"Apa?! Iya Aksa kesana sekarang"
Setelah kepergian Semesta hari itu. Papa memutuskan untuk tetap tinggal di hotel hingga kasus ini diselesaikan dengan ditemukan nya Semesta. Dan pagi ini, di minggu pertama hilangnya Semesta. Aksa kedapatan kabar dari kantor polisi. Entah ia harus merasa ini kabar baik atau kabar buruk
Jaketnya diambil dengan cepat. Ia meraih kunci mobil dan berlari dilorong hotel
"Kak!" Matanya menangkap dua adik bungsu nya yang juga tampak panik
"Gimana?! Dapet telfon dari papa?" Tanya Bagas
"Iya. Kak Aksa baru mau kesana" Ucap Aksa
"Kita ikut kak" Tanya Juan
Aksa mengangguk. Mereka bertiga dengan cepat masuk kemobil dan melanjukan nya kerumah sakit terdekat dimana Papa, Zara dan Yasa sudah menunggu disana
Harapan nya benar benar hampir pupus setelah berusaha mencari Semesta selama seminggu lamanya. Ia sudah berpikir tak mungkin lagi dapat menemukan sosok yang dicari nya itu.
Aksa melirik kearah kedua adiknya. Mereka tampak sama terkejutnya, yang seperti nya juga mendapat kabar dari papa. Lajuan kencang mobil semakin meningkat. Hingga mereka sampai di rumah sakit. Ketiga nya berlari memasuki rumah sakit dan menuju ruang identifikasi setelah bertanya pada resepsionis
Mengankap sebuah peraturan didinding. Mereka memakai baju medis yang tersedia diluar pintu. Berlapis masker dan kacamata itu. Pintu putih dihadapan nya dibuka. Menampakan Papa, Zara dan Yasa disana. Dengan sebuah peti dihadapan mereka
"Aksa... " Ucap Zara melihat kedatangan Aksa
Aksa, Bagas, dan Juan memasuki ruangan. Menatap suasana sendu yang tak pernah ingin dirasa mereka. Menghampiri papa yang terdiam di ujung sana
"Tadi malam pukul 2, jasad Semesta ditemukan" Ucap Papa
Entah ia harus merasa senang atau sedih. Disatu sisi ia senang mengetahui kabar bahwa Semesta ditemukan. Namun disisi lain, Semesta ditemukan dalam keadaan yang tak diinginkan.
Ia berjalan kesisi peti berlapis plastik disana. Diikuti Bagas dan Juan yang sudah tersedu melihat kondisi jasad Semesta
Tubuh berwarna ungu dengan kulit yang sudah tampak hancur. Wajah yang tak dapat lagi dikenali karena sudah seminggu lama nya semakin menyakitkan bagi Aksa untuk dilihatnya. Ia seolah tak dapat menerima kenyataan bahwa jasad dihadapan nya ini adalah sosok yang paling disayang nya
"Dokter udah lakuin Tes DNA karena kondisi jasad yang udah gak bisa dikenalin. Hasilnya positif" Ucap Papa dengan suara lirih nya
"Ini beneran Kak Semesta?" Tanya Juan disana
"Papa... Kenapa Kak Semesta gak bisa selamat? Kenapa yang kita temuin harus jasad nya?" Ucap Bagas dengan suara serak nya diikuti tangis tersedu
"Kondisi ombak malem itu sedikit lebih sulit dijelaskan. Karena karang dibawah tebing yang cukup keras juga berdampak pada keselematan Semesta. Kalian semua liat kan luka ditubuhnya" Ucap Papa
Zara seolah tak sanggup hati melihat semua itu. Bagas dan Juan saling memeluk. Sementara Papa mengusap pindak Aksa disebelahnya. Yasa hanya terdiam disana. Pria itu tampak tam mengeluarkan sepatah kata pun sejak kedatangan nya kesini
"Ini beneran Semesta pa? Dokter yakin seratus persen?" Tanya Aksa
Papa mengangguk "Papa tau rasanya sulit buat nerima kenyataan kalo Semesta bener bener pergi. Tapi beruntungnya kita, jasad Semesta masih bisa ditemukan dan masih bisa kita kuburkan dengan layak"
"Papa... Dada Bagas sakit banget. Bagas gak mau kehilangan Kak Semesta" Tangis nya
Papa memeluk ketiga anaknya yang berada disampingnya. Mengusap pelan surai mereka yang kehilangan saudaranya. Hari ini, papa kehilangan salah satu bahagia nya. Ia gagal
. . . . .
"Halo kak. Iya Semesta ditemuin tadi malem. Siang ini dimakamin jam 2" Seseorang disana tampak menempelkan ponsel nya ditelinga, menelfon orang lain yahh juga sedang berbicara di sebrang
Iya merapihkan sekali lagi kemeja dan jas hitam nya
"Iya kak. Gapapa kok" Lanjutnya ditelfon itu
"Nanti kita ketemu setelah pemakaman. Ada yang mau Yasa sampein"
"Hm... Oke kak"
Telfon ditutup..
. . . .
Suasana berkabung menyelimuti. Hamparan pemakaman itu tampak turut sedih atas kepergian nya. Butiran bunga wangi semerbak menghiasi gundukan tanah tersebut. Tangis haru masih terdengar bahkan tak berhenti sejak tadi
Bunda mengusap pelan bahu anak perempuan nya yang sedang berlutut dihadapan makam itu. Zara menangis tersedu. Berharap semua ini hanyalah mimpi buruk yang menganggu malam nya. Berharap ia masih bisa bangun dan mendapatkan Semesta disisi nya
"Ikhlas sayang.... Semesta udah tenang disana" Ucap Bunda
Pria disebelahnya juga tampak terdiam. Aksa mengusap gundukan tanah itu. Tak menyangka kalau akhir bahagia yang diharapnya malah menjadi haru di makam lapang ini.
Aksa kehilangan nya. Kali ini untuk selama lamanya. Tak ada lagi yang bisa diharap dari itu. Tak ada lagi harapan baginya untuk menyelamatkan Semesta, adiknya
Bagas dan Juan terduduk dibelakang Aksa. Dengan Yasa dan papah yang berdiri dibelakang mereka
"Maaf Semesta... Maaf karena bahagia yang aku janjiin gak bisa aku tepatin. Semuanya berantakan" Gumam Aksa dengan suara serak nya
"Harusnya aku gak dengerin kamu waktu itu. Harusnya aku bawa kamu jauh jauh dari Kak Awan. Aku bodoh Semesta. Bahkan sekalipun kamu marah saat itu, seenggaknya kita gak akan kehilangan kamu"
"Kak Semesta... Nanti siapa yang ajarin Bagas kalo Bagas jadi kuliah di sastra. Indonesia? Kak Semesta udah janji.. Hiks.. Kak Semesta malah pergi" Ucap Bagas
"Yang tenang Kak Semesta... Kita semua disini sayang sama Kak Semesta" Sahut Juan
Papa dan Yasa hanya terdiam menyaksikan kesedihan yang menyelimuti
Tes... Tes... Tes..
Tetes demi tetes air hujan turun. Membuat mereka semua menyingkir. Mencari tempat berteduh
"Kak Aksa.. Hujan, ayo neduh dulu" Ucap Juan
"Kalian duluan" Ucapnya
Mereka semua beralih dari makam itu dan meneduh. Tidak dengan Aksa, badan nya yang terkena rintikan hujan masih setia disisi makam Semesta
Tangan nya mengadah menangkap setiap butir air hujan yang turun
"Liat Semesta... Bahkan dunia juga sedih kamu pergi"
Tanganya mengusap nisan disana. Wajahnya mendekat dan mencium nama itu.
Semesta Arya Gentara
"Selamat tidur, adikku"
"Kali ini tidurlah yang tenang hingga rasa sakit tak berani mengusikmu lagi. Selamat tinggal Semesta"
Tubuhnya beranjak, berjalan menjauhi makam yang dirintikin hujan siang itu. Aksa kehilangan nya, Selamanya
~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙆𝘼𝙏𝘼 𝙎𝙀𝙈𝙀𝙎𝙏𝘼 ✔ [𝗣𝗿𝗼𝘀𝗲𝘀 𝗥𝗲𝘃𝗶𝘀𝗶]
Fanfiction[END] - TAHAP REVISI LENGKAP ✔ "Kalau kata Semesta, hidup dengan cara lebih keren adalah tetap tersenyum sekalipun rasanya begitu berantakan. Setidaknya dunia harus tau bahwa kamu belum menyerah." Ini tentang dia dan bahagia yang dicarinya Semes...