~~~~~
Kaki itu sedikit kesulitan. Sesekali terpeleset oleh bebatuan licin yang dinaiki nya. Sebuah tangan mengulur dihadapan wajah nya. Digenggam dengan erat hingga ia berhasil sampai diatas
Nafas itu terdengar cukup lelah. Mengingat mereka berhasil menaiki sebuah tebing pandang setinggi dua puluh meter. Meskipun beberapa anak tangga itu tersedia, bukan hal yang mudah sampai diatas sini
Awan masih melanjutkan langkah mereka. Naik ke sisi lebih tinggi dari tebing pandang Membawa mereka semakin dekat dengan deburan ombak malam yang menghiasi suasana langit malam itu
Semesta melirik kebawah. Bisa dilihat nya deburan ombak yang menabrak sisi curam tebing tersebut. Dengan sebuah pembatas yang hanya setinggi perut mereka
"Sini!" Ucap Awan
Awan membawa tubuh mereka berdua untum bersandar di pinggir tebing itu. Dengan Semesta yang tampak ragu karena ketakutan
"Semesta takut kak. Tinggi banget" Ucap Semesta
"Gak apa apa. Kan ada Kak Awan disini" Ucap Awan
Pria itu merengkuh bahu adiknya. Membawa tubuh mereka berpegangan pada pembatas itu. Dengan helaan nafas mereka, sinar rembulan diantara laut dan langit malam itu dinikmatinya.
"Kak Awan ngapain ngajak Semesta kesini?" Tanya Semesta
Butuh beberapa saat hingga sebuah jawaban keluar dari mulut Awan. Pria itu menoleh menatap Semesta dirangkulan nya
"Kamu gak suka nikmatin langit malam sama Kak Awan?" Tanya nya
Semesta menggeleng cepat "Suka kok kak. Suka banget"
Awan tersenyum mendengar jawaban itu. Keheningan kembali menjalar diantara mereka berdua. Tapi benar, Semesta tak pernah menyesal atau bahkan tak suka saat menikmati langit malam. Tak peduli dengan siapa ia menghabiskan malam itu
Rembulan malam itu bersinar terang. Dengan cahaya nya yang larut diantara birunya laut. Dengan deburan ombak di sisi sisi nya. Dikelilingi lampu lampu sekitar yang bisa ia lihat diketinggian ini
Kalau ia bisa meminta. Kehadiran Langit disaat seperti ini pasti cukup menyenangkan. Dengan candaan dan usapan kasih sayang yang diterimanya. Meskipun hanya Awan yang berada disisinya saat ini. Ia sudah cukup bersyukur
Wajah tenang milik Awan ditatap nya dalam. Seandainya suasana ini bisa didapat nya tanpa harus kehilangan Langit. Pasti sudah sejak lama kenangan indah dengan Awan dirasanya
Ia berterimakasih pada Awan. Meskipun ulang tahun nya kali ini ia kehilangan momen berharga bersama mama dan papa, juga Langit. Setidaknya Awan masih menghiasi malam ulang tahunya dengan pemandagan indah yang menyapa matanya saat ini
"Kak Awan... Semesta sayang banget sama Kak Awan. Semesta gak pernah marah ataupun benci sama Kak Awan sekalipun semua orang selalu kira Kak Awan jahat sama Semesta..."
"Semesta gak peduli sekalipun Kak Awan bukan saudara kandung Semesta. Tapi Semesta selalu bersyukur karena bisa jadi adiknya Kak Awan"
Tangan nya menggenggam tangan Awan semakin erat. Diusap nya dengan lembut
"Maafin Semesta ya? Karena kehadiran Semesta, Kak Awan harus ngerasain semua kehancuran keluarga kita..."
"..Kalo tuhan kasih kesempatan Semesta dikehidupan selanjutnya. Semesta janji akan buat Kak Awan bahagia"
Awan terdiam. Ia tak berniat membalas senua perkataan menyentuh yang dilayangkan Semesta. Mata itu sibuk berkaca kaca menatap cahaya rembulan disana
![](https://img.wattpad.com/cover/268246624-288-k862290.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙆𝘼𝙏𝘼 𝙎𝙀𝙈𝙀𝙎𝙏𝘼 ✔ [𝗣𝗿𝗼𝘀𝗲𝘀 𝗥𝗲𝘃𝗶𝘀𝗶]
Fanfiction[END] - TAHAP REVISI LENGKAP ✔ "Kalau kata Semesta, hidup dengan cara lebih keren adalah tetap tersenyum sekalipun rasanya begitu berantakan. Setidaknya dunia harus tau bahwa kamu belum menyerah." Ini tentang dia dan bahagia yang dicarinya Semes...