Setelah Kepergian Semesta -1

1K 113 1
                                    


~~~~~






Pagi cerah itu seharusnya membawa senyum bahagia. Hari istimewa dengan semua kejutan yang sudah disiapkan. Tawa canda yang seharusnya terdengar berganti dengan sebuah teriakan kehilangan dan tangis putus asa

"Gak mungkin... Gak mungkin Aksa! Kamu bohong kan?!! Mana Semesta! Aku mau ketemu!"

Bunda memeluk tubuh anak gadis nya. Air mata itu sudah berlinang menuruni pipi kurusnya. Zara tak berhenti meneriakan nama Semesta yang tak berada dihadapan nya

Ruang tamu di hotel itu merundung kelabu. Semua kepala menunduk meratapi kehilangan malam itu

"Aksa!!! Jawab aku!" Zara menarik lengan pria itu

Aksa terdiam. Mata memerah nya cukup membuktikan bagaimana hancur nya ia pagi ini. Pria itu hanya menatap kosong ke bawah

"Semesta pasti sembunyi kan??!! Dia hari ini ulang tahun! Aku udah bawa kado ulang tahun spesial buat dia!....Aksa!!!"

Papa tampak putus asa. Malam itu ia tak menyadari semua nya. Yang diketahui nya hanya pagi ini ia kehilangan salah satu anak laki laki

Bagas masih terisak dipelukan Juan. Adiknya itu tampak benar benar kehilangan sosok Semesta. Setelah Yasa menyerahkan Awan ke polisi. Mereka menghubungi tim sar untuk mencari keberadaan Semesta yang tenggelam malam itu

Hanya menunggu. Yang bisa dilakukan mereka semua hanya menunggu. Berharap kabar baik diterimanya alih alih nama Semesta yang harus dikenang

"Semesta... Kamu dimana.. "

Zara terjatuh berlutut dihadapan Aksa. Gadis itu tak berhenti menangis mendengar duka yang diterimanya sesaat sampai disana. Mengetahui kejadian malam itu yang sempat diceritakan oleh Yasa

"Aksa tolong... Bawa Semesta kesini. Aku mau ketemu. Tolong, tolong kasih tau aku kalo semua ini gak nyata" Ucap Zara

Bunda menatap sedih ke arah Zara. Melihat bagaimana anak perempuan nya kehilangan sosok yang sudah bersama nya selama 5 tahun terkahir

Kehilangan pagi ini terlalu menyakitkan untuk sekedar dibayangkan. Dan yang lebih menyakitkan lagi, semuanya adalah sebuah kenyataan yang seolah tak ingin diterima

Yasa menatap ponsel nya seksama. Dengan harapan sendu dimatanya. Sebuah nomor itu ia tunggu sejak semalam, menunggu kabar penting yang masih kelabu. Belum ada kabar bahwa Semesta ditemukan hingga pagi ini. Membuat hatinya gusar bukan main

"Ikhlasin aja ya.. Jalan tuhan gak ada yang tau" Ucap Bunda

"Gak bunda... Hiks.. Semesta gak boleh pergi.."

Zara menggenggam tangan Aksa dihadapan nya

"Aksa. Bawa aku ketemu Kak Awan. Kak Awan harus bertanggung jawab. Kak Awan harus balikin Semesta kesini sekarang!!!" Ucap Zara

Aksa masih terdiam. Air mata yang sedari tadi bertahan dipelupuk matanya menetes begitu saja.

"Zara.. Udah nak, kita tenang dulu. Masih belum ada kabar dari kepolisian dan tim sar soal keberadaan Semesta. Kita berdoa yang terbaik aja buat dia" Ucap Bunda

Suasana kembali tenang. Bunda memeluk Zara yang masih tak berhenti menangis didekapan nya. Aksa beranjak, meninggalkan tempat duduk nya dan berjalan keluar. Sempat hampir disusul Yasa sebelum papa menarik tanganya

"Biarin dulu. Kak Aksa butuh waktu sendiri" Ucap Papa pada Yasa yang membuat pria itu kembali terduduk

Ombak pantai pagi itu tampak tenang. Seolah tau semua perasaan sedih yang mengalun dipenjuru angkasa. Aksa berjalan di sisi pantai itu. Terduduk beberapa meter dari ombak kecil dihadapan nya

Menatap biru lautan luas dalam netra berkaca nya. Helaan nafas nya mengganggu untuk ke sekian kalinya. Rambut hitam itu terseret deru angin disana

Sesak didadanya belum mereda. Setelah melepaskan sosok indah itu dihadapan matanya sendiri malam tadi. Beruntung Yasa dengan cepat menarik badan nya agar pria itu tidak dengan nekat ikut melompat untuk menolong Semesta

Mata sendu itu masih ada didalam bayang rindu nya. Seolah tak ingin pergi meski ia baru kehilangan sosok itu semalam. Baginya, tak pernah ada kata mudah dalam sebuah perpisahan. Sekalipun kenangan indah yang dimilikinya, kehilangan tak pernah terasa menyenangkan

"Semesta... Tuhan masih mau kasih aku kesempatan buat jaga kamu gak ya? Seenggaknya, kesempatan berharga untuk sekedar liat senyum indah kamu lagi dihadapan aku"

Matanya menatap hamparan pantai dengan air mata itu. Tanganya mengepal keras menahan semua emosi dibenak nya. Berandai pada tuhan, bisakah semua waktu itu ia putar kembali. Saat dimana semuanya masih baik baik saja

Benar, benaknya menolak. Ia masih tetap salah mengenai konsep kebahagiaan itu. Nyatanya sosok yang diharap nya bahagia tak pernah tampak baik baik saja. Ia menyesali itu

"Aku baru sadar Semesta... Ternyata takdir gak jahat. Tapi kita yang rasanya selalu kurang beruntung. Kalo takdir jahat, seharusnya dia bawa aku juga.."

".. Kalo takdir jahat dia gak akan biarin kamu ngelewatin luka itu sendirian. Kenapa?.. "

"Kenapa selalu kamu yang harus menderita.. Kalo takdir jahat, takdir gak akan biarin kita semua baik baik aja sementara kamu.."

Helaan nafas tersedu itu berhenti

"Kamu dimana Semesta..?"

Kenapa kehilangan kali ini rasanya begitu menyakitkan. Aksa memukul dada kirinya perlahan. Andai Semesta tau, sehancur apa dirinya saat ini. Pasti malam itu Semesta tak akan menyerah dan mengakhiri semuanya

Senggukan tangis itu kembali terdengar. Meminta maaf berulang kali dengan bibir bergetar nya. Meremat rambut nya hingga pening menyeru

"Aku hancur Semesta.."

Aksa, si sulung keluarga gentara yang berhasil runtuh karena kehilangan adik nya yang baru saja merasakan bahagia bersama keluarga nya.

Tangisnya tampak semakin kencang. Dengan bahu nya yang bergetar hebat. Mata merah itu tak bisa berbohong.

"Aku gak siap untuk kehilangan kamu Semesta.. Aku gak pernah siap dan gak akan pernah siap kehilangan kamu"

"Tuhan.. "

Ia menatap langit. Mata berair nya bergetar

"Apapun akhirnya nanti, doa terbaik ku adalah.. "

"Berikan kebahagiaan abadi untuknya. Air mata bahagia terindah dan senyum paripurna diwajahnya. Karena Semesta, adalah manusia terbaik yang kehilangan takdir bahagia nya didunia"







.....






"Kak Aksa.. Makan dulu yuk"

Ketukan dipintu itu masih tak disahuti untuk kesekian kalinya. Juan kehabisan cara untuk membuat kakak sulungnya itu keluar dari kamar sejak siang tadi

Nampan makanan itu ia letakan di depan pintu kamar Aksa. Yang kemudian kembali mengetuk untuk terkahir kalinya . Dahi pria itu mengerut, tak ada sahutan apapun. Membuatnya semakin mengkhawatirkan kondisi kakak sulung nya

"Kak?... Kak Aksa gak kenapa napa kan?" Tanya Juan

Tanganya ia alihkan pada gagang pintu dihadapan nya. Mecoba membuka pintu yang ternyata tak dikunci. Ruangan gelap tertangkap netra nya. Tak ada siapa pun disana







"Loh? Kak Aksa? Kok gak ada dikamar?" Gumam Juan





















~~~~~


Maaf baru sempet update dan ngaret banget dari janji sebelum nya

Btw bakal ada 4- 5 bonus chapter sebelum bener bener end. Jangan lupa juga stay tune dan tunggu book kedua Kata Semesta yang mudah mudahan bisa menyusul publish secepatnya

:*

𝙆𝘼𝙏𝘼 𝙎𝙀𝙈𝙀𝙎𝙏𝘼 ✔ [𝗣𝗿𝗼𝘀𝗲𝘀 𝗥𝗲𝘃𝗶𝘀𝗶]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang