia bersyukur senyum manis sahabat nya masih menyambut bangun nya.

"Bunda tinggal sebentar ya sayang. Ada yang harus diurus di bagian administrasi" Ucap Bunda

Kedua nya mengangguk. Zara menyadari diam nya Semesta. Tatapan kosong itu selaku bisa ditebak nya

"Kamu mikirin apa?" Tanya Zara

"Enggak. Gak ada" Jawab nya

Zara kembali tersenyum. Hatinya begitu senang melihat keadaan Semesta yang sudah membaik. Ia tak bisa lupa bagaimana khawatir nya dirinya semalam saat Semesta ditemukan tak sadarkan diri di sebuah jurang

𝙆𝘼𝙏𝘼 𝙎𝙀𝙈𝙀𝙎𝙏𝘼 ✔ [𝗣𝗿𝗼𝘀𝗲𝘀 𝗥𝗲𝘃𝗶𝘀𝗶]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang